Selasa, 06 Oktober 2009

RENUNGAN EPISTEL MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS, 11Oktober 2009

Menjaga Kekudusan
Kejadian 39 : 1 – 10
Dalam sebuah dunia dimana iman sedang memudar dan integritas jarang ditemukan, hidup Yusuf bersinar bak bintang yang cemerlang di langit yang kelam, yang memperlihatkan pada kita bahwa mengikuti Allah akan memberikan harapan bahkan dalam keadaan yang paling buruk sekalipun. Dalam nas ini memperlihatkan pada kita seorang pria yang menghadapi berbagai masalah yang sama jenisnya dengan yang kita hadapi saat ini-atau lebih parah-dimana iman yang kuat dalam Allah akhirnya memenangkan keberhasilan dan kehormatan yang besar. Tidak ada keluarga yang lebih rusak saat ini dari pada keluarga Yusuf. Tidak ada seorangpun yang menghadapi pencobaan yang lebih besar saat ini dari pada pencobaan yang ditawarkan isteri Potifar pada Yusuf. Tidak ada iman yang lebih tertantang dengan keras saat ini dari pada iman Yusuf yang menghadapi hukuman mati dipenjara Mesir. Namun, Yusuf tetap teguh, dan meneladankan kepada kita mengenai apa yang mungkin terjadi jika orang awam mempertahankan hubungan mereka dengan Allah. Sejak dari hadiah ayahnya berupa satu jubah berwarna-warni, melalui amarah karena cemburu yang mendorong saudara-saudara menjualnya menjadi budak, sampai promosinya yang sangat mengejutkan kepada posisi penguasa bangsa. Yusuf melalui pencobaan dan pemenjaraan sampai ia bebas karena menjelaskan makna mimpi raja, yang membeberkan masa depan yang suram dan mengancam dan menyerahkan suatu rencana untuk menyelamatkan bangsa itu. Sang raja yang sangat terkesan, menempatkan Yusuf untuk memimpin seluruh Mesir di mana saudara-saudaranya, yang telah menolaknya, sangat ketakutan ketika mereka bertemu dengannya sekali lagi. Di dalam sejarah tidak ada kisah yang lebih memikat dari pada kisah Yusuf. Kisahnya terlihat seperti sebuah cerita kepahlawanan, penuh dengan tipu daya, tekanan, pencobaan, dan emosi yang hebat. Dan kisah ini sangat menyentuh kita karena kita bisa melihat diri kita sendiri yang menghadapi kesulitan-kesulitanyang sama jenisnya seperti pria ini, dan kita menang.

2. Ayat 2-5; 22-23 menyatakan bahwa Tuhan menyertai Yusuf dalam setiap perkara. Hal ini juga disadari Potifar sehingga ia meng-kuasakan segala miliknya kepada Yusuf dan Tuhan memberkati rumah Potifar karena Yusuf. Bagaimana mungkin semua yang dikerjakan Yusuf berhasil jika hal itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan?. Artinya Yusuf telah berubah dari seorang yang mengandalkan diri dan ayahnya menjadi seorang yang mengandalkan Allah. Ayat 6-12 mengatakan bahwa Yusuf manis sikapnya. Inilah transformasi karakter seorang anak manja, tidak tahu kerja menjadi seorang yang manis sikapnya dan berkomitmen tinggi. Sebagai seorang manusia dapat dikatakan bahwa hidup Yusuf telah berhasil, sukses besar. Seorang budak menjadi kuasa semua harta majikannya. Secara manusia kita mengatakan bahwa proses hidup Yusuf telah selesai. Pada suatu hari Yusuf difitnah oleh istrinya Potifar karena menolak untuk berzinah dengan-nya sehingga Yusuf dijebloskan ke penjara. Ayat 7 menulis ‘ia memandang Yusuf dengan birahi’. Sesungguhnya istri Potifar bukan sosok asing dalam dunia modern bukan? Sebuah survey terhadap 60.000 wanita Amerika oleh sebuah majalah beberapa tahun yang lalu mengungkapkan: 47% menyetujui seks pra-nikah dan 27% menyetujui perselingkuhan. Ini survey mungkin sudah 10 tahun yang lalu dan khusus wanita. Bisa kita bayangkan hasilnya jika survey itu dilakukan hari ini dengan responden pria. Saudara, dalam kasus Yusuf kita melihat pemeliharaan Allah nyata karena pada jaman itu kesalahan yang dituduhkan kepada seorang budak seperti Yusuf pasti mendatangkan hukuman mati. Atas anugerah Allah, Yusuf hanya dipenjara dan kembali Yusuf menjadi kesayangan kepala penjara.
3. Kita mampu belajar dari apa yang diteladankan oleh Yusuf dengan menjaga kekudusan tubuhnya dari pengaruh-pengaruh negatif yang sewaktu-waktu membuat dia jatuh dalam dosa. Kitapun tidak lepas dari godan-godaan yang mampu menyeret kita; harta, kekayaan, kenikmatan yang sesaat yang membuat kita bisa menjadi buta dan sesat. Banyak tawaran-tawaran yang menggiurkan dan menarik hati kita bahkan dengan keindahan dan kecantikan dunia ini dapat memikat hati kita. Namun kita harus waspada dan mawas diri dengan semuanya itu. Sebab si Iblis mampu membutakan akal sehat kita. Maka agar kita mampu menghalau godaan tersebut, orang percaya seharusnya menggantungkan hidupnya kepada Tuhan saja sebagaimana yang dilakonkan oleh Yusuf dalam menghadapi godaan itu. Kita harus tetap mempertahankan iman percaya kita kepada Tuhan. Ibani 12: 14 mengatakan “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...