Selasa, 10 November 2009

Renungan Hari Rabu, 11 Nopember 2009

Berbagi Dengan Yang Lain
Imamat 23: 22
Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kau sabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semua itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan orang-orang asing; Akulah Tuhan, Allahmu.”
Konon, binatang yang paling besar adalah ikan paus biru. Anda tahu berapa panjang ukuran binatang itu ? Kira-kira setara dengan belasan truk dijejer, demikianlah panjang dan besarnya ikan paus biru itu. Namun ada sesuatu yang unik. Kerongkongannya tidaklah lebih besar dari buah jeruk. Allah sudah mengatur semua itu. Kalau seandainya tenggorokannya besar, tentu habislah binatang-binatang lain ditelannya. Allah mengatur sedemikian rupa. Badannya besar sekali, tetapi rongga untuk menelan tidaklah dibuat besar. Kalau begitu, Ikan paus biru bukanlah binatang yang paling rakus. Jangan-jangan ular lebih rakus. Ular sanggup menelan binatang yang lebih besar. Kambing misalnya. Bisa ditelan hidup-hidup oleh ular. Wah, luar biasa rakusnya ular ini. Binatang yang tak sebanding dengan tubuhnyapun ditelan. Kalau begitu, apakah ular binatang paling rakus ? Belum tentu!!
Ular punya kebiasaan tidur panjang, kalau perutnya kenyang. sesudah menelan kambing, ular bisa tidur sebulan penuh. Tidak mengganggu kemana-mana. Kalaupun ada manusia lewat, ular akan diam saja. dia sedang menukmati kekenyangannya sedemikian rupa. Kalau begitu ular bukanlah yang paling rakus. Lalu siapakah yang lebih rakus dari ular ? Jawabnya adalah : MANUSIA !! Manusia yang rakus, apa saja dilalap. Kabel telepon, semen, batako, aspal dan lain-lain, semua disikat. Tak ada istirahat kenyang seperti ular. Kalau perlu buat tujuh turunanpun disikat ahbis. Padahal, sepiring gethuk lindri, sudah bisa mengenyangkan beberapa orang. Sepiring sate, sebungkus martabak, sudah bisa dinikmati sekeluarga. Dan tidak perlu berurusan dengan kantor POLISI. Kalau Manusia punya satu lembah penuh dengan emas, dia ingin lagi punya lembah yang kedua. Kalau manusia punya dua lembah penuh dengan emas, dia ingin lagi punya lembah yang ketiga. Barulah manusia berhenti, kalau mulutnya sudah penuh dengan TANAH. Alias masuk LIANG LAHAT.
Seorang pendeta meninggal dunia. Ternyata dia meninggalkan sejumlah uang, kira-kira 100 juta Rupiah, lengkap dengan catatanya, Ternyata uang itu untuk dibagi-bagikan Ke fakir miskin, pemulung, untuk taman pendidikan. Kita tidak dilarang untuk mencari uang dalam jumlah banyak, Silahkan. Asal dengan cara yang baik, dan digunakan dengan baik. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap saat godaan untuk menjadi serakah selalu muncul dalam diri kita mengingat sikap alami manusia yang tidak pernah mengenal kata cukup. Kita harus menaklukkan sifat serakah itu. Lalu bagaimana kita bisa mengatasi nafsu rakus dan serakah dalam diri kita? Cara yang paling sederhana untuk mengatasi sifat serakah adalah dengan belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada tidak egois dan selalu mengucap syukur kepada Tuhan.
Adalah sepasang suami isteri secara rutin mereka menghubungi beberapa teman untuk mengumpulkan barang bekas yang masih bisa digunakan. Barang-barang bekas itu dipilah dan diberi harga untuk dijual lagi dengan harga sangat miring. Jangan dibayangkan barang yang dikumpulkan adalah rongsokan. Jangan lupa, mereka yang dihubungi adalah pengusaha yang selalu meng-up grade peralatan rumah tangga dengan model terbaru. Acara garage sale ini menjadi cara untuk mendapatkan dana sekaligus membantu orang lain. Cara ini terbukti efektif menggugah banyak orang untuk mau terlibat. Dengan dana yang jumlahnya lebih dari Rp 110 juta, Locke leluasa membantu mereka yang luput dari perhatian, seperti memberikan kursi roda dan tongkat untuk para lansia, kacamata untuk anak-anak tak mampu, atau menambal sekolah yang hampir ambruk, dan membantu anak kurang gizi bekerja sama dengan rumah sakit umum.
Alkitab mengajarkan kita bahwa ada lebih banyak kegembiraan dalam memberi daripada menerima (Kej 20:35). Ketika kita melakukan sesuatu atas dasar kasih, kita menyatakan kebenaran dari diri kita; tentu saja, kita telah diciptakan bukan hanya untuk diri sendiri namun untuk Allah dan untuk sesama (2 Kor 5:15). Setiap kali saat, untuk kasih Allah, kita berbagi dengan sesama yang membutuhkan, kita menemukan bahwa kepenuhan hidup datang dari cinta dan semua akan kembali kepada kita sebagai sebuah rahmat dalam bentuk damai, kepuasan dari dalam dan kegembiraan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...