Memberi Dengan Tulus Hati
2 Korintus 9 : 6 – 15
2 Korintus 9 : 6 – 15
1. Pendahuluan
Didalam perikop ini Paulus melanjutkan nasihatnya tentang pengumpulan uang untuk orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem. Paulus memberikan satu prinsip Kristen mengenai hal ini. Lalu Paulus menunjukkan hasilnya kepada orang-orang yang menuruti prinsip tersebut. Ketaatan kepada prinsip Kristen itu menyebabkan banyak ucapan syukur kepada Allah. Hal itu memuliakan Allah; dan menyebabkan mereka menaikkan permintaan doa bagi orang yang menuruti prinsip itu. Oleh karena itu, “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu”.
2. Penjelasan
a) Ay.6-7. Prinsip Kemurahan Kristen. Bila kita memberi berarti kita menabur banyak, akan menuai banyak juga. Bila kita memberi berarti kita menabur. Apa yang kita berikan tidak akan hilang, melainkan bagaikan benih yang ditabur, akan bertambah banyak. Sumber pemberian kita bukanlah dompet, melainkan hati. Sebagaimana seorang janda yang telah memberi dua peser, memberi lebih banyak dari semua pemberian yang lain sebab ia telah memberikan semua yang ada padanya. Ia telah memberi sedikit dan tidak ada sisanya. Janda miskin inilah yang telah memberi lebih banyak. (Lih. Ams. 11: 24-26. Tuhan Yesus Juga mengajarkan hal yang sama dalam Lukas 6:38; Matius 10: 42). Tuhan Yesus berkata bahwa apa yang telah kita perbuat itu sama dengan seperti kita perbuat kepada Kristus sendiri (Mat.25:40), dan pelayanan kasih itu akan dibalas oleh Tuhan (Lih. Amsal 19:17; Matius 10:42). Memberi “menurut apa yang diperoleh” berarti membri persepuluhan dalam jumlah terkecil dari apa yang kita peroleh kepada Tuhan. Misalnya: Jika pendapatan seseorang adalah Rp. 75.000,00/bulan dan ia memberi persepuluhan Rp. 7.500,00 kepada Tuhan, maka pemberiannya itu besar. Tetapi jika pendapatannya adalah Rp. 150.000,00/ bulan dan ia hanya memberi Rp.5.000,00 kepada Tuhan, maka pemebriannya itu kecil sekali sebab menurut apa yang diperolehnya itu seharusnya memberi Rp.15.000,00 kepada Tuhan. Setiap orang harus memberi menurut apa yang diperolehnya, yaitu seperti yang dinyatakan Tuhan kepadanya. Selain itu, ia harus memberi dengan sukarela dan tidak menyayangkan uang itu. Sebab, jika ia sayang kepada uang yang diberikannya, itu bukan pemberian. Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita dan kerelaan hati.
b) Ay.8-9 Bagi orang Kristen, kemurahan mereka menuntut agar mereka menahan diri dari perkara-perkara yang menurut orang duniawi sebagai hak mereka. Tetapi menyangkal diri agar orang lain memperoleh berkat akan mendatangkan kesukaan besar. Dengan demikian kita mengalami kebenaran janji Allah bahwa Ia “akan memenuhi segala keperluanmu menuurt kekayaan dan kemliaanNya dalam Yesus Kristus” (Flp.4:19). Orang yang percaya kepada Yesus Kristus telah menerima kasih kjarunia Allah yang menyelamatkannya dan karena itu ia wajib menyatakan kemurahan orang Kristen. “Kamu telah memperolehnya dengan Cuma-Cuma, karena itu berikanlah pula dengan Cuma-Cuma” (Mat.10:8) “Kebenaran-Nya tetap untuk selama-lamanya” bagi orang yang memberi itu. Tetapi ini tidak berarti bahwa ia diselamatkan karena ia memberi, ia memberi karena ia sudah diselamatkan. Namun, jika seseorang memberi supaya dilihat dan dipuji oleh orang lain, pemberiannya itu tidak akan mendapat balasan dari Allah.
c) Ay.10-11. Kasih karunia Allah melimpah ke atas orang yang memberi. IA juga menyediakan benih dan roti untuk dimakan, dan melipatgandakannya serta menumbuhkan buah-buah kebenarannya. Allah melipatgandakan buah-buah pelayanan kasihnya. Semua itu berasal dari kasih karunia Allah. Tidak ada satupun yang menjadi milik orang Kristen yang bukan berasal dari Tuhan. Paulus hendak menekankan bahwa seseorang tidak akan menjadi lebih miskin apabila ia memberi kepada Tuhan. Tuhan akan mencukupkan keperluan anak-anakNya yang memberi dengan kerelaan hati. Benih itu kecil, tetapi kuasanya sangat besar. Benih itu ditabur dalam tanah dan tidak terlihat oleh mata, kuasanya baru nyata setelah benih itu bertumbuh dan menjadi besar. Benih itu mempunyai inti dari pohon besar yang berbuah banyak. Sama seperti Tuhan memberi makanan kepada lima ribu orang dengan berdasarkan pemberian anak-kecil itu, demikian pula Ia akan melipatgandakan buah-buah pelayanan kasih dari orang-orang yang memiliki kemurahan Kristen. Orang Kristen yang senang memberi menyatakan hati yang kaya dengan kemurahan rohani. Lagi pula hati menyebabkan Paulus dan kawan-kawannya mengucap syukur kepada Allah.
d) Ay.12. Pelayanan kasih atau kemurahan Kristen itu tidak dapat lain daripada kemurahan terhadap saudara-saudara seiman (dan bukan hanya kepada mereka). Pelayanan kasih itu membawa hasil dua berganda, yaitu: mencukupkan keperluan orang kudus dan melipatgandakan ucapan syukur kepada Allah. Dengan demikian Rasul Paulus menolong orang Korintus itu agar mengerti bahwa kemurahan Kristen bukanlah suatu kemurahan yang membuat mereka miskin, melainkan suatu kemurahan yang membuat jiwa mereka kaya dan memuji Allah.
e) Ay.13. Paulus memberitahukan pengumpulan uang itu meskipun pelaksanaannya belum selesai. Ia seolah-olah Kristen di Yerusalem mengucap syukur kepada Allah karena pertolongan itu dan memuliakan Allah. Mereka yakin bahwa orang-orang yang tinggal di Makedonia dan Yunani itu sungguh-sungguh pengikut Yesus Kristus sama seperti mereka. Hal itu menyatakan persatuan yang ada diantara orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Mereka yang di Yerusalem memuji Allah karena persekutuan orang kudus itu merubuhkan segala batasan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Selain itu, Yunani telah percaya akan Injil Kristus. Tidak ada lagi tembok pemisah di antara orang-orang seisi rumah Allah (Lih. Ef.2:14)
f) Ay.14. Kemurahan orang Korintus dalam memberi sumbangan kepada orang-orang miskin di Yerusalem telah menyebabkan orang-oang Yahudi merindukan mereka. Mereka juga mengucap syukur kepada Allah akan hal itu. Orang Kristen yang tinggal di Yerusalem mendoakan orang Kristen di Korintus, padahal dahulu orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang Yunani. Paulus menyadari bahwa sumbangan itu mendatangkan persekutuan yang indah sekali di antara kedua belah pihak. Orang Kristen di Yerusalem juga menyadari bahwa kasih karunia Allah sudah dilimpahkan ke atas orang Kristen di Korintus dan Makedonia. Paulus yakin kepada orang kudus di Korintus karena ia sudah menyebutnya sebelum kelihatan hasil yang baik itu.
g) Ay.15. Karunia. Apakah itu karunia ? tidak lain ialah Yesus Kristus sendiri. Ialah karunia yang terbesar kepada manusia. Kita tidak mempunyai bahasa atau kata-kata yang cukup untuk menerangkan karunia itu. Allah telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal kepada manusia dan sebenarnya karunia itu adalah dasar dari segala pemberian manusia. Karunia itu tak terkatakan, karena sudah mengubah segenap kehidupan kita. Pelayanan kasih ini, yaitu dalam hal orang Kristen memberikan uangnya, bukanlah untuk menolong orang miskin saja, tetapi juga untuk membiayai gembala sidang dan segala keperluan jemaat dalam pemberitaan Injil Yesus Kristus.
3. Aplikasi
I. Menggunakan Uang dengan seperlunya.
Sekantung besar uang jatuh—benar-be¬nar jatuh—ke pangkuan Damian, bo¬¬¬cah berumur delapan tahun. Karena meng¬¬¬¬anggap uang itu dikirim oleh Tuhan, Da¬¬mian, yang akrab dengan sejarah para san¬¬to, berupaya menggunakan uang itu un¬¬tuk memberkati sesama, terutama me¬no¬long orang-orang miskin. Anthony, ka¬kak¬¬nya yang berusia sepuluh tahun, meng¬¬¬anggap uang itu sekadar sebagai du¬rian runtuh; suatu keberuntungan yang tak ter¬duga. Ia hanya ingin berfoya-foya de¬ngan uang itu, antara lain dengan me¬na¬war a¬par¬temen dan membayar se¬jum¬lah anak na¬kal di sekolah untuk menjadi pe¬lin¬dung¬nya. Perbedaan sikap kakak adik itu men¬ja¬di benang merah film Millions karya Dan¬ny Boyle. Film itu dengan jujur memperlihatkan bahwa memper¬gu¬na¬kan uang secara murah hati tak jarang malah lebih pelik daripada meng¬hambur-hamburkannya secara tidak bertanggung jawab. Bu¬kankah memang demikian tantangan yang kita hadapi? Kalau kita meneliti Alkitab, akan jelas bahwa Tuhan tidak meng¬hen¬daki kita menghambur-hamburkan uang. Dia juga tidak mau kita me¬¬nimbun harta dan mengandalkan banyaknya kekayaan sebagai pe¬¬nopang rasa aman. Yang satu menunjukkan kesembronoan, yang lain mengisyaratkan ketamakan dan penyembahan berhala. Alkitab—sebaliknya—justru lebih banyak berbicara tentang per¬lu¬nya membagikan kekayaan kita dengan mereka yang kurang ber¬un¬¬tung. Tuhan mau kita belajar mengembangkan kedermawanan. Se¬¬perti dikatakan John Wesley, “Dapatkan uang sebanyak-ba¬nyak¬nya, tabunglah sebanyak-banyaknya, berikan sebanyak-banyaknya”
Seorang wartawan mewawancari seorang petani untuk mengetahui rahasia di balik buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian. Petani itu mengaku ia sama sekali tidak mempunyai rahasia khusus karena ia selalu membagi-bagikan bibit jagung terbaiknya pada tetangga-tetangga di sekitar perkebunannya. "Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik itu pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?" tanya sang wartawan. Tak tahukah anda?" jawab petani itu. "Bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman jagung tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagung saya. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus menolong tetangga saya mendapatkan jagung yang baik pula."
Jika kita menabur banyak, Allah sanggup melimpahkan kasih karunia-Nya kepada kita. Sudahkah kita menabur?
1. Prinsip apa yang dikatakan pada ayat 6 ini? (ayat 6)
2. Apa berkat yang Allah berikan jika kita menabur? (ayat 8).
3. Mengapa? (ayat 12)
Sudahkah kita menjadi penabur di tengah-tengah lingkungan kita? Tuliskanlah komitmen yang akan anda ambil untuk menjadi berkat bagi sekitarmu.
II. Ketika kita memberi, kita harus melakukannya dengan iman, bukan dengan untung-untungan, sebab tanpa iman pemberian kita sia-sia. Imanlah yang membuat pemberian kita memiliki kekuatan berlipat ganda. Karena iman kita bersabar, karena untuk menuai diperlukan kesabaran dalam menunggu. Selain itu, dalam hal memberi kita harus melakukannya dengan hati rela dan penuh sukacita. Janganlah ada orang yang memberi karena terpaksa. Itu tidak akan ada manfaatnya karena Tuhan tidak berkenan. Banyak orang Kristen memberikan persembahan dengan wajah sedih dan muram karena tekanan dari luar. Tuhan tidak menginginkan uang kita; Dia adalah pencipta langit dan bumi ini. Bumi dan segala isinya adalah milikNya. Sebenarnya dia memberi kesempatan kepada kita supaya kita dapat mengekpresikan kasih kita kepadaNya. Memberi menyenangkan hati Tuhand an Dia ingin kita memiliki kebahagian yang lebih. Hanya orang yang suka memberi yang akan mengerti arti kebahagian sejadi. Jadi “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.” (Lukas 6:38a)
Didalam perikop ini Paulus melanjutkan nasihatnya tentang pengumpulan uang untuk orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem. Paulus memberikan satu prinsip Kristen mengenai hal ini. Lalu Paulus menunjukkan hasilnya kepada orang-orang yang menuruti prinsip tersebut. Ketaatan kepada prinsip Kristen itu menyebabkan banyak ucapan syukur kepada Allah. Hal itu memuliakan Allah; dan menyebabkan mereka menaikkan permintaan doa bagi orang yang menuruti prinsip itu. Oleh karena itu, “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu”.
2. Penjelasan
a) Ay.6-7. Prinsip Kemurahan Kristen. Bila kita memberi berarti kita menabur banyak, akan menuai banyak juga. Bila kita memberi berarti kita menabur. Apa yang kita berikan tidak akan hilang, melainkan bagaikan benih yang ditabur, akan bertambah banyak. Sumber pemberian kita bukanlah dompet, melainkan hati. Sebagaimana seorang janda yang telah memberi dua peser, memberi lebih banyak dari semua pemberian yang lain sebab ia telah memberikan semua yang ada padanya. Ia telah memberi sedikit dan tidak ada sisanya. Janda miskin inilah yang telah memberi lebih banyak. (Lih. Ams. 11: 24-26. Tuhan Yesus Juga mengajarkan hal yang sama dalam Lukas 6:38; Matius 10: 42). Tuhan Yesus berkata bahwa apa yang telah kita perbuat itu sama dengan seperti kita perbuat kepada Kristus sendiri (Mat.25:40), dan pelayanan kasih itu akan dibalas oleh Tuhan (Lih. Amsal 19:17; Matius 10:42). Memberi “menurut apa yang diperoleh” berarti membri persepuluhan dalam jumlah terkecil dari apa yang kita peroleh kepada Tuhan. Misalnya: Jika pendapatan seseorang adalah Rp. 75.000,00/bulan dan ia memberi persepuluhan Rp. 7.500,00 kepada Tuhan, maka pemberiannya itu besar. Tetapi jika pendapatannya adalah Rp. 150.000,00/ bulan dan ia hanya memberi Rp.5.000,00 kepada Tuhan, maka pemebriannya itu kecil sekali sebab menurut apa yang diperolehnya itu seharusnya memberi Rp.15.000,00 kepada Tuhan. Setiap orang harus memberi menurut apa yang diperolehnya, yaitu seperti yang dinyatakan Tuhan kepadanya. Selain itu, ia harus memberi dengan sukarela dan tidak menyayangkan uang itu. Sebab, jika ia sayang kepada uang yang diberikannya, itu bukan pemberian. Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita dan kerelaan hati.
b) Ay.8-9 Bagi orang Kristen, kemurahan mereka menuntut agar mereka menahan diri dari perkara-perkara yang menurut orang duniawi sebagai hak mereka. Tetapi menyangkal diri agar orang lain memperoleh berkat akan mendatangkan kesukaan besar. Dengan demikian kita mengalami kebenaran janji Allah bahwa Ia “akan memenuhi segala keperluanmu menuurt kekayaan dan kemliaanNya dalam Yesus Kristus” (Flp.4:19). Orang yang percaya kepada Yesus Kristus telah menerima kasih kjarunia Allah yang menyelamatkannya dan karena itu ia wajib menyatakan kemurahan orang Kristen. “Kamu telah memperolehnya dengan Cuma-Cuma, karena itu berikanlah pula dengan Cuma-Cuma” (Mat.10:8) “Kebenaran-Nya tetap untuk selama-lamanya” bagi orang yang memberi itu. Tetapi ini tidak berarti bahwa ia diselamatkan karena ia memberi, ia memberi karena ia sudah diselamatkan. Namun, jika seseorang memberi supaya dilihat dan dipuji oleh orang lain, pemberiannya itu tidak akan mendapat balasan dari Allah.
c) Ay.10-11. Kasih karunia Allah melimpah ke atas orang yang memberi. IA juga menyediakan benih dan roti untuk dimakan, dan melipatgandakannya serta menumbuhkan buah-buah kebenarannya. Allah melipatgandakan buah-buah pelayanan kasihnya. Semua itu berasal dari kasih karunia Allah. Tidak ada satupun yang menjadi milik orang Kristen yang bukan berasal dari Tuhan. Paulus hendak menekankan bahwa seseorang tidak akan menjadi lebih miskin apabila ia memberi kepada Tuhan. Tuhan akan mencukupkan keperluan anak-anakNya yang memberi dengan kerelaan hati. Benih itu kecil, tetapi kuasanya sangat besar. Benih itu ditabur dalam tanah dan tidak terlihat oleh mata, kuasanya baru nyata setelah benih itu bertumbuh dan menjadi besar. Benih itu mempunyai inti dari pohon besar yang berbuah banyak. Sama seperti Tuhan memberi makanan kepada lima ribu orang dengan berdasarkan pemberian anak-kecil itu, demikian pula Ia akan melipatgandakan buah-buah pelayanan kasih dari orang-orang yang memiliki kemurahan Kristen. Orang Kristen yang senang memberi menyatakan hati yang kaya dengan kemurahan rohani. Lagi pula hati menyebabkan Paulus dan kawan-kawannya mengucap syukur kepada Allah.
d) Ay.12. Pelayanan kasih atau kemurahan Kristen itu tidak dapat lain daripada kemurahan terhadap saudara-saudara seiman (dan bukan hanya kepada mereka). Pelayanan kasih itu membawa hasil dua berganda, yaitu: mencukupkan keperluan orang kudus dan melipatgandakan ucapan syukur kepada Allah. Dengan demikian Rasul Paulus menolong orang Korintus itu agar mengerti bahwa kemurahan Kristen bukanlah suatu kemurahan yang membuat mereka miskin, melainkan suatu kemurahan yang membuat jiwa mereka kaya dan memuji Allah.
e) Ay.13. Paulus memberitahukan pengumpulan uang itu meskipun pelaksanaannya belum selesai. Ia seolah-olah Kristen di Yerusalem mengucap syukur kepada Allah karena pertolongan itu dan memuliakan Allah. Mereka yakin bahwa orang-orang yang tinggal di Makedonia dan Yunani itu sungguh-sungguh pengikut Yesus Kristus sama seperti mereka. Hal itu menyatakan persatuan yang ada diantara orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Mereka yang di Yerusalem memuji Allah karena persekutuan orang kudus itu merubuhkan segala batasan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Selain itu, Yunani telah percaya akan Injil Kristus. Tidak ada lagi tembok pemisah di antara orang-orang seisi rumah Allah (Lih. Ef.2:14)
f) Ay.14. Kemurahan orang Korintus dalam memberi sumbangan kepada orang-orang miskin di Yerusalem telah menyebabkan orang-oang Yahudi merindukan mereka. Mereka juga mengucap syukur kepada Allah akan hal itu. Orang Kristen yang tinggal di Yerusalem mendoakan orang Kristen di Korintus, padahal dahulu orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang Yunani. Paulus menyadari bahwa sumbangan itu mendatangkan persekutuan yang indah sekali di antara kedua belah pihak. Orang Kristen di Yerusalem juga menyadari bahwa kasih karunia Allah sudah dilimpahkan ke atas orang Kristen di Korintus dan Makedonia. Paulus yakin kepada orang kudus di Korintus karena ia sudah menyebutnya sebelum kelihatan hasil yang baik itu.
g) Ay.15. Karunia. Apakah itu karunia ? tidak lain ialah Yesus Kristus sendiri. Ialah karunia yang terbesar kepada manusia. Kita tidak mempunyai bahasa atau kata-kata yang cukup untuk menerangkan karunia itu. Allah telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal kepada manusia dan sebenarnya karunia itu adalah dasar dari segala pemberian manusia. Karunia itu tak terkatakan, karena sudah mengubah segenap kehidupan kita. Pelayanan kasih ini, yaitu dalam hal orang Kristen memberikan uangnya, bukanlah untuk menolong orang miskin saja, tetapi juga untuk membiayai gembala sidang dan segala keperluan jemaat dalam pemberitaan Injil Yesus Kristus.
3. Aplikasi
I. Menggunakan Uang dengan seperlunya.
Sekantung besar uang jatuh—benar-be¬nar jatuh—ke pangkuan Damian, bo¬¬¬cah berumur delapan tahun. Karena meng¬¬¬¬anggap uang itu dikirim oleh Tuhan, Da¬¬mian, yang akrab dengan sejarah para san¬¬to, berupaya menggunakan uang itu un¬¬tuk memberkati sesama, terutama me¬no¬long orang-orang miskin. Anthony, ka¬kak¬¬nya yang berusia sepuluh tahun, meng¬¬¬anggap uang itu sekadar sebagai du¬rian runtuh; suatu keberuntungan yang tak ter¬duga. Ia hanya ingin berfoya-foya de¬ngan uang itu, antara lain dengan me¬na¬war a¬par¬temen dan membayar se¬jum¬lah anak na¬kal di sekolah untuk menjadi pe¬lin¬dung¬nya. Perbedaan sikap kakak adik itu men¬ja¬di benang merah film Millions karya Dan¬ny Boyle. Film itu dengan jujur memperlihatkan bahwa memper¬gu¬na¬kan uang secara murah hati tak jarang malah lebih pelik daripada meng¬hambur-hamburkannya secara tidak bertanggung jawab. Bu¬kankah memang demikian tantangan yang kita hadapi? Kalau kita meneliti Alkitab, akan jelas bahwa Tuhan tidak meng¬hen¬daki kita menghambur-hamburkan uang. Dia juga tidak mau kita me¬¬nimbun harta dan mengandalkan banyaknya kekayaan sebagai pe¬¬nopang rasa aman. Yang satu menunjukkan kesembronoan, yang lain mengisyaratkan ketamakan dan penyembahan berhala. Alkitab—sebaliknya—justru lebih banyak berbicara tentang per¬lu¬nya membagikan kekayaan kita dengan mereka yang kurang ber¬un¬¬tung. Tuhan mau kita belajar mengembangkan kedermawanan. Se¬¬perti dikatakan John Wesley, “Dapatkan uang sebanyak-ba¬nyak¬nya, tabunglah sebanyak-banyaknya, berikan sebanyak-banyaknya”
Seorang wartawan mewawancari seorang petani untuk mengetahui rahasia di balik buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian. Petani itu mengaku ia sama sekali tidak mempunyai rahasia khusus karena ia selalu membagi-bagikan bibit jagung terbaiknya pada tetangga-tetangga di sekitar perkebunannya. "Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik itu pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?" tanya sang wartawan. Tak tahukah anda?" jawab petani itu. "Bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman jagung tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagung saya. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus menolong tetangga saya mendapatkan jagung yang baik pula."
Jika kita menabur banyak, Allah sanggup melimpahkan kasih karunia-Nya kepada kita. Sudahkah kita menabur?
1. Prinsip apa yang dikatakan pada ayat 6 ini? (ayat 6)
2. Apa berkat yang Allah berikan jika kita menabur? (ayat 8).
3. Mengapa? (ayat 12)
Sudahkah kita menjadi penabur di tengah-tengah lingkungan kita? Tuliskanlah komitmen yang akan anda ambil untuk menjadi berkat bagi sekitarmu.
II. Ketika kita memberi, kita harus melakukannya dengan iman, bukan dengan untung-untungan, sebab tanpa iman pemberian kita sia-sia. Imanlah yang membuat pemberian kita memiliki kekuatan berlipat ganda. Karena iman kita bersabar, karena untuk menuai diperlukan kesabaran dalam menunggu. Selain itu, dalam hal memberi kita harus melakukannya dengan hati rela dan penuh sukacita. Janganlah ada orang yang memberi karena terpaksa. Itu tidak akan ada manfaatnya karena Tuhan tidak berkenan. Banyak orang Kristen memberikan persembahan dengan wajah sedih dan muram karena tekanan dari luar. Tuhan tidak menginginkan uang kita; Dia adalah pencipta langit dan bumi ini. Bumi dan segala isinya adalah milikNya. Sebenarnya dia memberi kesempatan kepada kita supaya kita dapat mengekpresikan kasih kita kepadaNya. Memberi menyenangkan hati Tuhand an Dia ingin kita memiliki kebahagian yang lebih. Hanya orang yang suka memberi yang akan mengerti arti kebahagian sejadi. Jadi “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.” (Lukas 6:38a)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar