Rabu, 10 Februari 2010

Renungan Hari Selasa, 9 Pebruari 2010

Takut Akan Tuhan
Amsal 3: 7
"Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan."
Apakah anda ingin menjadi orang yang bijaksana? Nampaknya pertanyaan ini seperti perta-nyaan yang agak konyol atau paling sedikitnya seperti main-main saja. Tapi apabila pertanyaan ini ditanyakan secara serius apakah anda mau menjadi orang yang bijaksana apakah anda mau menjawabnya dengan jujur? Jawaban yang akan di sampaikan mungkin seperti ini: Saya tidak mau karena saya tidak mungkin menjadi orang bijaksana! Atau seperti ini, ya saya mau bijaksana tetapi bagaimana caranya? Hari ini secara umum secara teori para filsuf sebenarnya bisa disebut sebagai manusia bijaksana, sebab perkataan filsafat itu sebenarnya diserap dari bahasa Yunani “philosophia” = philo (menyenangi) sophia (kebijaksanaan). Di Yunani ada Socrates, Plato, di China ada Kong Hu Chu, Lao tze, di India ada Sidartha Gautama , Mahatma Gandhi…ini hanya sebagian kecil dari contoh orang yang disebut bijaksana oleh dunia.
Bagi saudara dan saya sebagai orang yang percaya kita sepakat ada beberapa orang di Perjanjian lama yang layak disebut sebagai orang yang bijaksana seperti Yusuf yang diangkat sebagai orang kedua di Tanah Mesir, Raja Salomo juga dalam pemerintahan kerajaan Israel yang belum terbagi dikenal sebagai orang yang bijaksana dengan Amsal-amsalnya serta pelbagai tindakannya yang terkenal memiliki kebijaksanaan yang luarbiasa, dan kita juga kenal Daniel dan teman-temannya sebagai orang-orang yang bijaksana bahkan Daniel boleh ada dalam pemerintah-an dari 4 generasi penguasa yang ada di Babel.
Alkitab mengajarkan bahwa untuk menjadi orang bijak tidak perlu anda menjadi seorang Filsuf ataupun harus berusia tua dulu dan berpengalaman, coba renungkan apa yang dikatakan oleh Salomo yang mengajarkan; bahwa awal untuk menjadi bijaksana adalah Takut akan Allah. (Amsal 1:7) bagaimana tanda seorang yang takut akan Allah itu, sehingga ia dapat disebut bijak-sana? Ya perlu mendengar yang Tuhan Yesus katakan "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu ( Mat 7:24).

Firman Tuhan ini menjelaskan kepada kita bahwa tidak mungkin manusia mendapatkan pertolongan Allah (jalan yang lurus), dan apalagi keselamatan kalau hidupnya masih saja mengandalkan pengertian dirinya sendiri, tidak mengakui Tuhan dalam setiap keberhasilannya, dan selalu merasa paling tahu (menganggap diri sendiri bijak).
Dalam kehidupan normal kita memang banyak menyaksikan keberhasilan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, hal itu akan sangat mungkin menipu keimanan umat Tuhan, tetapi kalau kita memiliki mata dan telinga rohani, maka kita akan tahu bahwa hal itu bisa saja terjadi karena memang itu adalah janji Allah, yaitu Dia memberi kehidupan kepada setiap orang; Allah berfirman bahwa Ia menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (Matius 5:45). Tetapi hidup di dalam pertolongan Allah, adalah keberhasilan yang jauh lebih berharga, karena melalui pertolongan-pertolongan-Nya kita akan dapat merasakan kehadiran Allah yang nyata dalam hidup kita. Hidup berkekurangan di dalam Tuhan jauh lebih berarti dari pada hidup berkelimpahan tetapi di luar kasih karunia Allah.
Penulis Amsal menasihati kita untuk tidak memercayai pengertian sendiri, alias sok tahu. Sebaliknya, memercayai Tuhan dengan segenap hati (ayat 5). Namun, kadang kesombongan menghalangi kita melakukan hal ini. Kita merasa tahu banyak hal. Kita mengandalkan diri sendiri.Padahal kita ini begitu terbatas, masa depan di lima detik mendatang saja tidak kita ketahui. Kita takkan pernah lebih tahu apa yang akan terjadi di hidup kita dibanding Dia yang Mahatahu. Tuhan ingin kita memercayai dan mengandalkan Dia sepenuh hati, agar Dia dapat menjaga dan melindungi kita. Kita dapat melakukannya melalui dua cara sederhana. Pertama, memulai hari bersama Dia dan memohon pimpinan-Nya melalui waktu teduh. Kedua, senantiasa memelihara komunikasi dengan-Nya melalui doa-doa singkat, "Tuhan, tolong saya,"/"Tuhan, pimpin saya," "Tuhan, saya mengasihi-Mu," dan sebagainya. Doa-doa singkat seperti ini akan menolong kita untuk menyadari kehadiran dan pimpinan-Nya setiap saat. Maukah kita sungguh-sungguh berserah dan mengandalkan Tuhan hari ini?



Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...