Minggu, 14 Februari 2010

Renungan Epistel Minggu Estomihi, 14 Pebruari 2010

Teori Kepemimpinan Yitro
Keluaran 18: 17 – 23
Musa adalah salah seorang pemimpin besar dan terhormat di kalangan bangsa Israel. Disebut demikian oleh karena sejarah Alkitab menampilkannya sebagai tokoh yang memimpim pembebasan bangsa Israel dari penjajahan Kerajaan Mesir. Tetapi sebelum Musa tampil sebagai pemimpin yang berwibawa dan disegani oleh masyarakat dan para penguasa Mesir, terlebih dahulu Musa mengalami berbagai macam peristiwa, bermacam-macam situasi dan kondisi, baik yang menyenangkan maupun yang menakutkan. Ketika Musa menghadapi semua keadaan tersebut, tentu ia belum memahami maksud dan tujuannya, selain ia manghayatinya hanya sebagai keterpaksaan karena keadaan tidak memberinya pilihan lain. Akan tetapi dari perspektif teologia kepemimpinan dapat dipahami bahwa semua peristiwa yang dialami Musa sebelumnya, memberikan kontribusi pada pembentukan karakter atau mentalitas pemimpin di dalam diri Musa. Selain itu, pengalaman-pengalaman masa lalu dalam mengatasi setiap persoalan juga merupakan proses pendidikan bagi Musa untuk meningkatkan keterampilannya dalam menangani berbagai masalah.
Akan tetapi setelah Musa berada pada posisi sebagai pemimpin bangsa Israel, ternyata pola kepemimpinannya belum cukup efektif. Dengan kata lain, proses pendidikan yang telah dilalui, baik secara formal maupun secara praktikal di Mesir dan di padang belum cukup untuk membuat Musa menjadi seorang pemimpin yang berhasil. Dalam situasi memimpin perjalanan umat Israel di padang gurun, Musa masih harus mempelajari pola kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Yitro mengkritik dengan nada yang cukup keras terhadap sistem kepemimpinan Musa. Tetapi tentu saja kritik Yitro tersebut harus dilihat sebagai bagian penting dari proses pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas kepemimpinan Musa, mengingat bahwa hubungan Yitro dengan Musa adalah hubungan antara orang tua dan anak, atau hubungan pendidik dan anak didik.
Memang agak jangggal kelihatannya, sebab sejak mula tidak biasa kalau Musa mengerjakan sesuatu sendiri. Tatkala ia dipanggil Tuhan di semak belukar, ia mengaku tidak pandai berbicara, itu sebabnya Tuhan memberikan Harun sebagai pendampingnya. Namun herannya saat ini, ia menjalankan kerjanya sendiri. Melihat keadaan yang rumit ini maka Yitro memberikan saran dan ide yang cemerlang. Sungguh munculnya tidak terduga sama sekali. Jaman sekarang sering kali orang yang lebih tua dianggap kuno, kolot tidak berteknologi dan sebagainya. Namun beda dengan Musa, ia mau belajar dari mertuanya, sebab ia tahu paling sedikit ada pelajaran yang berharga yang dapat diperolehnya. Coba kita lihat jurus cemerlang apa saja yang diajarkan Yitro kepada Musa?

1 .Musa harus menjadi penengah, antara Allah dan rakyat. Dengan demikian maka kehidupan Musa sendiri harus membawa prioritas kepada Tuhan. Dengan demikian ia boleh mengerti dengan jelas apa yang diinginkan-Nya.
2.Musa harus mengetahui Kehendak Alllah supaya penyampaiannya kepada rakyat Israel tidak salah

3. Musa harus mendelegasikan tanggung-jawabnya kebeberapa orang Yitro menyerankan Musa mencari orang-orang yang cakap, takut akan Allah dan dapat dipercaya. Orang itu juga harus benci kepada pengejaran suap. Hanya merekalah yang boleh menjadi pemimpin ( 18 :21) Cara kerja yang disaran Yitro ini yang dipakai hingga hari ini oleh para ahli management dan juga organisasi-organisasi resmi. Pendelegasian tugas, sehingga menciptakan sinergi yang lebih besar.
Apa yang menjadi pelajaran kita hari ini? Sebagai seorang percaya kita harus menentukan prioritas dalam hidup kita. Terlalu banyak tuntutan yang harus dijalankan dalam kehidupan orang percaya. Tanpa pertolongan Tuhan kita tidak sanggup menjalaninya. Makanya prioritaskan hidup kita agar senantiasa berjalan di dalam kehendak Tuhan. Ada empat syarat agar kita selalu menjadi prioritas kita :
1. Kita tidak boleh mengabaikan hubungan kita dengan Allah. Jadi demi menjaga agar hubungan kita semakin dewasa dihadapan Tuhan maka kita perlu pengalaman dengan Tuhan. Maka untuk mendapatkan pengalaman itu maka kita perlu sungguh-sungguh belajar firman Tuhan, setelah itu kita perlu juga mengalami hubungan yang intim dengan-Nya dengan demikian maka kita dapat menceritakan kepada orang lain.
2.Kita tidak boleh mengabaikan keluarga. Hubungan dengan Allah tidak boleh menggantikan hubungan kita dnegan orang-orang beriman sekitarnya terutama keluarga. Lihatlah Musa, di saat sibuk dengan segala tugas, ia masih sempat bertemu dengan isteri dan anak-anak dan juga dengan mertuanya. ?Tetapi jika ada seorang yang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya. Orang itu murtad dan lebih buruk dari seorang beriman (1 Tim 5 :8)
3. Kita tidak boleh mengabaikan tanggung-jawab pekerjaan kita. Di dalam Kolose 3 : 23, 24 rasul Paulus mengatakan ?Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan baguimu sebagai upah ? Jadi fokus memusatkan perhatian kepada segala tugas dengan penuh tanggung ?jawab sangat penting. Membaca Alkitab, melayani Tuhan itu penting bagi orang percaya, namun kalau pada saat jam kerja Anda membaca Alkitab dan melayani Tuhan; maka Anda telah melalaikan tanggung jawab sebagai orang percaya di tempat kerja.
4. Tidak mengangap remeh siapapun, baik dia orang yang lebih muda, maupun yang lebih tua, mereka yang lebih lemah atau bawahan. Mungkin bagi banyak orang menganggap sang mertua itu orang kolot dan ketinggalan jaman, namun bagi Musa justru mertuanya sebagai sang penyelamat sebab idenya sangat cemerlang dan munculnya tanpa di duga. Jika tidak ada intervensi Tuhan, kita yakin semua ini tidak bakal terjadi.
Lihatlah Tuhan Yesus, ia tetap menghargai semua orang, termasuk orang yang berdosa bahkan mereka yang memusuhi-Nya. Lalu sebagai pengikut-Nya kita melakukan kesalahan yang besar bila kita menganggap remeh orang lain. Tuhan menciptakan semua manusia unik, mereka memiliki kelebihan tersendiri. Mari kita ambil kesempatan untuk melihat kelebihan orang lain, tinggalkan kebiasaan yang selalu menganggap rendah seseorang. Mana tahu, mungkin Anda saat ini yang akan dipakai Tuhan memberi ide cemerlang pada orang lain?


Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...