Rabu, 28 Oktober 2009

RENUNGAN EPISTEL MINGGU XXI SETELAH TRINITATIS, 1 NOPEMBER 2009

Menyembah Tuhan Dengan Tulus
Yosua 24: 14-24
1. Menetapkan Pilihan.
Sesudah Yosua mengingatkan umat Israel akan hari yang lampau, yang penuh dengan anugerah-anugerah Tuhan, kemudian Yosua mengajak mereka untuk memilih. Lebih dahulu Yosua menyebutkan konsekuensi tindakan Tuhan, yaitu supaya Israel takut kepada Tuhan serta berbakti kepadaNya dengan tulus iklas dan setia. Takut akan Tuhan tidak berarti suatu rasa takut terhadap dewa yang bertindak sewenang-wenang; melainkan takut, supaya Tuhan jangan mereka jauhi, melainkan selalu mereka hormati. Tuhan memilih Israel dan Tuhan seba-setia; sebagai balasan Israel harus memilih Tuhan dengan iklas hati dan setia juga. Dengan sendirinya hal itu berarti bahwa Israel menjauhi segala ilah yang pernah diberi bakti diseberang sungai Efrat dan di Mesir. Tambahan, kalau di Mesir itu menarik perhatian, karena agama Mesir rupanya terlalu asing bagi umat Israel, sehingga tidak merupakan penggodaan. Tetapi tidak mustahil bahwa ilah-ilah dari Mesir itu toh diberi bakti sedikit. Bagaimanapun juga, dewa-dewa setempat ditanah Mesopotamia dan ditanah Mesir harus ditolak. Begitu juga ilah-ilah orang Amori yang negerinya mereka diami itu (ay.15). Hal yang terakhir itu memang menjadi penggodaan yang paling besar buat umat Israel. Mendiami suatu negeri dan tidak menyembah dewa-dewa setempat, itulah suatu hal yang bertentangan dengan seluruh pandangan bangsa-bangsa kafir di Asia-Barat-Daya kuno itu. Oleh karena itu Israel harus memilih dengan sadar dan insaf antara ilahi dari seberang sungai Efrat atau ilah dari tanah Kanaan dengan Tuhan. Dan sekaligus Yosua menjelaskan bahwa ia sendiri seisi rumahnya telah memilih Tuhan tanpa keragu-raguan apa-apa.

Demikian halnya dengan hidup kita selalu diperhadapkan atas pilihan-pilihan. Kita juga banyak menghadapi godaan-godaan dalam hidup kita. Banyak yang sudah terjerumus dengan godaan-godaan dunia ini. Oleh karena ingin sukses, tenar, mendapat kekayaan, ia rela meninggalkan Tuhan Yesus, dan akhirnya menyembah allah lain. Dunia ini dengan segala hikmatnya sangat senang untuk menggoda dan menjatuhkan iman kita. Tuhan memberikan kebebasan kepada kita untuk memilih menyembah dunia ini atau memilih untuk menyembah Tuhan. Demikian sebelumnya pilihan itu telah diberikan Allah kepada Adam, namun karena pilihan Adam adalah hikmat dan kenikmatan dunia sehingga dia jatuh kedalam dosa. Hendaknya bangsa Israel belajar dari pengalaman Adam dan kita sekarang juga hendaknya belajar dari pengalaman Adam dan bangsa Israel, agar kita dapat menetapkan pilihan yang benar dan tepat. Pilihan kita haruslah kita tetapkan yang membawa keselamatan. Sebab hanya orang percayalah yang mampu menetapkan pilihannya pada Allah saja. Bahkan untuk menyembahnya didalam hidup kita. Janganlah kita terlalu gampang untuk tergoda meninggalkan Tuhan kita. Jika seseorang diperhadapkan dengan pilihan,ia akan bergumul dalam menentukan pilihannya itu.Sebab tiap pilihan yang diperhadapkan itu memiliki konsekuesinya. Jika sudah memilih A, tentu pilihan yang lainnya tidak bisa didapatkan.Karena pilihan itu sendiri adalah memilih yang terbaik diantara sekian banyak pilihan yang ada.Misalnya saja:seorang pria atau wanita yang merencanakan untuk menikah maka secara otomatis ia telah memilih atau mempunyai calon yang akan dibawa ke altar dari kemungkinan sekian banyak pilihan terhadap teman2nya. Sekarang, mungkin Saudara sedang bergumul dengan pilihan, mau terus melayani Tuhan atau malah tergoda atau tergiur dengan apa yang ditawarkan oleh dunia ? Memang berat untuk menentukan pilihan tersebut,namun kita dapat meminta pertolongan Roh Kudus untuk memampukan kita dalam memilih dan memutuskan sebuah pilihan yang tepat.

2. Mencintai Kesetiaan.
Bangsa Israel pun tidak ragu-ragu sedikitpun juga. Mereka mengakui segala kebaikan Tuhan pada zaman yang lampau. Mereka tahu bahwa Tuhan telah memilih mereka, serta telah mengangkat mereka dari tanah Mesir, kemudian mengatur mereka ke tanah Kanaan, lalu mengusir penduduk negeri itu dari depan mereka. Tetapi Yosua belum puas. Umat Israel harus menginsafi juga segala resiko yang terkandung dalam kebaktian kepada Tuhan. Risikonya yaitu Tuhan menuntut kebaktian yang seratus persen. Umat Israel tidak sanggup berbakti kepada Tuhan, sebab Tuhan Allah yang kudus, yang membenci akan kesalahan dan dosa. Kesalahan dan dosa itu tidak akan diampuniNya. Yang dimaksud disini ialah dosa yang tertentu, yakni jika Israel meninggalkan Tuhan. Tuhan adalah cemburu- dengan maksud yang baik. Tuhan digambarkan disini seperti seorang suami yang marah karena isterinya tidak setia kepadanya. Sudah barang tentu kemarahan itu timbul, karena kasih suami terhadap isteri itu. Begitu juga Tuhan tidak akan membiarkan Israel, jika tidak setia. Kalau Israel berbakti kepada ilah asing, Tuhan akan membinasakan mereka. Tuhan tidak bergantung kepada umat Israel. Dalam hal ini juga Tuhan berbeda jauh daripada ilah-ilah setempat. Dalam pandangan bangsa-bangsa kafir, bangsa tergantung dari dewa, tetapi dewa juga bergantung dari bangsa. Jika bangsa itu binasa, dewa itu ikut binasa. Tetapi Tuhan itu lain. Jika Israel menyimpang dari Tuhan, Ia tidak bimbang untuk membinasakan mereka. HidupNya tidak tergantung daripada hidup umatNya. Setelah bangsa Israel diberi keterangan, mereka tetap memilih Tuhan dan mereka berjanji akan berbakti kepada Dia saja. Demikian halnya iman kita kepada Tuhan tidak cukup dengan hanya ucapan saja tetapi juga diminta juga kesungguhan kita untuk mengikutinya.
ibadah kepada Tuhan bukan hanya menyangkut aturan keagamaan (kultis), melainkan juga berkenaan dengan kehidupan sehari-hari (etis). Bukan hanya soal rajin ke gereja, berdoa, berpuasa, memberi persembahan, melainkan juga soal perilaku dan sikap hidup. Apalah artinya rajin ke gereja, tekun berdoa dan berpuasa, tidak pernah absen memberi persembahan, jika kita menutup mata terhadap ketidakadilan, tindakan kita jauh dari nilai kesetiaan, dan hati kita dipenuhi kesombongan? (Mikha 6:8).
3. Terpanggil Menjadi Saksi Kristus.
Bangsa Israel dijadikan saksi terhadap mereka sendiri. Secara resmi dan dalam rapat umum Israel telah memilih Tuhan untuk berbakti kepadaNya. Sekiranya akibat-akibat pilihan itu akan dirasakan, Israel tidak dapat menolaknya. Bangsa Israel sanggup menjadi saksi. Jadi janganlah Israel mengeluh, jikalau mereka kena hukuman karena meninggalkan Tuhan. Resiko itu telah mereka ambil dengan kesadaran yang sejelas-jelasnya. Perlu tiap kali bangsa Israel menjauhkan ilah-ilah asing yang ada ditengah-tengahnya dan mencondongkan hatinya kepada Tuhan. Untuk kesekian kalinya bangsa Israel mengulangi niatnya untuk berbakti kepada Tuhan dan mendengarkan FirmanNya. Zaman Yosua itu masih zaman emas.
Bagi kita zaman sekarang yang namanya bersaksi bukan dengan perkataan saja namun juga harus dapat dibuktikan melalui perbuatan dan tingkah-laku kita. Kita sebagai orang percaya diberikan tugas dan tanggung jawab untuk meneladani pengorbanan Kristus terhadap kita umat manusia. Dia tetap memberikan kesaksian dari berbagai khotbah dan pengajaranNya tentang kuasa Bapa di sorga. Kita sebagai orang percaya yang sudah ditebus oleh Kristus juga terpanggil untuk meneladani teladan Kristus. Kita hendaknya juga melakukan apa yang dilakukan Yesus dengan mempersaksikan kemurahan kasih dan kuasaNya. Pengalaman apakah yang bisa anda persaksikan kepada orang lain tentang Yesus? Mari buktikan dalam hidup kita ! Sebelum kita bersaksi kepada seseorang, terlebih dahulu kita harus menjalin persabahatan dengannya. Hal ini untuk memperkecil resiko kesalahpahaman dan perbantahan pada waktu berita Injil disampaikan. Lagipula bila hubungan baik sudah terjalin, mereka akan lebih terbuka dan percaya terhadap berita Injil yang kita sampaikan. Terbukti banyak orang yang sudah dimenangkan dengan cara ini. Hal yang perlu diingat dalam bersaksi, yakni berita yang disampaikan haruslah berisi kisah kehidupan awal kita sebelum menerima Kristus, peristiwa saat menerima Yesus, dan perubahan hidup apa yang sudah dialami setelah menerima Yesus Kristus. Adakah manfaatnya. Kita juga memasukkan berita Injil yang menyatakan bahwa semua manusia telah berdosa, segala usaha yang dilakukan manusia adalah sia-sia (Titus 3:5), sebab hanya ada satu jalan untuk menuju selamat dengan percaya Yesus (Yohanes 14:6). Ingatlah bahwa kesaksian kita hanyalah sebagai pintu gerbang supaya Injil bisa diberitakan kepada orang itu. Fokus utamanya bukanlah diri kita, melainkan Tuhan Yesus, apa yang telah Dia perbuat agar manusia diselamatkan. Dan hal penting lainnya adalah kesaksian hidup kita sendiri. Amin (EM).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...