Jumat, 19 Februari 2010

Renungan Hari Jumat, 19 Pebruari 2010

Menegakkan Keadilan
Ulangan 16: 19
"Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar."
Berbicara tentang suap bukanlah hal yang tabu, baru atau mengejutkan lagi di negeri ini, bahkan bisa dikatakan bahwa praktek suap-menyuap sudah membudaya di berbagai aspek kehidupan dan sukar diberantas. Hari ini firman Tuhan dengan keras memperingatkan kita agar tidak terlibat dalam hal suap-menyuap ini. Apa pun alasanya praktek suap itu tidak berkenan dan sangat dibenci oleh Tuhan.
Banyak orang melakukan suap demi memperlancar suatu urusan. Tanpa ada 'uang pelicin' rasa-rasanya segala urusan tidak dapat berjalan dengan baik. Di zaman sekarang ini segala sesuatunya dapat dibeli dengan uang. Bahkan di bidang hukum (peradilan) pun uang yang berbicara. Yang benar bila disalahkan, sebaliknya yang salah menjadi benar. Itulah dunia! Dengan memiliki uang banyak siapa pun bisa melakukan apa saja yang diinginkan. Di manakah ada kebenaran dan keadilan sejati? Pengkhobah menyatakan, "Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan." (Pengkhotbah 3:16). Dengan suap, kebenaran bisa diputarbalikkan! Tapi sekarang ini jauh berbeda, banyak orang dengan mudahnya berkompromi, apalagi bila ada segepok uang di depan mata, masalah dosa menjadi nomor dua! Suap itu memang enak, tetapi hati nurani akan terus mendakwa kita!

Manakala kita mengakui dan percaya Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan tidak berarti kita merendahkan atau menafikkan nilai keberadaan agama dan keyakinan di luar iman Kristen. Percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan dan Hakim justru membuka ruang dan dimensi spiritualitas yang lebih luas bagi pemerintahanNya untuk menguasai kehidupan kita, sehingga kehidupan kita sepenuhnya dikuasai oleh kasih dan keadilanNya. Makna iman kepada Kristus justru menjadi manifestasi dari spiritualitas dari umat percaya yang ditandai oleh sikap pertobatan, yaitu kesediaan untuk membuang segala bentuk superioritas diri, kesombongan rohani dan segala hawa nafsu duniawi.
Dalam realita hidup memang kita sadari bahwa spiritualitas yang dimaksud memang tidak mudah dimanifestasikan. Dengan sikap prihatin kita menyaksikan beberapa anggota jemaat atau kalangan orang Kristen tertentu yang bersikap arogan dan merasa diri superior kepada sesamanya. Kita juga melihat bagaimana umat dari berbagai kepercayaan dan agama-agama gemar membuat “klaim-klaim kebenaran” dengan menistakan agama lain. Dalam konteks ini hakikat kebenaran Kristus yang dinyatakan dalam iman Kristen tidak boleh menjadi sekedar “klaim kebenaran”. Hakikat kebenaran Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan tidak boleh menjadi propaganda agama. Kebenaran Kristus dan karya keselamatanNya hanya boleh dibuktikan dalam tindakan kasih kepada sesama. Sebagaimana karakter utama dari Kristus adalah roh hikmat dan pengertian, maka selaku umat Kristen kita harus selalu mengedepankan sikap arif dan pemahaman yang mendalam terhadap berbagai persoalan kehidupan ini. Juga sebagaimana karakter utama dari Kristus adalah sikap yang takut akan Allah dengan memberlakukan keadilan, maka kita selaku umatNya juga dipanggil untuk melawan setiap jenis dosa dan menjadi pembela bagi setiap orang yang tertindas. Di tengah-tengah dunia yang cenderung mengobarkan api kebencian dan permusuhan, maka kita dipanggil oleh Kristus untuk mengobarkan api cinta-kasih, pengampunan dan kemurahan hati. Sehingga seluruh hidup dan pelayanan kita pada hakikatnya bertujuan untuk menciptakan keadaan syalom yaitu keselamatan dan damai-sejahtera Allah. Sikap yang sama juga dinyatakan oleh rasul Paulus, yaitu: “Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rom. 15:5-6).


Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...