Kamis, 12 November 2009

Renungan Epistel Minggu XXIII, 15 Nopember 2009 (2)

Marturia: Jemaat Yang Bersaksi
Yesaya 43: 8-13
1. Pendahuluan.
Dalam bagian kitab ini, nama Yesaya tidak disebut sama sekali. Tetapi yang lebih penting lagi ialah, bahwa latar belakang historis bab-bab ini ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi dua abad sesudah nabi Yesaya, yaitu: kota Yerusalem sudah jatuh ke tangan Babel; bangsa Israel sudah diangkut ke Babel; raja Koresy mulai tampil di panggung sejarah dan ia akan membebaskan bangsa Israel. Memang benar, Allah itu mahakuasa. Allah dapat membuka kepada nabi rahasia mengenai masa depan yang masih jauh. Allah dapat “memindahkan” nabi ke zaman lain serta mempengaruhi angan-angan dan pikirannya. Akan tetapi semuanya itu mengandaikan semacam adanya dua pribadi yang berbeda dalam satu diri nabi. “Berpindahnya” nabi ke dalam zaman lain mengandaikan pula, bahwa nabi itu dengan sendirinya kehilangan hubungan dengan orang-orang sezamannya, padahal ia justru diutus kepada mereka. Dan Kitab Sucipun tidak tahu-menahu tentang hal-hal semacam itu, sehingga sukar diterima, bahwa itu ada dalam Yes 40-55. Selebihnya hal semacam itu berlawanan dengan tugas sebenarnya seorang nabi, yang hanya mengikut-sertakan masa depan dalam nubuat-nubuatnya buat menasihati orang sezamannya. Maka boleh disimpulkan. bahwa Yes 40-55 berisikan nubuat-nubuat seorang nabi yang tidak dikenal namanya, seorang penerus karya Yesaya yang sama besarnya dengan nabi itu sendiri. Nabi itu lazimnya disebut “Yesaya Kedua” atau “Deutero-Yesaya”, Dia berkarya di Babel dan menunaikan tugasnya pada waktu antara kemenangan-kemenangan pertama raja Koresy, thn. 550 seb.Mas. yang membuat orang memfirasatkan, bahwa kerajaan Babel akan hancur di masa mendatang dan dikeluarkannya maklumat raja pada thn. 538, yang memberi kepada orang-orang Yahudi izin kembali ke tanah-airnya. Meskipun tidak disusun secara rapih teratur, namun kumpulan nubuat-nubuat ini, 40-55, memberi kesan sebuah kesatuan yang lebih padat daripada bagian pertama kitab ini, Yes 1-39. Kumpulan ini dimulai dengan semacam kisah mengenai panggilan nabi, 40:1-11 dan diakhiri dengan sebuah kata penutup, 55:6-13, Oleh karena dibuka dengan kata-kata: “Hiburkanlah, hiburkanlah umatKu”, 40:1, maka kumpulan nubuat-nubuat ini disebut “Kitab Penghiburan Israel”. Sebenarnya tema hiburan adalah tema utama kumpulan ini. Nubuat-nubuat dalam bab 1-39 pada umumnya bernada ancaman dan sering menyinggung peristiwa-peristiwa sedih yang terjadi di masa pemerintahan raja Ahas dan Hizkia, Sebaliknya nubuat-nubuat dalam bab 40-55 bertemakan hiburan dan isinya sama sekali tidak menyinggung peristiwa-peristiwa di zaman Ahas dan Hizkia. Hukuman Allah sudah terlaksana, sebab kota Yerusalem telah jatuh. Sekarang dekatlah sudah masa pemulihan. Di masa yang akan datang itu segala-galanya akan diperbaharui. Tema pembaharuan itu tampaknya sangat penting bagi pengarang bagian kitab ini, Hal ini jelas dari dua tema, yang diberi tempat utama dalam Deutero-Yesaya ini, yaitu: Allah adalah pencipta. Allah adalah penyelamat. Bangsa Israel akan mengalami suatu peristiwa keluaran baru, yang lebih ajaib daripada keluaran dari negeri Mesir. Umat akan diantar kembali ke kota Yerusalem yang sama sekali baru, dan jauh lebih indah daripada yang dahulu. Pembedaan antara dua masa yaitu “masa lampau” dan “masa mendatang” ini menunjukkan awal pemikiran eskatologis. Kalau bagian kitab ini dibandingkan dengan bab 1-39, maka jelas sekali, bahwa pemikiran teologis bagian kedua (40-55) lebih matang. Dalam bagian ini suatu ajaran mengenai monoteisme dirumuskan. Mengenai dewa-dewa dikatakan, bahwa mereka itu sia-sia oleh karena tidak berdaya sama sekali. Pengarang kitab Deutero-Yesaya menekankan kebijaksanaan dan pemeliharaan Ilahi yang tidak terselami. Untuk pertama kalinya dengan tegas terungkap, bahwa agama sejati teruntuk bagi dunia semesta. Semua kebenaran ini diungkapkan dengan gaya yang berapi-api dan dalam irama kalimat-kalimat pendek yang dipakai guna menegaskan. betapa dekatnya keselamatan.
2. Penjelasan (Renungan)
a) “Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”(Mat 13:10-17). Yang kita dengar dalam iman adalah kabar sukacita dari Firman Tuhan, tentunya setiap orang yang telah percaya dengan pemberitaan Firman akan berkata-kata dan melakukannya didalam hidupnya. Sehingga setiap orang percaya itu hendaknya berlaku benar sesuai dengan apa yan dia dengarkan dari Injil. Maka kebenaran Tuhan nyatalah dalam kehidupan kita. Kita adalah umat yang terpilih untuk mendapatkan anugerah Firman yang menuntun hidup kita agar lebih baik lagi. Sehingga dengan iman yang bertumbuh dan berkobar-kobar akan selalu menunjukkan serta mempersaksikan tentang kebesaran dan kemuliaan Tuhan kemana –pun ia berada.
b) Yakobus 1:19 “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah”....21: sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah-lembut Firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.” 22: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri”. Pertama, kita diminta cepat untuk mendengar. Berbeda pendapat itu normal, tidak sepakat itu wajar, namun kita harus membiasakan diri kita untuk mau mendengar. Dengarkan dulu alasan-alasan dan pendapat mereka lalu cobalah komunikasikan. Seringkali perselisihan memuncak karena ego kita sendiri, menganggap bahwa hanya kita yang benar, sehingga ketika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita, kita pun menjadi marah. Berikan suatu ruang tertentu dengan menjadi pendengar yang baik, sehingga kita mampu melihat sebuah permasalahan dengan lebih jelas sebelum buru-buru menarik kesimpulan hanya berdasarkan pandangan kita sendiri. Lihatlah bagaimana tanggapan Yesus ketika Dia berkunjung ke rumah Marta dan Maria (Lukas 10:38-42). Marta memilih untuk sibuk melayani, tetapi Maria memilih untuk diam di dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan Yesus dengan sungguh-sungguh. Apa yang dilakukan Maria menurut Yesus adalah "memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari padanya." (ay 42). Begitu pentingnya untuk mau mendengar dengan hati yang lembut. "Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.." (Lukas 8:18). Dalam mendengar apa kata Tuhan pun demikian. Seringkali kita tidak mendengar apa kata Tuhan karena kita terlalu sibuk dengan "daftar permintaan" kita di setiap doa, atau karena kita tidak mau melembutkan hati untuk menerima nasihat, teguran dan kebenaran. Jangan keraskan hati ketika Tuhan berbicara. Dengarlah baik-baik apa kata Tuhan. Miliki hati yang peka sehingga kita bisa mendengar bimbingan Roh Kudus dalam setiap langkah kehidupan yang kita jalani. "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7) Ada kalanya kita harus berbicara, namun ada juga saat dimana kita harus menjadi pendengar yang baik, yang mampu mendengar dengan cepat sebelum menarik kesimpulan dengan tergesa-gesa atau terburu-buru menuduh. Hati yang cepat mendengar akan akan membuat kita mampu melihat dengan lebih jelas permasalahan dari sudut pandang orang lain. sehingga bisa menghindarkan kita dari amarah berlebihan yang akan merusak diri kita sendiri dan menyakiti orang lain.
c) Maka jelaslah apa yang dikatakan oleh Lukas 12: 8-9 “Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barang siapa menyangkal Alku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah”. Sehingga setiap orang percaya terpanggil untuk mengakui kebesaran Tuhan dengan menyaksikannya bagi setiap orang dimanapun ia berada. Amin (EM)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...