Kamis, 29 April 2010

Renungan Hari Jumat, 30 April 2010

Memuji Tuhan
Mazmur 150 : 6
Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya
Setiap pagi kita bangun dari tidur kita, sudah merupakan berkat yang luar biasa. Nafas kehidupan yang dihembuskan oleh Allah buat kita membuat kita boleh bergerak dan bekerja dari hari ke hari. Kita patut mensyukuri nikmat karunia Tuhan tersebut. Namun terkadang kita selalu lalai dalam bersyukur kepadaNya. Oleh sebab kesibukan yang melanda hidup kita dan kebiasaan-kebiasaan duniawi kita bisa melupakan kasih karunia Tuhan tersebut. Terkadang kita hanya mengingat jadwal kegiatan kita atau juga saat ini dengan adanya tehknologi komunikasi Handphone yang membuat kita hanya mau melihat apakah sms sampai saat i ni atau hari ini.
Hidup yang bersyukur adalah bagian dari kehidupan orang percaya yang sudah diselamatkan oleh anugerah Tuhan yang cuma-cuma. Daud mengungkapkan rasa syukur dan pujian kepada Tuhan atas semua kebaikan, kemurahan dan berkat yang dialami selama hidupnya. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak bersyukur kepada Tuhan. Sebab Daud sadar pernah melakukan kesalahan yang tidak diperkenan Tuhan, baik hubungan gelap dengan Batsyeba maupun rencana pembunuhan terhadap Una (2Sam. 11, 12). Kalau bukan kemurahan Tuhan, bagaimana mungkin Daud mengalami kebaikan Tuhan?
Bahkan dalam nas ini diarahkan segala yang bernafas berarti segala ciptaan mahkluk hhidup haruslah memuji Tuhan atas karuniaNya yang sungguh luarbiasa. Segala mahkluk yang bernafas memuji Tuhan dengan kelebihannya masing-masing. Setiap mahkluk berkembang dan bekerja untuk memuliakan Tuhan. Sebab itulah sebelumnya keinginan Tuhan ketika menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, namun akibat kejatuhan manusia kedalam dosa, mahkluk lain selain manusia juga ikut tidak memuliakan Tuhan. Sebab manusia yang jatuh dalam dosa itu , yang merupakan mahkluk termulia dari segala ciptaan Tuhan menodai kesucian perintah Allah. Sehingga berdampak pada lingkungan kehidupan manusia itu. Kita lihat saat ini pencemaran dan polusi dimana-mana; baik itu polusi udara, polusi suara, polusi air, dan polusi darat, berbagai zat-zat kimia merusak ekosistem lingkungan hidup, sehingga mahkluk-mahkluk lain menjadi merana dan tidak dapat hidup sesuai dengan yang ditetapkan oleh Tuhan, sebab yang ditetapkan Tuhan hidup mahkluk hidup yang serasi dan disanalah segala mahkluk yang bernafas itu memuji Tuhan.
Sungguh dalam pengakuan Pemazmur dalam mengungkapkan puji-pujiannya, dalamnya pujian kita kepada Tuhan sebab kita pribadi mau lebih akrab kepada Tuhan dan mengerti firmanNya untuk memelihara segala yang bernafas itu agar tetap dalam kondisi yang baik untuk memuji Tuhan. Marilah kita semua menyelaraskan kehidupan yang memuji Tuhan dengan melihat kelestarian lingkungan kita; baik dari soal tertib membuang sampai hingga tertib untuk menjaga lingkungan disekitar kita. (EM)

Rabu, 28 April 2010

Renungan Hari Kamis, 29 April 2010

Gundah Gulana
Mazmur 42 : 5
Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan
Pemazmur mengatakan bagaimana jika jiwanya dalam keadaan gundah gulana, yaitu suatu pengalaman hidup yang sedang susah, jiwanya tertekan, sedang stress, lalu dia bertanya kepada Tuhan, bagaimana aku bisa masuk ke Rumah Tuhan? Bagimana aku bisa beribadah, atau berdoa, atau menyanyi? Dari doanya itu Pemazmur menemukan jalan keluarnya, mengapa engkau tertekan dan gelisah? Berharaplah kepada Tuhan ! Maka Allah akan datang dan menolong. DIA adalah Penolongku dan Allahku! Pemazmur mengajarkan kepada kita, bahwa kita bisa curhat kepada Tuhan. Kita bisa menyampaikan perasaan kita yang sedang mengalami gundah gulana. Tuhan akan membuka tangan-NYA untuk menolong kita, maka hanya benar-benar menjadi harapan dalam hidup kita. Sikap hati yang sedang mengalami gundah gulana, maka perasaan yang demikian harus segera dibereskan bersama dengan Tuhan. Bagaimana bisa membereskan dengan Tuhan? Tidak lain, kita harus terus menerus mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan. Baik melalui Firman Tuhan atau doa.

Paulus mengatakan "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Ini penghiburan besar bagi kita yang sedang menghadapi masalah menumpuk. Ada tiga kunci disini: Pencobaan seberat apapun itu adalah biasa, tidak akan melebihi kemampuan kita, dan di sisi lain Allah yang setia akan tetap membuka jalan bagi kita untuk bertahan. Ada kalanya kita melemah karena tangan Tuhan seperti tidak kunjung terulur untuk melepaskan kita.
"Berharaplah kepada Allah!" itu seruan Pemazmur yang terus mengingatkan jiwanya, mengendalikan jiwanya agar tidak padam dan menyerah. "Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" Ini sikap yang harus kita lakukan. Kita harus mampu mengendalikan jiwa kita, terutama dalam kondisi tertekan dan gelisah agar tidak melupakan Tuhan. Tetap bersyukur dan terus berpegang kepada Tuhan Sang Penolong yang pasti akan mengulurkan tanganNya pada suatu ketika. Akan sangat berbahaya jika kita membiarkan jiwa kita tidak terkendali, oleh sebab itu kita harus mampu menjaga jiwa kita untuk tetap ingat kebaikan Tuhan, kesetiaan dan kasihNya kepada kita. Dia akan memberikan jalan keluar, sehingga kita dapat menanggungnya.


Senin, 26 April 2010

Renungan Hari Rabu, 28 April 2010

Mendapat Pengampunan
Roma 4 : 7
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya;
Kesaksian di atas adalah kesaksian Daud (Mazmur 32) setelah ia memperoleh pengampunan dari Tuhan atas segala kesalahannya. Kesaksian semacam ini juga dapat diungkapkan oleh setiap orang percaya, manakala ia sungguh-sungguh menerima pengampunan dari Tuhan-nya atas segala kesalahan yang pernah dibuatnya. Mungkin bagi banyak orang mengakui dosa, telah dilakukan setiap hari dalam doa-doanya. Bahkan mengakui kesalahan bisa menjadi ucapan bibir yang begitu gampang keluar dari mulut, tanpa disertai kesungguhan dan penghayatan akan segala yang diucapkannya itu. Mengakui dosa atau kesalahan bisa menjadi semacam ucapan "rutin" setiap orang tanpa mengetahui apa sebenarnya dosa atau kesalahan yang telah diperbuatnya. Kita sering mendengar doa, atau mungkin doa kita sendiri demikian, "... ya Tuhan ampunilah dosa-dosaku," namun sesungguhnya dosa yang mana dan dosa apa yang telah kita perbuat kita sendiri tidak tahu. Kita tidak tahu dosa atau kesalahan kita karena mungkin terlalu banyak kesalahan yang telah kita lakukan terhadap Tuhan dan sesama, sehingga kita tidak tahu lagi mana yang harus kita mintakan pengampunan-Nya. Karena itu, tidak sedikit orang yang hidupnya tetap dirundung kegelisahan dan hatinya tidak tenang meskipun berulang-ulang ia sudah minta pengampunan atas kesalahannya. Sebab setelah ia minta pengampunan dari Tuhan, segera ia lupa akan ucapannya dan segera melakukan kesalahan yang sama. Demikian sepanjang hidupnya banyak orang dipenuhi dengan kata penyelesalan sekaligus dipenuhi kesalahan yang sama juga. Tuhan sendiri tidak pernah mendengar penyesalan orang-orang yang sebenarnya tidak tahu akan apa yang ia sendiri ucapkan. Karena penyesalan semacam itu hanyalah ucapan bibir yang tidak ada artinya. Namun Tuhan berkenan atas penyesalan seperti yang diucapkan dan dilakukan oleh Daud. Karena Daud tahu betul apa yang telah diperbuatnya, dan sadar benar terhadap apa yang diucapkannya. Ia telah melakukan pertobatannya dengan sungguh-sungguh, dan ia sadar benar atas kesalahan yang pernah dibuatnya. Setelah mendapatkan pengampunan, Daud merasa berarti dan berharga lagi di hadapan Tuhan-nya. Ia telah mengakhiri pergumulannya yang panjang dan sekarang ia bisa merasakan persekutuan yang sebenarnya dengan Tuhan. Persekutuan itu tidak lagi terhalang oleh dosa-dosanya. Kesukacitaan Daud sungguh menyemangati pengabdiannya kepada Tuhan dan sesama. Sekarang tidak sia-sia Daud mengabdikan dirinya kepada Tuhan, karena ia tahu benar bahwa Tuhan berkenan memakainya kembali. Pengalaman Daud ini bisa menjadi pengalaman setiap orang percaya. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari kebahagiaan orang yang telah diampuni kesalahannya. Dan tidak ada kesukacitaan yang melebihi kesukacitaan orang yang telah meninggalkan dosanya. Kanya karena iman, bukan karena perbuatan, kita dapat bersekutu dengan Allah: "Tetapi kepada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran". Dan, kita membaca dalam Roma 3:28, "Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena melakukan hukum Taurat." Tidak ada cara lain -- bukan dengan uang ataupun perbuatan baik – yang dapat membuat Allah menerima diri kita yang berdosa. Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Kita hanya dapat diselamatkan oleh Anak Allah, yaitu Yesus yang menjalani hidup tanpa cela, mati sebagai kurban sempurna atas dosa-dosa kita dan bangkit dari kubur.


Renungan Hari Selasa, 27 April 2010

Kasih Bapa Penebus
Yesaya 63 : 16
Bukankah Engkau Bapa kami? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala.
Tuhan mengikat perjanjian dengan Abraham, melalui perjanjian itu diaturlah hak dan kewajiban dari Abraham demikian juga Tuhan. Perjanjian itu memberi kepastian dan jaminan bagi iman Abraham. Dalam perjanjian itu Allah menyatakan banyak hal yang akan dilakukan bagi Abraham, dan untuk Abraham, Allah hanya meminta supaya Abraham hidup dengan tidak bercela di hadapan Tuhan, yang artinya adalah sempurna. Tidak bercela, berbicara tentang kesungguhan hati atau ketulusan hati. Untuk dapat hidup dengan tidak bercela, maka Abraham harus dengan tulus hati mengikut Tuhan. Dia harus percaya Tuhan sepenuhnya, baik pada FirmanNya, maupun pada JanjiNya. Menjadi Bapa dari segala bangsa, tentu tidak bisa dikerjakan oleh manusia yang terbatas, hanya Tuhan yang mempunyai kuasa yang tidak terbatas yang dapat melakukannya. Karena itu tidak ada yang bisa dilakukan oleh Abraham, kecuali hidup dalam perjanjian, yaitu hidup dengan tidak bercela dihadapan Tuhan, supaya Tuhan dapat leluasa bekerja dalam hidup Abraham.
Kalau kita ingin, janji Tuhan digenapi dalam hidup kita, maka hiduplah dengan tidak bercela dihadapanNya.
Begitu banyak gambaran kasih karunia Allah bagi manusia, dan reaksi kita dalam menerima kasih karunia itu. Pengampunan adalah satu dari sekian berkat yang diberikan Bapa kepada anak-anak-Nya. Ia ingin agar kita mendapatkan yang terbaik yang Ia miliki. Allah membuktikan kasih-Nya dengan mengirim Anak yang sangat dikasihiNya agar kita bisa menjadi anak-anak-Nya. Dan Allah menerima kita sebagai anak-anakNya tanpa menghakimi, dan justru merancangkan yang terbaik bagi kita.
Kalau kita cermati peran pria sebagai seorang “bapa” dianggap superior, maka para pria justru kehilangan kemampuan utamanya untuk memerankan “bapa” dalam arti yang positif dan konstruktif. Mereka tidak dapat memerankan fungsi atau perannya sebagai seorang bapa dengan penuh kasih. Akibatnya cukup banyak para bapa yang mudah menyakiti hati istri dan anak-anak mereka. Mereka menerapkan sikap otoriter dan kadang-kadang menggunakan cara yang keras untuk mengatur kehidupan keluarga atau orang-orang di tempat pekerjaannya. Makna peran seorang “bapa” sering diidentikkan dengan sikap “maskulin” yang konotasinya menunjuk sikap kelelakian yang kasar, tangguh, kejam dan selalu mampu memaksakan kehendak. Padahal arti seorang “bapa” tidaklah demikian. Karena dalam diri seorang “bapa” tersirat suatu model dari ketokohan yang dilandasi oleh kebijaksanaan, intelektualias dan keteladanan moral. Itu sebabnya gelar “bapa” dalam Alkitab kemudian dikenakan kepada sesuatu yang ilahi, yaitu Allah. Secara khusus dalam pengajaran Tuhan Yesus, Allah dipanggil dengan “bapa” (Abba).
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap anggota jemaat juga dipanggil untuk menjadi seorang bapa yang mampu bersikap mandiri dan bertanggungjawab. Kita masih menjumpai para bapa di kalangan anggota jemaat yang kurang bertanggungjawab, sehingga mengabaikan upaya untuk memenuhi kebutuhan para anggota keluarganya. Bahkan tidak jarang kita jumpai para bapa di kalangan anggota jemaat yang malas bekerja. Akibatnya istri mereka yang harus menggantikan peran sebagai pencari nafkah. Tampaknya para bapa tersebut telah mengembangkan kebiasaan yang buruk sejak mereka masih muda, sehingga mereka tidak pernah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bekerja mencari nafkah.
Bagaimana kita saat ini ketika menanggapi kasih karunia Allah Bapa. Ada diantara kita yang menjadi pemberontak dengan melakukan hal-hal yang buruk. Ada juga yang menjadi pemberontak, karena melakukan hal-hal yang baik, dan bermegah di dalam perbuatan baik itu. Betapa menyedihkan jika seorang bapa, secara lambat laun tidak lagi mencintai Tuhan dengan sepenuh hati, karena ia secara diam-diam mencintai hal-hal yang bukan Tuhan. Betapa menyedihkan jika seorang pelayan Tuhan secara lambat laun menjadi dingin di akhir hidupnya dan tidak bernyala-nyala lagi melayani Tuhan.
Kasih seorang Bapa pada Anak-Nya yang telah mengorbankan diri untuk menyelamatkan orang lain. Dan karena kasih Bapa itu, siapa yang menerima Anak-Nya akan menjadi ahli waris-Nya dan menerima seluruhnya.



Renungan Hari Senin, 26 April 2010

Pakaian Keselamatan
Yesaya 61:10
Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.
Setiap peristiwa dan pengalaman hidup yang terjadi dihayati sebagai yang kudus. Sehingga kita tidak lagi membuat pembedaan suatu peristiwa dan pengalaman hidup sebagai sesuatu “yang kudus” dan terpisah dengan “yang sekuler”. Sebaliknya kita akan memperlakukan setiap orang dan setiap situasi dengan sikap yang benar, adil, serba hati-hati dan dipenuhi oleh roh yang takut akan Tuhan. Apabila setiap peristiwa dan pengalaman merupakan manifestasi dari karya keselamatan Tuhan, maka kita akan terus belajar merangkulnya dengan sikap iman dan memaknainya secara kreatif. Ini dimungkinkan bagi mata orang yang suci hatinya. Sebab hanya orang yang suci hatinya saja yang mampu merangkul atau menerima setiap peristiwa yang paling pahit dan sedih. Sebaliknya mereka yang hidup cemar dalam dosa, tidak akan sanggup untuk menerima hal yang paling “sederhana/kecil” dalam suatu peristiwa yang pahit. Apalagi jika mereka harus diperhadapkan dengan suatu hal yang “besar” dalam suatu peristiwa pahit seperti peristiwa yang tragis dan penderitaan! Mereka segera meledak-ledak penuh kemarahan dan mencaci-maki Allah. Setelah itu mereka kehilangan kendali, lumpuh dan tidak berdaya.

Kehadiran Kristus bukan hanya dapat menimbulkan perbantahan teologis, tetapi Dia juga ditentukan oleh Allah untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang. KedatanganNya ke dalam dunia bukan sekedar membawa suatu revolusi perubahan pemikiran dalam perjalanan sejarah, tetapi juga kedatangan Kristus membawa arah perjalanan sejarah bergerak ke arah dirinya. Kehidupan umat manusia bergerak ke arah diriNya. Ini berarti kehadiran, pemikiran, dan karya Kristus menjadi parameter atau tolok ukur yang terus-menerus menyeleksi dan memberi pencerahan kepada umat manusia sepanjang abad. Bahkan keselamatan dan hidup kekal tidak dapat dilepaskan dari iman kepadaNya. Itu sebabnya di hadapan Kristus setiap orang dipanggil untuk berani melepaskan segala kebanggaan dan kebenarannya. Selama kita masih memiliki kebanggaan-kebanggaan duniawi dan kebenaran-kebenaran yang bertentangan dengan kehendak Allah, maka Kristus yang adalah batu penjuru Allah dapat berubah menjadi batu sentuhan bagi kita. Sebab kita tersandung jatuh karena kita berbenturan dengan Kristus. Tetapi sebaliknya bagi setiap orang yang rendah-hati, terbuka terhadap anugerah dan keselamatan Allah; maka kehadiran Kristus justru akan membangkitkan dia untuk menjadi alat Tuhan yang efektif. Kita dapat melihat orang-orang yang dibangkitkan oleh kuasa Kristus seperti: Albert Schweitzer (14 Januari 1875 – 4 September 1965), Mother Teresa (26 Augustus 1910 – 5 September 1997), Paus Yohanes Paulus II (18 Mei 1920 – 2 April 2005), dan sebagainya. Karena itu panggilan kita yang utama selaku umat percaya adalah agar kehidupan kita dapat senantiasa selaras dan sesuai dengan kehendak Kristus.
Sudahkah kita yakin bahwa pakaian keselamatan itu sudah benar- benar kita pakai...? Bila sudah, nikmatilah sukacita dari kasih Tuhan Yesus. Jubah ini telah Yesus kuduskan melalui darah-Nya sendiri. Jangan kotori jubah ini dengan perkara-perkara dursila! Mengenakan jubah kebenaran di tengah-tengah dunia yang kotor membutuhkan langkah hati-hati dan kewaspadaan yang tinggi.


Kamis, 22 April 2010

Renungan Epistel Minggu Jubilate, 25 April 2010

Allah Membaharui : Kita Bersorak-Sorai
Zefanya 3 : 14 – 20

Kitab Zefanya di dalam Alkitab ditulis oleh nabi Zefanya. Zefanya adalah seorang nabi yang menyampaikan pesannya pada tahun-tahun terakhir dari abad ketujuh Sebelum Masehi, kira-kira dalam dasawarsa sebelum Raja Yosia mengadakan perbaikan-perbaikan di bidang agama pada tahun 621 Sebelum Masehi. Pokok buku ini senada dengan pokok buku-buku nabi yang lain, yaitu: ancaman mengenai datangnya hari malapetaka dan kehancuran, sebagai hukuman atas pemujaan dewa-dewa oleh bangsa Yehuda. Bangsa-bangsa yang lain juga akan dihukum oleh Tuhan. Tetapi meskipun Yerusalem dihancurkan, akan tiba saatnya kota itu dibangun kembali dan dihuni oleh orang-orang yang jujur dan taat kepada Tuhan.
Dalam kasiNya, Tuhan Allah akan memberi kemenangan bagi Israel, bersukacita atas umatNya itu dan menginginkan Israel memperbaharui diri. Mereka harus mengembangkan diri seturut kehendak Tuhan. Bangsa-bangsa sekitar Yehuda (Israel) boleh saja memperngaruhi mereka seperti bangsa Filistin, Moab, Etiopia dan Asyera (pasal 2). Namun pengaruh bangsa-bangsa tidak dapat menandingi kasih Tuhan terhadap Yehuda (DS Rat) asalkan mereka mau bertobat (Pasal 2:1-3). Dengan mencari Tuhan mereka akan selamat dan terhindar dari pengaruh asing. Sekarang mereka dituntut hidup kudus, menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Memang dunia ini milik Tuhan, tetapi manusia yang percaya tidak bisa berlaku sewenang-wenang. Sebab setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

Yahudi (Israel) harus ingat bahwa hidup mereka tidak berhenti di dunia (bumi) ini. Ada kekekalan dan itu yang Tuhan inginkan. Hidup sekarang sementara, tetapi hidup yang akan datang sarat dengan tuntutan-tuntutan kekekalan yaitu mencapai hidup kekal dengan melakukan perintah dan hukum Tuhan. Dunia, Termasukorang-orang yang percaya harus bersyukur atas kebaikan Tuhan. Tuhan begitu panjang sabar dan kemurahanNya tak terbatas, mau memelihara, memulihkan umatNya dan membuat umatNya kepujian dan ternama. Yang harus diberlakukan umat ialah bertekad dengan sangat besar mewujudkan hidup setia kepada perintah dan firmanNya.
Tanpa sukacita dari Tuhan, cepat atau lambat kita tidak akan memiliki tenaga lagi untuk bisa bertahan menghadapi semuanya. "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Lihat Yesus berkata "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Yesus sudah mengundang kita. Hadirat Tuhan terbuka bagi kita. Persoalan tinggal dari kita, mau atau tidak memenuhi undangan Yesus itu.
Tidaklah sulit untuk mengucap syukur di tengah bekerja, memujiNya, atau berdoa yang singkat tapi tulus dari hati. Begitu juga ketika kita sedang bersama keluarga, dalam perjalanan dan lain-lain. Dengan cara demikian kita ada bersama Tuhan sepanjang hari, dan kita pun akan mendengar suaraNya dan menerima segala kekuatan, kelegaan, bahkan kemenangan demi kemenangan akan hadir di diri kita. Menang melawan lelah, menang melawan hawa nafsu, menang melawan berbagai bentuk negatif yang bisa meracuni kita, dan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan kita.

Selasa, 20 April 2010

Renungan Hari Sabtu, 24 April 2010

Allah Panjang Sabar
Bilangan 14 : 18
TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.
Dr. Arlene Taylor, seorang dokter ahli mengatakan pernah ada seseorang yang mendapat transplantasi jantung. Orang ini bukanlah seorang peminum sebelumnya, tetapi setelah dia mendapatkan jantung yang baru dari transplantasi sedikit demi sedikit dia menjadi peminum. Setelah diselidiki ternyata dia mendapatkan jantung milik seorang yang alkoholik dan meninggal akibat kecelakaan lalu lintas karena mengemudi sambil mabuk. Anak-anak kita adalah jantung hati kita, jika kita tidak mendidik anak-anak kita dengan, memberi pengaruh yang baik, janganlah heran jika mereka bertumbuh menjadi pengaruh yang buruk untuk diri mereka dan lingkungan mereka. Orang tua yang mengembangkan kebiasaan yang buruk dan tidak mau berubah akan dapat meneruskan kebiasaan yang buruk ini kepada anak-anak mereka. Kebiasaan buruk ini bahkan bisa menurun pada generasi seterusnya ketiga dan keempat. Kita harus melawan kebiasaan2 kita yang buruk. Bilangan 14:18 TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. Dosa pemberontakan kepada Allah adalah tiga sampai empat turunan. Memang Allah adalah panjang sabar dan setia untuk mengampuni. Orang yang berdosa bisa saja diampuni, tetapi efek dosa pemberontakan itu ada. Itu sebabnya ada pelayanan pelepasan dan inner healing untuk mengatasi hal ini sampai tuntas ke akar-akarnya.


Hanya pedang yang dapat memunculkan kebenaran. Jangan pernah takut untuk menggunakan kekuatan pedang Tuhan dalam membesarkan anak-anak kita. Curahkan anak-anak kita dengan kebijaksanaan alkitab. Alkitab bisa membuat perubahan dan keselamatan untuk anak-anak jika mereka merasakan dampak langsung dari alkitab itu. Pedang itu bukanlah televisi, buku import yang malah tetapi alkitab.
Tubuh yg kita miliki ini memang jauh dari kesempurnaan, dimana jika kita selalu mengikuti keinginan dosa, maka dpt menjadi sumber penderitaan seijin Tuhan.Kelemahan daging dpt menjadi penghalang bagi seseorg untuk memperoleh Roh yg berkenan. Tuhan Yesus sangat mengasihi manusia dan Dia tdk ingin manusia jatuh ke dlm dosa dan menderita. Hal tsb dipertegas di Yohanes 6:38-40 yg berbunyi: "Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yg telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yg telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yg telah diberikan-Nya kepada-Ku jgn ada yg hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap org, yg melihat Anak dan yg percaya kepada-Nya beroleh hidup yg kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman". Tuhan dapat mengampuni org yg berdosa dan dapat menghapus dosa2 org yg sungguh2 mengakui serta mau meninggalkan dosa2nya. Dan ingatlah, sbg org yg telah diampuni dosanya oleh Tuhan, kita harus mau mengampuni dosa dan kesalahan org lain yg telah berbuat salah kepada kita. Hal tsb terdapat di Matius 6:14-15 yg berbunyi:"Karena jikalau kamu mengampuni org, Bapamu yg di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tdk mengampuni org, Bapamu juga tdk akan mengampuni kesalahanmu".



Renungan Hari Jumat, 23 April2010

Allah Tetap Membimbing Kita
Keluaran 15 : 13
Dengan kasih setia-Mu Engkau menuntun umat yang telah Kautebus; dengan kekuatan-Mu Engkau membimbingnya ke tempat kediaman-Mu yang kudus.
Bahagian ini mengandungi konsep umat yang dipilih. Idea penebusan dalam Alkitab mempunyai dua dasar asas. Salah satu adalah dalam penebusan anak sulung, yang merupakan satu amalan yang mengakui bahawa segala sesuatu adalah milik TUHAN. Dalam konteks ini Tuhan menuntut anak-anak sulung Mesir, dan melepaskan mereka yang telah ditandai dengan darah pada tiang-tiang pintu (perhatikan Keluaran 12:12,13). Satu lagi dasar penebusan dalam Alkitab adalah penebusan isteri saudara yang telah mati, levirate, yang paling dikenali sekali disebutkan dalam cerita Rut. Umat yang dipilih menjadi milik Tuhan oleh Keluaran itu, ibarat anak sulung yang ditebus, atau isteri yang ditebus. Ini merupakan latar belakang rujukan-rujukan bernubuatan kepada Tuhan sebagai Bapa dan suami, dan keberhalaan sebagai ketidaksetiaan dalam perkahwinan.
Pertanyaan seterusnya adalah siapakah umat yang ditebus atau dipilih itu. Dua faktor perlu dipertimbangkan: satu adalah keturunan dan salah lagi adalah penyertaan dalam tindakan penebusan Paskah dan Keluaran. Keluaran adalah peristiwa yang nampaknya signifikan dalam cerita ini. Jelas terdapat orang bukan keturunan Israel di antara mereka yang ditebus itu (Juga banyak orang dari berbagai-bagai bangsa turut dengan mereka Keluaran 12:38). Walaupun adanya amaran-amaran kuat untuk meletakkan darah pada tiang-tiang pintu, masih ada kemungkinan bahawa ada orang berketurunan Israel yang tidak termasuk di antara mereka yang selamat. Allah membimbing dan menuntun bangsaNya agar selamat dari mara-bahaya.

Kita sebagai umat pilihan Allah yang percaya pada penebusan Yesus Kristus tidak perlu was-was dan tak perlu dipusingkan oleh kebutuhan hidup, Tak perlu takut hidup dalam kekurangan, Gembalaku peliharaku (Bnd. Maz. 23 ).Tak perlu dicekam rasa gelisah. Uang bukan jawabannya. Kedudukan dan popularitas juga tak bisa menjamin. Bahkan pil penenang pun tak akan bisa membuat kita tenang. Gembala kitalah yang menuntun ke air yang tenang.Jangan biarkan beban dan tekanan hidup menghimpit kita sehingga membuat kita letih dan hampir-hampir menyerah kalah... Ia menyegarkan jiwa kita.Kita mudah tersesat. Kita mudah bingung saat harus mengambil keputusan di sebuah persimpangan jalan. Ia menuntun kita di jalan yang benar.Ketika perjalanan menjadi begitu sulit. Menerima tusukan semak berduri. Merasakan tajamnya bebatuan yang harus kita jalani. Susahnya lembah curam yangharus dilewati, Ia membawa kita melintasinya.Bagaimana jika rasa sepi menyergap? Bagaimana jika suatu keadaan memaksa kita untuk menjalaninya seorang diri? Ia selalu beserta kita. Tuhan tetap memberikan jalan keluar agar kita mau dilatih, yaitu melatih iman kita dengan melalui berbagai ujian dan penderitaan didunia ini agar iman kita semakin kuat. Sebagaimana halnya tubuh kita agar kuat perlu latihan, juga agar otak kita pintar perlu dilatih, bahkan terlebih iman kita juga perlu dilatih agar semakin kokoh dan teguh. Mari andalkan bimbingan kasih Tuhan agar engkau tetap berbahagia. (EM)

Renungan Hari Kamis, 22 April 2010

Allah Memaafkan Kita
Mika 7 : 18
Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?
Jarang sekali ada seseorang yang telah dirugikan/ disakiti bisa langsung memaafkan orang yang menyakitinya. Umumnya yang terjadi adalah benih dendam. Maka orang yang memaafkan kesalahan orang lain, berarti ia mampu membuang jauh-jauh benih dendam dalam hatinya meskipun telah dirugikan/ disakiti. Tuhan tidak menginginkan kita sebagai pendendam. Kita dibentuk sesuai rupa Allah, yang Maha Mengampuni. Ada beberapa perumpamaan yang diberikan Yesus, misalnya anak domba yang hilang, atau seperti pada Mat 18:21-35 tentang perumpamaan seorang hamba yang berhutang pada raja. Ayat bacaan hari ini juga berbicara tentang itu, yakni dari doa yang diajarkan Yesus. Mungkin kita sering membaca ayat2 tersebut, tapi pada pelaksanaanya, sebuah pintu maaf sulit sekali dibuka ketika kita merasa disakiti atau dikhianati. Ada orang yang butuh berhari2, berbulan2, bahkan bertahun2 untuk dapat memaafkan seseorang. Adakah dampak buruk bagi kita jika kita tidak memaafkan? atau, adakah batas dalam memaafkan?

Ketika Petrus bertanya berapa kali dia harus mengampuni saudaranya yang bersalah, dan mengira 7 kali sudah cukup, Yesus menjawab sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Artinya, kita harus siap memaafkan tanpa batas. Di akhir perumpamaan sang hamba dan raja tadi, Yesus berkata "Maka BapaKu yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." Artinya disini, Tuhan tidak akan mengampuni kita, jika kita tidak mengampuni orang lain. Dan kata maaf itu tidak hanya dibibir saja, tetapi harus tulus iklas, dari hati. Bagaimana jika dosa2 kita sampai tidak diampuni Tuhan? sementara kita manusia yang setiap hari cenderung untuk berbuat dosa. Tuhan tidak pernah jenuh untuk mengampuni anak2Nya yang bertobat. Kita harus belajar untuk mampu berbuat seperti itu juga. Betul sekali filsafat Tiongkok kuno. Memang hadiah yang terbesar dalam dunia dan hidup kita adalah maaf dan pengampunan kesalahan / dosa kita. Itu adalah hadiah yang paling besar dari Allah berhubung pemaafan ini menuntut Dia menjelma menjadi manusia dan mati membayar upah dosa kesalahan kita supaya hak kita sebagai anak dapat di kembalikan dan kita bisa hidup kekal bersamaNya selama-lamanya. Sangat luar biasa kasih Sayang ini dan sangat besar hadiah ini untuk manusia. Sebab tanpa hadiah ini kita akan lenyap selama-lamanya dalam maut dan api neraka sebagai debu.
Dendam dan sikap benci lama kelamaan dapat menimbulkan berbagai penyakit bagi diri kita, dan hal itu tentu tidak kita inginkan. Apabila ada diantara anda yang masih belum mengampuni orang yang menyakiti anda, berdoalah. Buka pintu hati anda, berikan maaf secara tulus, dan minta bantuan Tuhan untuk bersama2 dalam proses maaf itu, supaya anda dikuatkan. Sebuah ketulusan, meskipun terkadang berat, bahkan mahal harganya, pasti dihargai berlipat kali oleh Tuhan. Ingatlah Tuhan menguji hati. Dia tidak akan meninggalkan kita sendirian dalam sebuah usaha tulus untuk mengampuni.


Renungan Hari Rabu, 21 April 2010

Terdaftar Di Sorga
Lukas 10: 20

Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.
Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira (ay 5) dan akan bersukacita karena jiwa yang hilang telah ditemukan kembali. (ay 6). Dan Yesus pun dengan jelas menggambarkan suasana yang terjadi di surga ketika ada seorang bertobat. "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (ay 7). Perumpamaan berikut adalah mengenai dirham yang hilang. (ay 12-14). Jika seseorang memiliki 10 dirham lantas kehilangan satu diantaranya, tidakkah mereka berusaha mencari dirham yang hilang itu? (ay 8). Sukacita pun akan hadir ketika dirham yang hilang telah ditemukan. Dan kembali Yesus menggambarkan suasana yang terjadi di surga. "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (ay 10). Semua perumpamaan dalam Lukas 15 ini menggambarkan sebuah sukacita pada tingkatan baru, bukan hanya berhenti pada sukacita ketika kehidupan kita diberkati Tuhan, tapi juga mengalami sukacita ketika ada jiwa yang bertobat, yang kembali selamat dari kesesatan.

Setelah mereka kembali, murid-murid itu merasa gembira, karena ternyata mereka dapat mengusir dan menaklukkan setan-setan demi nama Yesus. Hal ini membuktikan bahwa penyertaan Allah luarbiasa, bila kita mau taat pada apa yang Tuhan perintahkan untuk kita kerjakan. Yohanes 4:23, sebenarnya Allah mencari penyembah-penyembah yang benar yang menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran. Kalau kita slelau menyembah dalam roh dan kebenaran, maka urapan didalam kita selalu penuh dan inilah modal utama kita untuk melayani. Kini saatnya kita orang-orang percaya untuk bangkit dan mencari jiwa-jiwa, kita harus setia dalam perkara kecil, maka Tuhan akan mempercayakan kepada kita perkara-perkara yang lebih besar. Allah memampukan kita, bagian kita hanya menyediakan diri menjadi bejana untuk dipakai-Nya dan nama Tuhan dimuliakan serta memperluas kerajaan Allah. Lukas 10:20, namun demikian jangalah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah akrena namamu ada terdaftar disorga.
Cari dunia nanti binasa. Ya, itu benar. Saat hidup kita di dunia sudah mencapai "titik", maka semua hal-hal duniawi tak bisa lagi kita cari, tak bisa pula dibawa ke surga. Nah, kehidupan yang setelah kematian di dunia itu bukan lagi titik, tetapi kekekalan. Ada dua kekekalan, keselamatan kekal atau kebinasaan kekal. Apapun yang kita banggakan di dunia ini, gelar, kekayaan, kecantikan, popularitas, bahkan juga karunia-karunia rohani seperti berbahasa roh, mengusir setan, karunia menyembuhkan, tak bisa menjadi jaminan untuk masuk surga. "Namun demikianlah janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." (Lukas 10:20). "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripadaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Sudahkah anda tergerak untuk mewartakan keselamatan kepada sesama? Sesungguhnya kita memikul Amanat Agung untuk mewartakan kabar keselamatan bagi setiap orang, dan kita bisa membuat surga terus bersukacita bersama dengan kita jika kita melaksanakan apa yang diamanatkan Yesus kepada setiap orang percaya. Jangan berhenti hanya pada sukacita pertama, tapi tingkatkanlah kepada sukacita kedua, dan alami sebuah sukacita yang sama seperti halnya yang terjadi di surga. Bila Tuhan memakai kita dengan luar biasa, jangan kita merasa sedang yang berlebihan dan menjadi sombong, karena hal itu semua Tuhanlah yang melakukan, kita hanya sebagai saluran-Nya saja, yang penting kita dapat memberikan yang terbaik untuk Dia dan lebih lagi, nama kita ada terdaftar di Sorga, Dia menyediakan bagi kita mahkota-mahkota yang kekal.


Renungan Hari Selasa, 20 April 2010

Kasih Setia Allah Tidak Goyah
Yesaya 54:10

Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.
Hidup Abadi sebagai tujuan manusia merupakan hidup yang transenden dan eskatologis dilihat dari kehidupan manusia di dunia ini. Karena itu selama di dunia ini hidup abadi tidak dapat dijelaskan secara tuntas. Hidup abadi hanya akan terlaksana pada manusia secara nyata dan paripurna di akhir zaman. Pada ‘saat’ itu tidak memerlukan penjelasan lagi. Kalau hidup abadi itu selama di dunia ini dapat diterangkan dengan tuntas, di dunia ini tidak diperlukan iman, karena hidup abadi itu hanya kita ketahui dalam iman. Kita mengimani bahwa di belakang kematian duniawi bukan hanya ada kematian kekal, tetapi juga ada hidup abadi.
selama hidup di dunia ini penderitaan, kesulitan, bencana dan kematian masih tetap terjadi, karena hal itu merupakan akibat dosa, yang menjadi tanggung-jawab manusia, sedang manusia masih banyak jatuh ke dalam dosa. Bahkan menjelang akhir zaman malapetaka dahsyat akan terjadi. Sekalipun Tuhan berjanji pula akan meluput kita malapetaka itu, namun menyaksikan malapetaka itu dapat menggoyahkan iman orang. Kasih setia Tuhan tetap menaungi dan melindungi kita asal kita percaya pada kuasaNya.

Arti kasih-setia mungkin dapat dirangkum sebagai 'kasih yang mantap teguh atas dasar perjanjian yang telah dibuat'. Arti ini digunakan untuk menggambarkan baik sikap Allah terhadap umat-Nya maupun sikap umat Allah terhadap Dia.
Jadi bagaimanapun jahatnya dan salahnya mempunyai teman, pasangan atau kekasih ataupun musuh, bahkan diri kita sendiri pun jahat maupun bersalah, tetapi kita masih mempunyai kasih setia, yang tetap mengasihi, selalu mengasihi, dan terus mengasihi tiada hentinya.



Renungan Hari Senin, 19 April 2010

Allah Memilih Kita
Mazmur 33 : 12-14

Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri! TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi.
Kita tahu dari Alkitab bahwa, apa yang dilakukan Nuh adalah sebuah langkah iman, sebuah keputusan untuk taat sepenuhnya kepada Allah tanpa keraguan. Dan ini sejalan pula dengan apa yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Nuh berani memutuskan untuk hidup tidak serupa dengan dunia. Nuh berani menghadapi konsekuensi dibenci, disisihkan atau disingkirkan dari pergaulan di sekelilingnya. Baginya hubungan erat dengan Tuhan adalah jauh lebih penting dari segala kepentingan dunia dan itu keputusan yang membuat Tuhan berkenan unuk menyingkapkan rahasiaNya kepada Nuh. Dari masa ke masa dunia akan selalu menjadi medan yang sulit bagi kita, namun sesulit apapun jangan sampai kita memilih untuk berkompromi dengan berbagai hal yang menyakiti hati Tuhan demi kepentingan duniawi sesaat. Kita bisa belajar dari teladan Nuh dan imannya yang taat. Jadilah orang-orang yang berani tampil beda, yang berani melawan arus dunia, tidak serupa dengan dunia yang cenderung mengecewakan Tuhan. Kasih karunia Allah akan selalu siap dilimpahkan bagi setiap anak-anakNya yang taat menuruti kehendakNya. Berani hidup tidak serupa dengan dunia akan membawa kita menerima kasih karunia Allah


Karena egoisme, kesombongan dan keserakahan orang kaya tertentu maka hancur dan rusaklah lingkungan hidup maupun kehidupan bersama. Hampir semua lapisan tanah ditutupi beton dan bangunan yang tinggi, maka banjir bandang tak terhindari, itulah yang akhir-akhir ini terjadi. Dibalik kejayaan keberhasilan duniawi yang antara lain ditandai oleh gedung-gedung pencakar langit, hotel dan losmen terjadilah kemerosotan moral manusia. Maklum cukup banyak hotel dan losmen telah menjadi tempat terselubung untuk pelacuran, tempat untuk melakukan ketidak-setiaan atau perselingkuhan. Dibalik hingar bingar dan nyanyian ada narkoba dan pelecehan seksual. Dibalik kesuksesan kepemilikan sarana komunikasi seperti HP ada kehancuran komunikasi kasih antar manusia. Memperhatikan kasus Babel yang menjadi symbol kesombongan dan keserakahan manusia, marilah kita sebagai orang beriman mawas diri: apakah saya juga tergerak atau dijiwai untuk membangun sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit alias dambaan atau impian kosong, hampa? TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun. Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri! TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi.Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka (Mzm 33:10-15)

Renungan Epistel Minggu Miserikordias domini, 18 April 2010

Berharap Pada Tuhan
Ratapan 3 :22 -26
Segala keadaan yang membuat kita sedih pada dasarnya adalah ungkapan tangisan. Janganlah meremehkan tangisan. Hanya saja, tidak sebatas menangis. Namun, harus disertai pula dengan perenungan, bahwa, apa makna dibalik kesedihan itu sendiri. Adakah pesan dari Allah dibalik kesedihan tadi?! Dan guna memahaminya, dibutuhkan kepekaan. Kepekaan untuk memampukan kita memaknakan pesan Allah dalamnya!
Tidak ada yang salah dengan menangis. Asalkan kita benar-benar memahami perasaan kita kenapa tidak menangis!? Tidak ada yang salah, ketika bangsa Israel, baik laki-laki atau pun perempuan, menangis karena ibukota yang mereka cintai hancur lebur. Hal yang membuat mereka menangis karena sesuatu yang mereka cintai hancur. Dan dibalik tangisan itu mereka pun menyadari bahwa kehancuran kota mereka adalah rencana Allah.
Kini, kalau melihat segala sesuatu yang sudah terjadi dalam kehidupan kita, tentu tidak semuanya berjalan dengan lancar. Hal-hal yang menyedihkan terjadi dalam hidup kita. Di balik semuanya itu, kita memandang kesedihan sebagai cara Allah untuk menyapa kita. Dan cara-Nya untuk memacu kita semakin menyadari kehadiran-Nya.
Jika, anda, saat ini berada dalam situasi sangat sulit, akankah menangis serta bersungut pada Allah? Cemas juga putus-asa? Entah karena masalah anak, isteri, pekerjaan, pun sekitar? Pernahkan anda renungkan, masa lalu, atau kemarin, dimana ada masalah, yang kala itu menurut anda sukar, dan nyatanya, Allah menolong!? Ataukah akan ragu, bersungut kemudian menangis, diwaktu malam, saat anak, isteri tertidur!? Bukankah, kalau dulu anda serta keluarga terlepas dari banyak persoalan, itu berarti, saat ini, esok, bahkan kapan pun, Allah yang sama masih akan menjaga serta menolong!
Kondisi krisis yang kita hadapi sekarang bukanlah suatu cobaan, melainkan bentuk ujian Tuhan bagi kita. Ia menguji kesetiaan hati kita. Dengan ketenangan dan berdiam diri dalam perenungan kasih Tuhan, kita akan mendapatkan pertolongan-Nya. Dalam Ratapan 3:26, “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan”. Juga dalam Keluaran 14:14, Belajarlah berdiam diri dengan Tuhan saat menghadapi masalah. Nanti Tuhan dengan kuasa-Nya yang dahsyat akan menolong umat-Nya. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan saat diam, di antaranya berdoa, mengambil saat teduh dan juga berdoa syafaat. Selain itu, banyak manfaat saat kita bersikap tenang dan diam (Ams. 11:12, 17:28). Ada kalanya Tuhan menghendaki kita berdiam diri dengan penuh iman dan berharap akan kasih dan kuasa-Nya. Hanya orang yang bijaksanalah yang mengerti manfaat berdiam diri. Selain itu, saat diam kita bisa mengingat kebaikan dan kasih Tuhan di masa lalu. Kita masuk hadirat Tuhan. Kita masuk ke tempat kudus Allah. Di sana ada tutup pendamaian. Pendamaian yang terjadi melalui darah kurban, kurban penebusan darah Kristus. Ketika kita percayakan seluruh hidup kepada Tuhan, Dia tak akan meninggalkan kita. Namun berbeda halnya kalau kita tetap angkuh dan menyombongkan diri. Lihat saja kekuasaan dan kerajaan yang dibangun di dunia ini. Dia mampu memusnahkannya. Firaun, Kerajaan Babel, tidak bertahan lama. Bahkan lenyap. Tetapi, gereja Tuhan - semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan tetap eksis. Karena Allah turut bekerja dalam setiap orang yang mengasihi dan menghormati-Nya. (Rm. 8:28).





Senin, 19 April 2010

Renungan Minggu Miserikordias Domini, 18 April 2010

Bersyukur Pada ALLAH
(LUKAS 17:11 – 19)
Pernahkah saudara menyaksikan film Ben-Hur yang berhasil memenangkan 11 Academy Awards? Film Ben-Hur sebenarnya didasarkan pada novel General Lew Wallace tahun 1959. Tokoh utama Ben-Hur diperankan oleh Charlton Heston. Kisah Ben-Hur merupakan film yang menggambarkan pula keadaan orang sakit kusta pada zaman Kristus. Para penderita sakit kusta pada zaman itu dikucilkan oleh masyarakat Israel. Penyakit kusta oleh umat Yahudi dianggap bentuk dari murka Allah. Karena itu penyakit kusta selain menajiskan si pasien, juga menajiskan orang-orang yang bersentuhan dengan diri mereka (Im. 13:3). Dalam dunia modern, penyakit /kusta lepra yang juga disebut Hansen's Disease. Penyebab penyakit kusta sebenarnya adalah bakteri Mycobacterium leprae. Di Eropa pada waktu Abad Pertengahan (5-15 M), orang-orang yang mengidap kusta/lepra dinyatakan telah mati, dan mereka diusir keluar sesudah disampaikan kesaksian dari orang-orang yang menguburnya dan juga setelah dilaksanakan pemakaman simbolis. Kemudian para penderita kusta tersebut dikurung atau dipaksa untuk menggelandang menjadi pengemis agar mereka dapat bertahan hidup. Mereka benar-benar dikucilkan dari pergaulan masyarakat luas; dan apabila keluar bertemu dengan anggota masyarakat, maka mereka harus membunyikan bel atau memberi tanda dengan menepuk-nepuk tangannya. Karena itu seorang penderita kusta dari zaman ke zaman sering mengalami penderitaan yang sangat kompleks, yaitu:
a. Penderitaan fisik karena sedikit demi sedikit anggota tubuh khususnya jari-jari kaki dan tangan dapat terlepas setiap saat tanpa mereka ketahui.
b. Mereka harus dikucilkan dari pergaulan masyarakat luas, sehingga kehilangan komunikasi dan keakraban dengan orang-orang yang semula sangat dekat dan mengasihi diri mereka.
c. Kehilangan harapan dan masa depan yang cerah karena mereka merasa hidup mereka tidak lagi berguna, bahkan diri mereka dianggap najis. Ke mana mereka pergi mereka hanya boleh berteriak memberi tanda kepada orang-orang di sekitarnya: “najis, najis!”
d. Keadaan sakit mereka dianggap pula sebagai bentuk hukuman dan murka Allah.

Namun mereka sebagai sesama penderita penyakit kusta justru memiliki ikatan emosional yang sangat kuat. Hubungan mereka menjadi sangat akrab dan dapat saling berkomunikasi secara terbuka. Mereka merasa dirinya senasib dan sepenanggungan. Keadaan sakit dan derita mereka dapat menyatukan mereka untuk saling menopang dan karena itu di antara mereka dapat tercipta suatu solidaritas yang tinggi. Itu sebabnya di Luk. 17:12 disebutkan bahwa Tuhan Yesus didatangi oleh kesepuluh orang yang berpenyakit kusta. Kesepuluh orang kusta tersebut menemui Kristus ketika Ia baru saja memasuki suatu desa. Walau mungkin Kristus waktu itu masih lelah dan belum dapat beristirahat, kesepuluh orang kusta tersebut secara bersengaja menemui Kristus. Mereka sebagai suatu kelompok yang menderita dan tersisih menaruh harapan besar untuk memperoleh pertolongan dan kesembuhan dari Kristus. Sebagaimana kelaziman zaman itu kesepuluh orang kusta tersebut tidak berani mendekat kepada Kristus dan para muridNya. Mereka hanya berdiri agak jauh karena hukum Taurat melarang mereka untuk bersentuhan dengan anggota masyarakat. Hukum Taurat di Im. 13:46 berkata:”Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya”.
Dari tempat yang agak berjauhan, mereka menyampaikan permohonan untuk mendapat belas kasihan Kristus: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Kesepuluh orang kusta tersebut memanggil dan menyapa Yesus dengan sebutan “guru” (epistata). Makna sebutan “guru” yang berasal dari kata “epistata” (epistata), memiliki pengertian: seorang yang sempurna, tuan, seperti seorang raja atau panglima militer (bandingkan II Raj. 25:19). Respon Kristus terhadap seruan kesepuluh orang kusta itu disebutkan “Lalu Ia memandang mereka”. Bukankah kesaksian ini mau menyatakan bahwa yang dipandang atau yang dipedulikan oleh Tuhan hanyalah mereka yang mau merendahkan diri dan mengharap belas-kasihanNya? Mzm. 34:16-17 berkata: Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi”.
Cara Tuhan Yesus menyembuhkan kesepuluh orang sakit kusta itu sebenarnya tidak lazim. Dia tidak terlebih dahulu menyatakan kesepuluh orang sakit kusta tersebut sembuh, tetapi yang Dia katakan adalah: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam”. Di Luk. 5:12-16 mengisahkan seorang kusta yang segera disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Di Luk. 5:14 berkata: “Lalu Yesus mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu, dan berkata: Aku mau, jadilah engkau tahir” (bandingkan Luk. 5:25, 6:10, 7:14, 8:54, dan 7:7-10). Tetapi dalam kasus sepuluh orang sakit kusta itu sama sekali Tuhan Yesus tidak disebutkan Dia mengulurkan tangan, menjamah dan menyatakan mereka telah sembuh. Dia hanya menyuruh mereka untuk menghadap imam. Padahal orang-orang yang sakit kusta pada saat pergi menghadap imam seharusnya dalam keadaan tahir dan sembuh dari sakitnya (Im. 14:2-3). Namun kesepuluh orang sakit kusta itu mau percaya akan perkataan Kristus. Mereka segera pergi menghadap imam untuk memeriksa keadaan sakit mereka, walaupun saat itu mereka belum melihat tanda atau bukti di tubuhnya bahwa mereka layak untuk diperiksa oleh imam. Kasus kesepuluh orang sakit kusta itu justru menonjolkan tindakan iman yang tanpa syarat. Walaupun mereka belum sembuh dari penyakitnya, mereka telah percaya akan perkataan Tuhan Yesus.
Pada saat kesepuluh orang kusta itu dalam perjalanan ke tempat imam, ternyata mereka mengalami penyembuhan dari sakitnya. Tampaknya kesepuluh orang sakit kusta tersebut belum terlalu jauh pergi. Dengan keadaan sakit mereka, kesepuluh orang kusta tersebut tidak mungkin dapat berjalan cepat. Lebih tepat, ketika mereka telah melangkah berjalan beberapa langkah tiba-tiba mereka menyadari bahwa mereka telah sembuh. Karena itu penggunaan kata “en tooi hupagein” yang berarti: baru saja berjalan pergi. Pemulihan kesepuluh orang kusta tersebut terjadi karena sikap ketaatan dan iman terhadap Kristus. Sikap mereka mengingatkan kita kepada sikap Naaman, panglima raja Aram yang sakit kusta, yang mana akhirnya dia mau menuruti perkataan nabi Elisa untuk mandi di sungai Yordan (II Raj. 5:9-14). Nabi Elisa menyuruh Naaman: “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir”. Ketika Naaman akhirnya taat melakukan apa yang diperintahkan oleh nabi Elisa, maka tahirlah dia dari penyakit kustanya.
Saat ini penyakit lepra telah menyebar ke seluruh dunia, utamanya di daerah tropis. Tetapi 95 % penyakit lepra hanya di 11 negara. India dan Brasil adalah memiliki jumlah penderita penyakit kusta yang terbesar. Tahun 1985 World Health Organization (WHO) mencatat ada 5,4 juta penderita kusta dan diperkirakan 10 sampai 12 juta tersebar di berbagai penjuru dunia. Tahun 2000, di sana terdapat 680.000 kasus yang tercatat dan diperkirkan 1,6 juta kasus di berbagai tempat. Pada zaman sekarang pengobatan penyakit lepra telah berkembang pesat. Penderita lepra umumnya diberi obat yang disebut promin yang telah dikembangkan sekitar pertengahan tahun 1940 oleh seorang ahli ilmu pengetahuan dari Amerika Srikat di Carbille, Louisiana.
Selaku gereja kita dipanggil oleh Tuhan untuk peduli dan memberi pemulihan kepada mereka yang tersisih, tanpa daya, dan kerapkali pula mereka menjadi korban tekanan ekonomis, budaya, etnis, ideologi dan politis. Di lain pihak mungkin secara ekonomis di antara mereka terdapat orang-orang yang tidak berkekurangan secara ekonomis, tetapi mereka seringkali mengalami kekosongan spiritual. Mereka juga membutuhkan uluran tangan, empati, kasih dan daya tanggap gereja agar mereka boleh berjumpa dengan Kristus dan menemukan makna hidup.
Secara eksplisit Injil Lukas menyebut identitas orang kusta yang mengucap syukur tersebut adalah seorang Samaria. Ini berarti sembilan orang kusta yang tidak kembali mengucap syukur dan memuliakan Allah adalah orang-orang Israel yang menganggap dirinya sebagai umat pilihan Allah. Jika demikian, apakah kita yang telah dipilih oleh Allah di dalam Kristus juga bersedia menyatakan sikap hidup yang terus memuliakan namaNya dengan bersyukur atas segala karunia yang telah dilimpahkan kepada kita? Ataukah kita setelah memperoleh apa yang telah kita cita-citakan, kita segera pergi meninggalkan Dia dan tidak mengucap syukur atas kebaikan dan kemurahanNya? Pembinaan jemaat tidaklah cukup mengajar anggota jemaat untuk memiliki iman, tetapi apakah mereka juga mampu beriman dengan memuliakan Allah dalam seluruh aspek hidup mereka.


Renungan Hari Sabtu, 17 April 2010

Dilahirkan Kembali
1 Petrus 1 : 23
Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.
Semua manusia, secara jasmani, dilahirkan dari benih laki-laki dan perempuan yang fana dan penuh dosa. Disebutkan bahwa kehidupan manusia yang masih dalam dosa adalah seperti rumput yang pada pagi hari menghijau, tetapi sudah kering dan mati di sore hari. Tetapi anak-anak ALLAH yang benar, akan dilahirkan kembali oleh benih Firman ALLAH yang kekal dan murni. Hal inilah yang disebut dengan anak ALLAH harus dilahirkan kembali sebagai suatu ciptaan baru di dalam KRISTUS. Hal ini sangat penting bagi setiap orang beriman, karena dari sanalah kita mendapat hak khusus untuk memanggil ALLAH dengan sebutan "ABBA ya BAPA" dalam Kerajaan Sorga. Inilah satu berkat yang sangat besar yang membedakan kita dari "orang biasa". Dengan status baru sebagai anak ALLAH, hidup kita tidak lagi seperti rumput yang segera layu. Karena setiap orang yang dilahurkan dari benih Firman yang kekal, pasti juga akan memiliki hidup yang kekal bersama ALLAH.
Yesus berkata bahwa kita harus dilahirkan kembali. Kelahiran yang baru tersebut melibatkan tindakan Allah yang jauh di atas kemampuan manusia. Secara tak terlihat, Roh Allah bekerja d untuk membawa kita kepada-Nya. Hasilnya adalah hubungan pribadi yang nyata dengan Tuhan. Kelahiran baru bukanlah sesuatu yang dapat kita buat. Kelahiran baru bukanlah menerima visi yang transenden, atau memulai hidup yang baru, ataupun memperoleh perasaan religius yang aneh. Kelahiran baru bukanlah proses reinkarnasi. Kelahiran baru bukan sekadar kesadaran diri. Bukan sejenis renungan mistik atau perjalanan rohani. Sebaliknya, kelahiran baru adalah karya dari Roh Allah yang nyata dan menetap, yang darinya kita menerima sifat yang baru dan kudus. Itulah yang tercakup dalam kelahiran baru -- suatu kelahiran yang rohaniah, dari atas, yang terjadi setiap saat tatkala seseorang menaruh pengharapannya dalam Yesus Kristus. Kita telah mempelajari pentingnya, dan menggarisbawahi, makna dilahirkan kembali. Kita telah melihat bahwa itulah satu-satunya jalan untuk menerima pengampunan Allah dan kepastian akan surga.

Renungan Hari Jumat, 16 April 2010

Sikap Pengharapan
1 Petrus 1:3

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan
Berkat Sorgawi yang kita terima adalah kita telah dilahirkan kembali oleh kebangkitan KRISTUS dari antara orang mati. Melalui kebangkitan-NYA, kita dibenarkan dan menjadi anak-anak ALLAH yang mewarisi Kerajaan Sorga. Kebangkitan YESUS merupakan hal yang sangat penting, sebab membuktikan bahwa YESUS KRISTUS adalah ANAK ALLAH. Pengharapan yang kita miliki sebagai anak ALLAH bukan saja pengharapan selama di dunia ini saja. Pengharapan kita adalah pengharapan akan kehidupan di balik kubur, yaitu hidup kekal di Sorga.
Sebagai seorang yang memiliki pengharapan untuk tinggal di "rumah masa depan" yang mulia, kita akan berjuang untuk mempertahankan pengharapan tersebut. Pandangan Paulus tetap tertuju akan pengharapan kehidupan di balik kematian, sehingga dia tidak mempedulikan keadaan dirinya yang mengalami banyak penganiayaan di dalam pelayanan-NYA. Dengan demikian Paulus dapat berkata, "Mati itu untung bagiku, namun aku hidup untuk melayani TUHAN." Kita juga akan dapat berkata seperti Paulus jika kita pikiran kita tetap terfokus untuk menggapai pengharapan yang telah dijanjikan-NYA kepada kita.
Kebangkitan Yesus menyatakan juga kepada kita bahwa Allah menerima pengurbanan-Nya. Hubungan yang putus antara Allah dan manusia akibat dosa dan pelanggaran manusia, kini dipulihkan Allah karena pengurbanan Yesus. Manusia dibebaskan dari hutang dosa; diampuni Allah dan kepadanya dianugerahkan keselamatan (Roma 4:25).
Itulah Petrus yang dipulihkan melalui kebangkitan Kristus. Dari seorang pengecut menjadi saksi yang berani, dari seorang yang hanya memikirkan keselamatan diri sendiri menjadi rasul yang melupakan diri sendiri namun mengutamakan keselamatan orang banyak. Dari seorang yang sering berbicara karena dorongan emosi menjadi pengkotbah yang berbicara atas dorongan dan kuasa Roh Kudus! Dalam merayakan Paskah, yang penting bukan sudah berapa banyak kali kita merayakannya. Namun sudahkah kuasa kebangkitan Kristus memgubah hidup kita.
Melalui tulisan tersebut Petrus ingin setiap orang percaya mengalami kelahiran kembali melalui kebangkitan Kristus, agar terjadi pemulihan dalam hidup kita, khusus dalam hubungan kita dengan Tuhan, sesama orang percaya dan pelayanan serta dunia sekitar.

Renungan Hari Kamis, 15 April 2010

Lahir Dari Allah
1 Yohanes 5 : 1
Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya.
Kegagalan kita melakukan kehendak Allah dan firmanNya adalah disebabkan relasi personal yang belum sepenuhnya dipulihkan oleh Kristus. Karena kuasa dosa, relasi kita dengan Allah masih dalam kondisi bermasalah, walaupun dari sudut status gerejawi kita telah berhak menyandang predikat sebagai anak-anak Allah. Di tengah-tengah kehidupan duniawi ini betapa rentannya diri kita menghadapi kuasa dosa. Ternyata hidup kita belum sepenuhnya kita serahkan kepada Kristus untuk menjadi alat dalam karya keselamatanNya. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita masih sering menjadi budak dosa yang gemar melayani berbagai hawa-nafsu dan egoisme dengan kesetiaan seorang budak. Status selaku anak-anak Allah tidak akan efektif apabila tidak didasari oleh relasi yang dipulihkan oleh darah salib Kristus. Itu sebabnya pemulihan relasi dengan Kristus secara personal merupakan syarat terwujudnya kasih yang murni, yakni kasih seorang sahabat. Yang mana pemulihan relasi dengan Kristus harus terjadi dalam setiap aspek dan momen dalam kehidupan kita. Jadi pemulihan relasi tersebut tidaklah cukup hanya terjadi dalam suatu momen dalam peristiwa hidup kita. Sebab makna kasih seorang sahabat adalah mau berjalan bersama dengan Kristus agar hidup kita selalu diperbaharui olehNya.

Bukankah setiap momen dalam perjalanan hidup kita seharusnya menampakkan bekas jejak-jejak spiritualitas bersama dengan Kristus? Pada pihak lain pemulihan relasi juga tidaklah cukup hanya terjadi dalam salah satu aspek kehidupan kita saja. Misalnya: Dalam kehidupan rohaniah berupa pelayanan gerejawi mungkin kita tergolong sangat setia, tetapi dalam kehidupan sekuler di tengah-tengah pekerjaan ternyata kita masih menjadi budak dosa. Sebaliknya tidaklah cukup kehidupan sehari-hari dalam pekerjaan ditandai oleh kekayaan rohani, tetapi kita tidak peduli dengan pergumulan anggota jemaat dan tugas pelayanan gerejawi. Pemulihan relasi personal dengan Kristus senantiasa mencakup pemulihan yang holistik, utuh dan menyeluruh.
Jika seseorang tidak dilahirkan baru maka ia tidak akan berkenan kepada Allah! Kebutuhan manusia untuk datang di dunia ini perlu dilahirkan kembali supaya mendapat kehidupan baru! I Yohanes 5:1 Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya. Orang yang berkenan kepada Allah adalah mereka yang dilahirkan dari keturunan Allah bukan keturunan manusia! Jika seorang baru di lahirkan satu kali maka itulah produk gagal! Kelahiran daging akan berakhir dalam neraka kekal nanmun ketika Ia dilahirkan dari Allah yakni percaya Yesus sebagai Kristus maka orang itu mendapat akte dari sorga sebagai Anak Allah (Yoh 1:12)!
Karena itu sikap pengorbanan yang didasari oleh kasih seorang sahabat seharusnya tidak pernah bersifat parsial (berat sebelah), sepotong-potong dan subyektif. Dia tidak boleh hanya setia kepada salah seorang sahabatnya tetapi membenci orang-orang yang memusuhi sahabatnya. Karena kasih Kristus akan mendorong dia untuk selalu mencintai semua orang termasuk para musuh/lawan dari sahabatnya. Sebaliknya kasih Kristus akan memampukan dia untuk selalu bersikap adil, tidak memihak dan mengutamakan kebenaran. Kasihnya kepada sahabat yang selama ini mendampingi dia tidak membutakan mata rohaniah untuk selalu bersikap obyektif. Dia akan mengatakan hal yang benar apabila sahabatnya bersalah agar sahabatnya tetap hidup di dalam kasih Kristus. Mungkin sahabatnya dapat marah dan sangat kecewa karena dia tidak mau membelanya. Tetapi dengan penuh kesabaran dan kelembutan kasih, dia akan mengingatkan bahwa tugas utama yang diembannya adalah menghadirkan Kristus yang telah memanggil dia dan sahabatnya untuk berbuah kebenaran.


Renungan Hari Rabu, 14 April 2010

Saling Mengasihi
1 Yohanes 4 : 7
Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Bayangkan betapa gersangnya hidup tanpa cinta. Cinta atau kasih seringkali mampu membuat perubahan. Rasa cinta bisa membuat kita bertahan, membuat kita tetap tegar ditengah kesesakan, membuat kita lebih kuat menghadapi apapun. Seperti yang saya katakan kemarin, kita harus menyadari bahwa cinta atau kasih itu adalah sebuah anugerah yang sangat indah yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Kita ingin Tuhan selalu mengasihi kita, tapi kita sendiri merasa terlalu sibuk untuk mengasihi Tuhan. Dan kita lupa untuk menjadi saluran berkat mengasihi sesama kita.
Tuhan terus mencurahkan kasihNya kepada kita. Itu tidak akan pernah ada habisnya. Karena itu kita tidak perlu takut kehabisan dan hanya mau menyimpannya sendiri. Jika kita menyadari bahwa Allah mengasihi kita, maka tidak bisa tidak kita harus pula mengasihi orang lain. Seperti apa yang dikatakan Yohanes: "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Dan hanya dengan saling mengasihilah Allah akan tetap berada di dalam kita, dengan kasihNya yang menjadi sempurna pula di dalam diri kita. (ay 12). Kasih merupakan inti dari kekristenan. Betapa ironisnya jika kita mengaku sebagai pengikut Kristus tapi tidak menunjukkan kasih Kristus itu kepada orang lain lewat diri kita.

Mengapa kita harus menyatakan kasih? Sebab kasih merupakan wujud dari Allah sendiri. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (ay 8). Yohanes pun mengingatkan "Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (ay 16). Pergunakanlah hari ini untuk memberikan perhatian khusus, ucapan atau ungkapan kasih kepada orang-orang yang anda kasihi. Tidak saja pasangan anda, tapi juga kepada orang lain. Orang tua, saudara, kakek/nenek dan sebagainya. Jangan berhenti sampai disitu, tapi perluaslah saluran kasih anda untuk menyentuh orang lain. Dalam bentuk perhatian, bantuan, kepedulian atau sekedar senyum tulus, itu semua akan sangat berharga bagi mereka. Ada banyak orang yang haus akan kasih sayang, ada banyak orang yang tidak memperoleh kasih sayang dari orang tuanya, ada banyak keluarga berantakan, orang yang hidupnya susah dan sebagainya. Betapa baiknya jika hari kasih sayang tidak hanya dirayakan bersama orang-orang terdekat saja, tapi mampu pula menyentuh banyak orang secara luas. Seperti itulah Yesus mengharapkan kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34).
Disini tertulis perintah Allah bahwa sebagai orang yang lahir dari Allah dan mengenal Allah marilah kita mengasihi sesama kita karena kasih itu sendiri berasal dari Allah. Pada ayat selanjutnya tersirat penekanan bahwa hendaklah kita saling mengasihi karena orang yang tidak mengasihi adalah orang yang tidak mengenal Allah karena Allah adalah kasih. Sebagai orang yang dikasihi Allah maka kita pun harus saling mengasihi karena walaupun tidak seorang pun di antara kita yang pernah melihat Allah tetapi jika kita saling mengasihi maka Allah tetap di dalam kita dan Kasih-Nya sempurna di dalam kita.


Renungan Hari Selasa, 13 April 2010

Berubah Dalam Kristus
Roma 12 : 2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
"Berubahlah oleh pembaruan budimu ...". Paulus ingin jemaat di Roma benar-benar berubah, seperti perubahan yang dialami ulat hingga menjadi kupu-kupu. Gaya hidup, cara pandang, dan cara jemaat menjalani hidup mesti berubah, sehingga mereka "dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan yang sempurna". Ya, reformasi sejati tidak hanya mengubah forma (bentuk), tetapi juga mengubah apa yang ada di dalam hidup seseorang. Hidup kita perlu terus mengalami reformasi. Harus terus bergerak dari ulat ke kepompong. Jadi tidak hanya diam, tetapi seperti pesan Paulus, kita perlu terus mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah (ayat 1). Artinya, kita selalu menyadari-dan kemudian membuktikannya pada dunia-bahwa atas kemurahan Allah dan kasih karunia-Nya, hidup kita ini adalah milik Allah.


Kelahiran baru sebenarnya adalah detik-detik spesial di mana hadirat Tuhan datang dan Roh Kudus menginsyafkan kita. Pola pikir lama kita yang masih suka dosa, diganti dengan pola pikir baru, menjadi kantung anggur baru yang mengerti bahwa Tuhan benci dosa dan ingin berkomitmen menyenangkan Dia selamanya. Akibat pergantian pola pikir ini, hubungan kita dengan Tuhan dipulihkan. Dan akibat pemulihan hubungan ini, berkat-berkat-Nya tersedia untuk kita terima. “ Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” – Efesus 1:3.
Tuhan sudah mengerjakan bagian-Nya dengan menebus kita dari kuasa Iblis dan memberikan kuasa untuk kita mendapatkan janji-janji-Nya (2 Petrus 1:3-4). Sekarang, giliran kita yang seharusnya rajin memprogram ulang pikiran kita. Pembaharuan pikiran sesuai firman Tuhan membuat kita berada pada posisi yang benar untuk menjadi bejana yang tepat bagi kegerakan Roh Kudus. Ketahui status Anda di dalam Kristus, sebab hanya di dalam Kristus, semua janji yang begitu besar dan berharga itu tersedia bagia setiap orang percaya.

Renungan Hari Senin, 12 April 2010

Berharap Hanya Pada Tuhan
1 Petrus 2: 2

Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan
Agar mereka dapat mengalami pertumbuhan dalam situasi seperti ini, rasul Petrus menasehatkan agar mereka, menjadi seperti bayi yang baru lahir. Yang selalu ingin air susu yang murni. Air susu yang murni sangat dibutuhkan menunjang pertumbuhan seorang bayi. Bayi yang selalu ingin air susu yang murni dapat dipastikan akan mengalami tingkat pertumbuhan yang baik. Pertanyaannya adalah: apa yang dimaksud dengan air susu yang murni dan yang rohani ? Bagian sebelumnya rasul Petrus berbicara tentang fi rman Allah. Rupanya Petrus mengaitkan bagian ini dengan firman. Apa yang mestinya selalu diinginkan oleh bayi-bayi rohani untuk pertumbuhannya adalah fi rman Allah. Firman Allah merupakan nasehat yang murni dari Allah. Di dunia ini ada banyak pilihan nasehat yang ditawarkan kepada kita. Nasehat-nasehat yang tidak didasarkan atas fi rman Allah adalah nasehat yang fasik.
Selalu rindu akan air susu yang murni dan rohani= Firman penggembalaan yang murni dan benar.
Rindu juga berarti bisa menikmati Firman penggembalaan. Biarlah hari-hari ini kita menjadi kehidupan yang tergembala. Kalau bisa tergembala, maka hasilnya: bisa merasakan ketenangan, bahkan di tengah kegoncangan sekalipun. Bahkan Daud juga mengakui hal ini. Diluar penggembalaan, kita tidak akan merasa ketenangan.Mzm 23, bisa merasa kenyang secara jasmani (terpelihara) dan rohani (puas), sehingga tidak usah mencari kepuasan dalam dunia dan dalam dosa.
Yer. 31:25 Sebab Aku akan membuat segar orang yang lelah, dan setiap orang yang merana akan Kubuat puas." Kerohanian kita bisa bertumbuh ke arah kebenaran. Artinya bisa hidup benar. Kalau makanannya benar, maka hidup kita juga pasti akan benar dan makin hari, hidup kita akan makin benar. Sebab itu, firman penggembalaan yang benar, itu sangat penting. bayi itu merasa tidak berdaya. Artinya, tidak mengandalkan sesuatu dari dunia, tetapi hanya mengandalkan Tuhan, berharap sepenuh kepada Tuhan.

Renungan Hari Sabtu, 10 April 2010

Allah Gunung Batuku
Mazmur 73: 26

Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Mazmur 73 menceritakan kekecewaan Asaf terhadap Tuhan. Ia kecewa karena usahanya untuk mempertahankan hati yang bersih dan membasuh tangannya tanda tidak bersalah ternyata tidak memberikan hasil yang diinginkannya. Ia justru mendapat tulah sepanjang hari dan kena hukum setiap pagi. Asaf pun menjadi cemburu terhadap orang fasik yang walaupun tidak mengenal Allah tetapi sehat, gemuk, kaya raya, tiada susah dan senang selamanya. Dari sini terlihat jelas bahwa apa yang diinginkan Asaf dari usahanya mempertahankan hati yang bersih dan membasuh tangan tanda tidak bersalah adalah kenikmatan duniawi –sehat, gemuk, kaya raya, tiada susah dan senang selamanya. Hal ini sangat mengejutkan terutama ketika kita tahu siapakah Asaf itu. Asaf bukanlah orang yang baru mengenal Tuhan. Ia adalah orang Lewi yang diangkat oleh raja Daud menjadi kepala pelayan di hadapan tabut Tuhan untuk menyanyikan pujian syukur dan memasyurkan nama Allah Israel (1 Taw 16:4-5). Istilah kontemporernya worship leader!

Asaf pun mulai goyah imannya. Ia tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi sampai ia masuk ke dalam tempat kudus Allah dan melihat dari perspektif Allah. Ternyata Allah justru mengaruniakan penderitaan kepadanya sebagai sarana ilahi untuk membawa Asaf masuk ke dalam perjumpaan yang sangat intim denganNya. Allah menggunakan penderitaan untuk mengganggu, melukai dan membunuh narcisme Asaf. Hasilnya Asaf dapat berkata “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Allah pun berbuat demikian kepada kita. Lewat kenyataan hidup yang keras dan mengerikan, Allah ingin mematikan keegoisan kita dan mengajak kita untuk mengalamiNya secara nyata dan bukan hanya sekedar pengetahuan saja. Dalam penderitaan, kita akan lebih mudah mengenali alasan kita beribadah kepada Tuhan.
Dengan selalu tinggal di hadirat Tuhan, kita akan sadar bahwa di luar sana semua kesia-siaan. Ingatlah bahwa kebahagiaan orang fasik semu. Memang dengan kemampuan sendiri kita tidak bisa menghibur diri. Kita perlu Roh Kudus untuk menuntun kita sampai kita bisa melihat segala sesuatu dengan kaca mata Tuhan. Nah ketika cara pandang kita berubah, kita akan bisa menjadi pribadi yang bahagia dan bersyukur. Makin kita masuk ke hadirat Tuhan, makin kita hidup dalam pimpinan Roh, makin dunia tidak lagi menjadi fokus kita (Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan). Ijinkan Allah memproses kita untuk membawa kita ke tingkat kerohanian yang selanjutnya. Maka, dalam kondisi emosi seperti apapun, jangan Anda merasa terdakwa, tetapi apapun suasana hati Anda tetap datang kepada Tuhan, tetap setia membaca Firman dan berdoa. Jujurlah dengan keadaan kita tetapi jangan bersembunyi seperti Adam setelah berbuat dosa, karena bukan kebaikan yang melayakkan kita datang ke hadirat-Nya tetapi melalui darah Anak Domba.

Renungan Hari Jumat, 9 April 2010

Ingat Yesus
2 Timoteus 2: 8
Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.
Kadang-kadang kita terbangun dengan persendian yang nyeri, semangat yang lesu, dan bertanya-tanya bagaimana kita bisa menyingkirkan kelesuan kita serta dapat menjalani hari-hari dengan baik.
Jika kita diperhadapakan dalam suatu masalah jangan meninggalkan persekutuan dengan Tuhan. Tetap pegang teguh janji Tuhan, karena Ia adalah Allah yang setia dan tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya (Luk.18:7).
Ingat! Orang-orang yang melihat kesetiaan Allah adalah mereka yang mau mengakui kesalahan di hadapan Tuhan dan tetap setia dalam imannya kepada Allah. Jika Roh Kudus menyadarkan kita dalam satu kesalahan yang kita buat, akuilah hal itu di hadapan Tuhan. Alkitab katakan : Jika kita mengaku dosa kita Allah setia dan Ia akan mengampuni dosa kita. Hal ini berarti kesetiaan Allah dinyatakan saat ada pengakuan. Bukankah firman Tuhan katakan, "Dengan mulut kita mengaku dan dibenarkan."

Yesus kita disebut satu-satunya pengantara kita, karena mengalahkan kematian sekaligus memegang kuasa atas kehidupan kekal; kuasa yang diserahkan oleh Allah, Bapa surgawi kita. Tentang wafat dan kebangkitan-Nya, Yesus telah menubuatkan. Tentang dosa dan keselamatan kita, Yesus telah mengajarakn dan memberikan jaminan. Ini yang membuat hidup kita bermakna.

Oleh karena itu, setiap kali kita mengalami keterpurukan diri dan merasa tidak berarti di dunia ini, ingatlah apa yang diajarkan Yesus, ingatlah jaminan yang diberikan Yesus. Kita begitu berharga mahal. Harga jiwa kita dibayar dengan darah Yesus Kristus sendiri. Bukan hanya diri kita saja yang berharga, semua jiwa di sekitar kita, apalagi yang cacat dan melarat, sangat berharga di mata Allah, Bapa kita, dan di mata Yesus Tuhan penyelamat kita. Itulah mengapa kita mencari Yesus sepanjang hidup kita.



Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...