Selasa, 16 Februari 2010

Renungan Hari Rabu, 17 Pebruari 2010

Orang Sabar
Amsal 16: 32
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota ."
Orang yang bijaksana dan besar pengertiannya adalah orang yang sabar. Sebaliknya, orang yang lekas marah bukanlah termasuk orang yang pandai (Ams. 14:17, 29). Memang, belajar menjadi orang yang sabar tidak semudah yang dibayangkan, malah terkadang menyakitkan. Oleh karena itu, diperlukan kasih karunia Tuhan serta komitmen yang kuat untuk melakukannya. Soal sabar atau tidak bukanlah hanya sekedar masalah sifat pribadi. Namun, kita harus mempelajari kesabaran untuk meraih kesuksesan di tengah dunia maupun dalam dunia TUHAN. Joyce Meyer pernah menulis dalam buku kecilnya bahwa seorang percaya yang mau dipakai TUHAN harus belajar menunggu waktu TUHAN. Dia mengatakan banyak orang percaya tidak bisa dipakai oleh TUHAN karena mereka tidak sanggup menunggu sampai waktu TUHAN tiba. Bagaimana dengan kita? Jika hal kesabaran bisa menentukan kita bisa dipakai oleh TUHAN atau tidak, bukankah kita harus belajar kesabaran sebagai pelajaran wajib bagi kita?
Belajarlah percaya kepada Allah. Jangan andalkan hikmat sendiri. Percayalah bahwa Allah sedang mengerjakan semuanya dengan baik. Dia tidak pernah gagal untuk melakukan bagian-Nya. Tidak ada seorangpun yang sempurna sehingga kita bisa bergantung atau menaruh harapan sepenuhnya padanya. Oleh karena itu taruhlah harapan dan kepercayaan kepada Allah. Sabarlah ketika keadaan tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Allah mengetahui segalanya dan Dia mengatur segalanya sesuai rencana-Nya. Dia tidak pernah gagal memimpin kita bila kita mempercayakan hidup kita kepada-Nya. Alkitab memberitahu setiap orang di 1 Tessalonika 5.14, "sabarlah terhadap semua orang." Perhatikan bahwa Allah memerintahkan hal ini. Ia tidak hanya memberikan saran. Allah tidak pernah melakukan sesuatu tanpa menunjukkan kepada kita bagaimana melakukannya. Inilah yang dikatakan oleh Alkitab tentang menjadi orang yang lebih sabar:
1. Ingat bagaimana Allah telah sabar dengan Anda. Anda tidak akan pernah lebih sabar dengan orang lain dibandingkan dengan kesabaran Yesus Kristus terhadap Anda. Di 1 Timotius 1.16 Paulus berkata, "Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-nya (atau kesabaran yang tak ada batasnya)". Allah memilih Paulus sekalipun dia adalah penganiaya Gereja. Allah menunjukkan kesabaran yang tidak ada batasnya terhadap dia. Dan Allah juga telah menunjukkan seluruh kesabaran-Nya terhadap Anda dan saya juga. Roma 15.7 berkata, "Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita." Alasan mengapa kita harus menerima orang lain adalah karena Kristus sudah menerima kita. Alasan mengapa kita harus sabar dengan orang lain adalah karena Kristus telah sabar dengan kita. Itulah titik awal untuk belajar kesabaran di tahun 2010.
2. Belajar dengan mendengar. Amsal 14.29 berkata, "Orang yang sabar besar pengertiannya." Anda perlu punya pengertian untuk menunjukkan kesabaran. Alkitab berkata kunci kepada kesabaran adalah pengertian. Pasti Anda sudah pernah melihat ini di dalam kehidupan Anda. Saat Anda memahami seseorang, Anda lebih sabar dengan orang itu. Jika Anda tidak memahami mereka, Anda tidak akan sabar dengan mereka. Anda memahami orang dengan mendengarkan mereka. Amsal 18.13 dapat ditafsirkan sebagai, "memberi jawab sebelum mendengar adalah bodoh dan tidak sopan." Dengan kata lain, jangan menilai apa yang dilakukan atau dikatakan orang sebelum Anda mendengar keseluruhannya. Kebanyakan kita berpikir bahwa pendeta adalah pendengar yang baik. Tapi apakah benar demikian? Riset menunjukkan bahwa hanya 7% dari apa yang Anda katakan itu dikomunikasikan lewat kata-kata. Selebihnya, sekitar 42% adalah dari cara penyampaian Anda (nada suara, intonasi, volume dan penyampaian). Dan sisa 50% dari maksud Anda dikomunikasikan lewat bahasa non-verbal (ekspresi wajah, gerak tangan dan bahasa tubuh). Itulah alasan mengapa percakapan telpon hanya 50% efektif! Anda tidak dapat melihat bagaimana orang itu berkomunikasi lewat bahasa tubuhnya. Untuk lebih sabar di 2010, Anda perlu lebih mendengarkan. Dengarkan dengan seluruh perhatian Anda karena mendengar itu melibatkan mata dan telinga Anda.
3. Beri orang lain ruang untuk kelemahan mereka. Setiap orang punya hari-hari yang tidak menyenangkan. Dari waktu ke waktu, kita agak rapuh. Kay tahu kapan saya agak sensitif. Selalunya pada Senin pagi dan malam sebelum saya berkhotbah. Saya pasti para pendeta dapat beridentifikasi. Pada Senin pagi, saya kelelahan setelah berkhotbah dan berinteraksi dengan Jemaat sepanjang minggu. Malam sebelum saya berkhotbah saya agak tegang karena sindrom pra-khotbah. Kay memberi saya ruang gerak. Dia tahu itu adalah hari-hari yang buruk bagi saya dan ia memberi saya kelonggaran. Jika Anda mau menjadi lebih sabar di 2010, Anda harus dari waktu ke waktu memberi orang lain ruang gerak yang lebih luas. Adakalanya orang itu mengalami hari yang buruk. Lawanlah keinginan untuk membalas. Tunjukkan kasih dengan memberi ruangan bagi kelemahannya - dan harinya yang buruk.
4. Tangani orang lain sebagaimana Anda mau ditangani. Tentu saja, itulah Hukum Kencana. "Selalu menangani orang lain sebagaimana Anda mau orang lain menangani Anda." Kalimat yang satu ini dapat menyelamatkan kebanyakan hubungan. Hal ini mudah dipahami tapi sulit untuk diterapkan. Filipi 2.4-5 berkata, " Janganlah memperhatikan kepentingan diri sendiri, tapi anggaplah orang lain lebih utama dari diri kamu. Hendaklah kamu menaruh pikiran dan perasaan yang sama dengan Kristus Yesus." Untuk menjadi lebih sabar di 2010, luangkan waktu untuk mencari tahu apa yang menjadi minat orang lain. Bukan saja ini latihan yang baik untuk memupuk kesabaran; tapi sangat penting bagi seorang pendeta. Jadikan prioritas Anda tahun ini untuk mengenal orang yang di lingkungan Anda - dari pasangan Anda kepada anak-anak Anda, kepada para pekerja. Ada apa dengan kehidupan mereka. Anda perlu tahu. Hal itu akan memberitahu Anda bagaimana mereka mau ditangani dan akan menjadikan Anda lebih sabar tahun ini.
Seseorang yang menguasai diri telah memperoleh kemenangan yang lebih besar. Dalam hal apa sajakah kita perlu menguasai diri? Alkitab mencatat bahwa kita perlu menguasai diri dalam segala hal. Hal itu meliputi penguasaan pikiran, kehendak dan perasaan kita. Bagaimana seseorang dapat menguasai diri? Menguasai diri terhadap pikiran-pikiran yang cabul, kotor, jahat, congkak yaitu dengan menaklukkan segala pikiran kita kepada Kristus (2 Korintus 10:5b) dan meminta Roh Kudus membaharui pikiran kita (Efesus 4:23). Menguasai diri terhadap kehendak atau keinginan hawa nafsu, yaitu dengan menundukkan kehendak kita di bawah kehendak Allah. Menguasai diri terhadap perasaan iri hati, marah, dendam, menyimpan kesalahan orang lain, yaitu dengan belajar seperti Kristus yang menganggap yang lain lebih utama daripada diri-Nya sendiri (Filipi 2:3-8).

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...