Sabtu, 06 Februari 2010

Renungan Hari Jumat, 5 Pebruari 2010

Allah Menyertai Kita
Keluaran 4: 12
"Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."
Ketika Allah memilih Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, Musa berkata bahwa ia tidak pandai bicara. Allah menjawab dengan mengatakan bahwa Harun dapat berbicara untuk Musa. Musa mempercayai Allah, dan dengan mengikuti perintah Allah langkah demi langkah, ia mampu memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.
Musa merasa dia tidak mampu bicara (Kel. 4:10; Kel. 6:29). Musa berpuluh-puluh tahun di Mesir menjadi gembala domba. Lalu sekarang dia harus mengurus bangsa Israel, manajemennya bagaimana, logistiknya bagaimana. Lalu bagaimana mengkoordinasi orang-orang dan tua-tua. Lalu nanti menghadap Firaun bagaimana? Tuhan saya tidak bisa bicara Tuhan. ini menjadi keluhan dari Musa. Ini jikalau kita pikirkan seolah-olah menjadi hal yang logis. Tuhan menjawab, “Siapakah yang membuat lidah manusia. Siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, yang membuat orang buta melihat. Bukankah Aku ini Tuhan. Oleh sebab itu pergilah aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau apa yang harus engkau katakan. Di sini prinsipnya, “Pergi dulu baru Tuhan akan mengajar engkau.” Ini berkaitan dengan providensia Allah di dalam pemerintahan Allah. Providensi Allah di sini didefinisikan sebagai kekuatan Ilahi yang bekerja sama dengan hukum-hukumnya yang telah ditetapkan oleh Tuhan bekerja sama begitu rupa sehingga mencapai apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Di dalam providensia Allah Tuhan akan menggarap. Tuhan mengatakan kepada Musa, “Pergi Aku akan menyertai lidahmu.” Saudara mari kita juga mengambil tekad dihadapan Tuhan dan melibatkan diri lalu Tuhan akan menggarap itu.
Di dalam bagian-bagian sebelumnya Tuhan sudah memaparkan diri-Nya, memaparkan strategi-Nya, memaparkan pengharapan-Nya dan sudah memaparkan cara Dia menolong secara supernatural. Lalu Musa masih mengatakan Tuhan itu semua masih tidak ada artinya buat aku. Utus orang lain saja. Pada titik inilah Tuhan marah sekali dengan Musa. Saudara, pada titik tertentu kadang-kadang kita memilih mana yang kita takuti. Musa harus memilih dia harus takut pada Firaun atau pada firman Tuhan. Pada waktu Tuhan murka baru Musa sadar dan pada detik itu Musa tidak bisa berdalih lagi. Tuhan sudah memberikan suatu prinsip-prinsip di mana kita harus mengambil sikap di dalam pelayanan. Jikalau tidak, pada saat tertentu Tuhan memberikan pilihan maka hanya ada dua kemungkinan: melayani Tuhan atau melayani diri. Melibatkan diri atau membuang diri. Saudara jikalau pada titik terakhir Tuhan tidak murka, Tuhan tidak marah ini akan menjadi pelajaran buruk bagi generasi berikutnya. Jikalau Tuhan sudah panggil seseorang Tuhan akan tuntut dan orang tersebut tidak mungkin lari dari Tuhan. Mengapa kita harus mengalami murka Tuhan lebih dahulu? Kenapa harus membangkang dan mengalami kesialan lebih dahulu? Alangkah baiknya kalau kita mau taat dan menggarap apa yang Tuhan mau kita kerjakan. Musa akhirnya mau karena dia sadar memang itu harus digarap. Musa memiliki visi dari Tuhan yaitu suatu pemahaman yang jelas tentang realita di depan yang seharusnya.
Saudara-saudara tidak ada yang tidak dilakukan oleh Allah bagi umat manusia, sampai klimaksnya pada diri Allah sendiri dalam Yesus Kristus, yang turun dari surga untuk menebus dosa umat manusia. Seluruh tindakan penyertaan pemeliharaan, pengampunan, penebusan, dilakukan sepenuhnya atas inisiatif Allah sendiri. Dan semua dilakukan atas dasar kasih-Nya yang besar bagi kita. Karena Allah yang terus tinggal dan beserta dengan umat-Nya inilah dasar iman Kristen ditambatkan. Karena itu penting sekali respons yang tepat dari kita sebagai umat Allah atas seluruh tindakan Allah bagi kita. Apakah kita menerimanya lalu bersyukur, kemudian nampak dalam sikap hidup kita yang diwarnai dengan kasih, ketaatan, dan ketekunan. Atau kita menolaknya, yang kemudian nampak dalam sikap tidak puas, marah, memberontak. Bagaimana seseorang memberikan respons kepada Allah dalam segala tindakan dan inisiatif-Nya, akan menjadi ukuran kedewasaan rohaninya. Maka jangan lagi meragukan kuasa dan penyertaan Allah yang ajaib itu; bila kita mengakuiNya maka kita akan berbahagia. Amin

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...