Senin, 01 Februari 2010

Renungan Hari Selasa, 2 Pebruari 2010

Tetap Giat Dalam Pelayanan
2 Timoteus 4: 2
"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."
"Kata-kata terakhir yang sangat berarti”, itulah yang sering diingat ketika orang-orang besar, terkenal dan berpengaruh mengucapkannya tidak lama sebelum mereka meninggal. Hal ini juga berlaku bagi orang-orang yang kita kasihi, ketika kita bersama mereka di akhir usia mereka dan mereka memberikan pesan-pesan terakhir untuk kita. Surat 2 Timotius merupakan surat yang sangat mengharukan, penuh dengan getaran kasih dari seorang bapa rohani kepada anak bimbingannya. Saat menulis surat ini, Paulus sedang menghadapi hukuman mati (4:6). Karena itu, dia menuliskan pesan-pesan terakhir kepada anak rohaninya Timotius untuk:
- Menyerahkan tongkat estafet pelayanan & kepemimpinan.
- Mengingatkan Timotius tugas-tugas pelayanan terpenting yang harus ditunaikan.
- Mendorongnya tetap teguh dalam iman.
Saat anda membaca surat ini, bayangkanlah bagaimana ketika Timotius menerima surat ini, dia membaca dan membaca kembali kata demi kata pesan terakhir dari Paulus, pembimbing dan bapa rohani yang sangat dia kasihi. Dengan latar-belakang situasi penulisan surat ini, 2 Timotius merupakan surat yang paling intim dan mengharukan yang pernah ditulis Paulus.
Ketika anda membaca 2 Timotius, sadarilah bahwa anda sedang membaca kata-kata terakhir yang ditulis oleh seorang hamba Tuhan yang setia pesan-pesan terakhirnya kepada Timotius dan semua orang yang ingin menjadi pengikut Kristus. Dedikasikan kembali diri anda untuk berdiri teguh di atas kebenaran, bertumbuh dalam Firman-Nya untuk meneruskan pelayanan dengan setia.
Seorang pengkhotbah yang baik adalah bila setiap kali berdiri di atas mimbar, melihatnya sebagai kesempatan yang pertama kali, sekaligus yang terakhir kalinya. Sebagai yang pertama kali sehingga ia boleh senantiasa menjaga perasaan ketidaklayakan dan ketidakmampuan, supaya ia terus-menerus belajar bergantung kepada kuasa Tuhan. Sebagai yang terakhir kali sehingga ia berusaha untuk memberikan yang terbaik yang dapat ia berikan. Lloyd-Jones dalam bukunya Preaching and Preachers mengutip perkataan terkenal Richard Baxter, “I preach as never sure to preach again and as a dying man to dying men.” Kaitan erat antara eschatological consciousness dengan hidup yang menggunakan waktu dengan baik sudah dicatat dalam Alkitab (Ef. 5:16). Ketika seseorang belajar untuk selalu melihat setiap kesempatan sebagai kesempatan yang terakhir, ia akan mempunyai cara pandang yang berbeda dalam melakukan segala sesuatu dalam hidup ini.
Seringkali gereja Tuhan bukannya sama sekali tidak menjalankan tugas panggilan yang mulia ini, hanya saja semangat tinggi yang dimiliki hanya nampak pada waktu-waktu tertentu saja, atau pada bulan-bulan misi gerejawi saja. Sedangkan apa yang ditekankan oleh Paulus disini adalah setiap saat, setiap waktu, gereja Tuhan harus selalu siap sedia dan dengan setia memproklamasikan kebenaran Injil Tuhan kepada dunia ini.
Mengapa gereja harus memproklamasikan berita ini setiap waktu? Sebab setiap menit bahkan setiap detik ada begitu banyak jiwa yang sedang berjalan menuju jurang kematian yang kekal. Bukankah ini tugas gereja sebagai terang dunia by nature (Mat 5:14) untuk menuntun mereka berbalik dari jalan yang menuju maut kepada jalan yang menuju hidup yang kekal?
Apakah yang gereja harus lakukan agar terangnya boleh terus bercahaya di tengah kegelapan? Jawabannya adalah gereja harus Christ-centered, dan bukan self-centered. Kristus adalah Terang dunia, Dialah sumber terang itu (Yoh 8:12). Selama gereja memusatkan hidup rohaninya pada Kristus, Sang Terang itu, maka gereja akan disanggupkan untuk terus bercahaya bagi dunia sekitarnya. Tetapi, jika gereja hanya memusatkan perhatiannya hanya pada dirinya sendiri, , maka gereja akan terjebak sibuk dalam aktifitas intern di dalam tembok gereja saja, dan terangnya hanya tersembunyi di bawah gantang (Mat 5:15). Ingatlah, Gereja bukanlah kerumunan orang percaya tanpa arah dan tujuan, tetapi Gereja adalah persekutuan orang percaya, yang telah dipersekutukan dalam Kristus Yesus, Sang Terang itu, untuk menjadi berkat menerangi dunia yang masih dalam gelap.



Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...