Rabu, 31 Maret 2010

Renungan Hari Rabu, 31 Maret 2010

Kita Dibenarkan Dalam Kristus
2 Korintus 5: 21
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah
Yesus yang telah mengetahui bahwa waktuNya telah tiba mengajak murid-muridNya pergi ke taman Getsemani untuk berdoa kepada BapaNya. Firman Tuhan mengatakan dengan sangat jelas, bahwa di Getsemani Ia bergumul dalam doaNya sampai peluhNya yang keluar menjadi seperti titik-titik darah yang menetes ketanah Luk 22:43, 44. Dalam pergumulan yang begitu berat, Ia sampai 3 kali meminta kepada BapaNya supaya kalau boleh cawan yang merupakan lambang dari murka Allah atas dosa manusia yang harus diminumNya dilalukan dari padaNya, tetapi itupun bukan kehendakNya yang jadi, murid-muridNya yang di ajak bersama-sama malah tertidur. Padahal mereka Yesus menyebut sebagai sahabatNya,Yoh 15:14. Karena itu ketika masih di perjamuan malam, waktu Yesus mengatakan tentang semua yang akan terjadi terhadap diriNya, Petrus berkata : "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" Luk 22:33. Tapi apa yang terjadi, sementara Yesus dalam pergumulan yang demikian berat murid-murid yang dibangunkan untuk berdoa bersama-sama malah tetap tidur, dengan kata lain mereka bukanlah sahabat2 sejati. Hal ini terbukti ketika Yesus sudah ditangkap, semua murid-murid melarikan diri meninggalkan Dia bahkan kemudian kita tahu bahwa akhirnya Petrus sampai menyangkal Yesus 3 kali, Mat 26:56, 70-74. Akhirnya Firman Tuhan mengatakan Yesus diadili seperti penjahat, dihina, diludahi ditinju, dijadikan olok-olokan bahkan dianiaya dengan begitu kejam sampai akhirnya ketika di atas kayu salib Ia berkata dengan suara nyaring : "Eli, Eli, lama sabakhtani ?" Artinya : AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku ? Setelah semua itu Ia berkata "Sudah selesai". Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya. PengorbananNya untuk menyelamatkan manusia yang berdosa baru beakhir ketika Dia sampai dikayu salib. Itulah harga yang harus Dia bayar dan telah lunas, I Kor 6:20. Karena itu kita yang dulunya bersalah dihadapan Tuhan telah dibenarkan oleh Darah Yesus.

Betapa penghayatan diri sebagai hamba itu sungguh sangat nyata dalam pelayanan bagi umat manusia berdosa. Yesus dengan rela mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba. Keagungan-Nya dilepaskan untuk menjadi manusia yang terendah. Yesus sungguh menampakkan bentuk ketaatan diri yang radikal sebagai seorang hamba. Maka kitapun senantiasa belajar meneladani apa yang telah dinampakan-Nya dalam segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup ini sebagai apa saja, di mana dan kapan saja ketika hidup dalam kebersamaan dengan sesama.
Akan tetapi kematianNya di kayu salib bukanlah akhir dari rencana Allah, melainkan sesuai dengan yang dikatakan oleh kitab suci bahwa pada hari yang ketiga Dia bangkit dari antara orang mati, I Kor 15:3-4, dan kebangkitanNya inilah yang menjadi pengharapan dan kekuatan bagi kita yang percaya padaNya. Sebab Firman Tuhan mengatakan Yesus yang mati kemudian bangkit dari antara orang mati telah masuk dalam kemuliaan Kekal, karena itu kita yang percaya kepadaNya akan masuk dalam kemuliaan yang sama apabila Ia datang kelak untuk menjemput kita sebagai pengantin Sorga.
Bagaimana dengan kita, Jemaat yang terkasih ? Apakah dalam hidup yang Allah anugerahkan kepada kita sampai saat ini, kita terus berada dalam proses pembentukan diri menjadi serupa dengan Kristus. Keserupaan yang ditentukan dengan kerelaan diri dalam ketaatan penuh untuk menjadi seorang pelayan.


Renungan Hari Selasa, 30 Maret 2010

Yang Diajarkan Oleh Allah
Yohanes 8 : 28
Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.
Kita tidak pernah membayangkan apalagi merencanakan akan mengkhianati orang yang kita cintai, kagumi, dan hormati. Tidak ada orang yang ingin menikah dengan pikiran bahwa pasangannya akan berkhianat. Tidak ada orang yang bersiap-siap menerima panggilan imamat berpikir akan meninggalkan jabatannya pada suatu saat. Tidak terelakkan kita bisa saja me¬ngalami kesulitan. Orang mengecewakan kita dan sebaliknya. Rencana kita pernah atau bahkan sering berantakan. Kekecewaan semakin menyakitkan manakala hal buruk yang kita alami justru berasal dari orang yang kita pandang dekat dan kita cintai termasuk anggota keluarga atau kolega kita.

Berhadapan dengan keadaan seperti itu, Yesus memberikan contoh yang inspiratif. Menyadari apa yang dihadapi-Nya, Yesus melihat bahwa tujuan hidup dan pelayanan-Nya bukan dalam ukuran dunia ini. Yesus memberi teladan bahwa dalam keadaan seburuk apa p Percayalah bahwa malaikat-malaikat Allah senantiasa menyertai dan mendampingi kita, dan bersama dengan malaikat kita akan mampu mengatasi aneka godaan roh jahat atau setan untuk ‘berbakti pada berhala-berhala modern’ seperti harta benda/uang, jabatan/ kedudukan/pangkat atau kehormatan duniawi. Marilah dengan semangat iman kita makan-minum, tidur, bergaul, bekerja atau melakukan apapun di dalam hidup sehari-hari. Kita terima dan nikmati apa-apa yang disediakan atau diberikan kepada kita asal bukan racun atau ajakan untuk berbuat jahat. Secara konkret dan sederhana marilah kita terima dan nikmati makanan, minuman maupun aneka macam sarana-prasarana kerja yang disediakan bagi kita.
"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya. terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu, Engkau patut dinyanyikan dan ditinggikan selama-lamanya.”untuk itu perlu diperjuangkan kasih yang tulus dan sempurna, demi keselamatan semua orang.



Renungan Hari Senin, 29 Maret 2010

Meninggikan Nama Tuhan
Yohanes 3 : 14-15
Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal
Setiap orang sebetulnya merindukan bisa hidup bahagia dan terlepas dari segala kesusahan. Rupanya ada begitu banyak cara yang dipikirkan dan dihayati oleh banyak orang untuk bisa terlepas dari segala kesusahan hidup. Ada yang memikirkan dengan cara bercerai dari pasangannya bila hubungan sebagai suami istri sudah dirasa tak memberi kebahagiaan. Ada yang berpikir bikin usaha ini dan itu dan bahkan ada yang memakai cara-cara yang tak baik seperti merampok milik orang lain.
Di harian Kompas yang terbit pada hari Sabtu 21 Maret 2009 dikisahkan dua orang perampok yang membawa lari uang Rp 130 juta di Palembang lalu keduanya tewas ditabrak oleh korbannya sendiri. Dua orang perampok itu pun sebetulnya juga bermimpi ingin hidup bahagia. Mereka berangan-angan bisa mendapatkan uang Rp 130 juta. Hanya sayang cara mereka ingin merasakan kebahagiaan itu tak bisa dibenarkan karena dengan cara merampok.
Sebagai orang Kristiani kita memiliki cara untuk bisa masuk ke dalam kebahagiaan. Cara itu diajarkan oleh Yesus dalam percakapannya dengan Nikodemus. “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:14-15). Yesus memberikan cara supaya kita bisa beroleh hidup yang kekal yakni dengan cara percaya pada Anak Manusia yang ditinggikan.
Mengapa Anak Manusia yang ditinggikan (Yesus yang tersalib) itu yang harus kita ikuti dan percayai supaya kita beroleh hidup yang kekal? Karena melalui salib Yesus itu, kita mengalami secara paling jelas bahwa Allah sungguh mengasihi kita. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3: 16).
Memang sebenarnya bukan menjadi suatu keharusan mutlak bagi Kristus untuk menderita di salib bagi kita, namun memang itulah yang dipilih-Nya, dan ini sudah direncanakan-Nya sejak awal mula dunia. Sebab Allah sudah mengetahui segala sesuatunya, bahwa manusia pertama akan jatuh dalam dosa, dosa asal inilah yang akan diturunkan kepada semua umat manusia, dan karena manusia tak dapat menebus dosanya sendiri, maka Allah memutuskan untuk mengutus Putera-Nya sendiri untuk menebus dosa manusia dengan sengsara-Nya di kayu salib. Penderitaan yang tak terlukiskan di kayu salib tersebut adalah bukti kasih Allah yang tiada terbatas, dan juga bukti keadilan yang sempurna, yang menunjukkan kejamnya akibat dosa, yang harus dipikul oleh Kristus, untuk membebaskan kita manusia dari belenggu dosa. Maka walaupun setetes darah-Nya sebenarnya cukup untuk menebus seluruh dosa manusia, namun Yesus justru mau menyatakan yang lebih sempurna dan “superabundant” daripada itu. Sebab Ia mau menunjukkan kasih yang melebihi dari apa yang disyaratkan, kasih yang mengatasi segalanya. Kerendahan hati Yesus yang ditunjukkan-Nya dengan kerelaan-Nya menjadi manusia dan menderita di kayu salib merupakan “obat penawar”/ antidote bagi dosa asal Adam, yaitu kesombongan ingin menjadi/ menyamai Allah. Ketaatan Kristus terhadap kehendak Allah Bapa menawarkan ketidak-taatan Adam kepada Allah (lih. Rom 5:19).


Renungan Hari Sabtu, 27 Maret 2010

Kristus Didalam Diri Kita
Galatia 2: 20
Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku
Perjalanan menuju transformasi terbuka bagi seluruh umat kristiani, tanpa kecuali. Semuanya tergantung kepada keterbukaan dan penyerahan diri manusia yang mempunyai kehendak bebas. Karena sesunggunya, melalui pembaptisan semua orang menjadi tempat tinggal Allah. Itu berarti, semua orang dapat pula bersatu dengan Dia yang bersemayam di dalam hatinya. Dan kita semua juga diciptakan serupa dengan-Nya, menurut gambaran-Nya. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan hidup rohani kita, dengan menjalani kehidupan yang sama dengan yang dijalani Kristus, sesuai dengan panggilan kita masing-masing, hingga akhirnya jiwa mencapai persatuan yang sempurnya dengan-Nya.
Paulus telah menginspirasikan tentang perubahan hidup total kepada kita. Karena itu mari kita lihat bersama apa rahasianya. Sebelum menjadi rasul, Saulus adalah seorang penganiaya jemaat dan tekun melaksanakan hukum Taurat, “tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat” (Flp. 3:6). Tetapi ia berubah menjadi Paulus, yang urusan sehari-harinya adalah memelihara semua jemaat (2Kor. 11:28) dan mengajarkan pada kita tentang Taurat yang sebenarnya adalah sunat hati (Rm. 2:29).
Yesus mengajak kita untuk mati bersama-nya, dan kemudian bangkit pula bersama-Nya. Kemuliaan Paskah terjadi sepanjang tahun, ditawarkan bagi semua jiwa yang mau mati bersama-Nya untuk bangkit kembali sebagai manusia baru. Demikianlah pada saat genap waktunya, bagaikan kupu-kupu jelita, jiwa menjadi indah memancarkan kemilau Sang Mempelai dalam persatuan cintakasih yang abadi dengan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Paulus lewati beberapa pergumulan dengan menyerahkan diri pada Tuhan Yesus sehingga ia bisa berubah dari yang dulunya seorang penganiaya jemaat menjadi seorang yang memelihara jemaat. Dari yang dulunya seorang yang secara lahiriah melaksanakan hukum Taurat, menjadi seorang yang mengajarkan tentang sunat hati. Rahasia perubahan seseorang adalah Kristus yang hidup di dalam dirinya. Ternyata bukan hasil usaha Paulus semata-mata atau kekuatan niatnya yang membuat ia berubah. Ini semua karena Kristus yang berkarya di dalam hidupnya.
Hidup yang sementara ini adalah persiapan untuk hidup yang kekal, yang akan sampai selama-lamanya. Itu sebabnya, Paulus mengatakan bahwa mati jauh lebih baik, karena diam bersama-sama dengan Kristus di dalam kekekalan. Mati adalah gerbang untuk masuk ke dalam kesempurnaan, serupa dengan Kristus, diam dengan Kristus, menjadi raja sampai selama-lamanya, tidak berdosa lagi, tidak ada sakit-penyakit, dan bahkan bisa menikmati Allah Tritunggal dalam segala kelimpahan. Jadi, hidup sesudah mati pasti lebih menyenangkan dari hidup yang sekarang ini. Seharusnya orang-orang yang sungguh percaya kepada Kristus, sangat menanti-nantikan akan kematian dan hidup yang kekal. Mata kita seharusnya memandang kepada kekekalan. Bersukacita dengan segala hal yang dibukakan kepada kita dan mempersiapkannya dalam kesementaraan ini.
Apakah ini berarti bahwa kesementaraan ini menjadi tidak berharga dibandingkan dengan hidup kekal? YA! Tetapi, bukan berarti hidup yang sementara ini tidak perlu. Justru kita harus melihat hidup yang sementara ini sebagai kesempatan yang akan berlalu. Kalau kita melihat dengan cara pandang bahwa ini hanya sementara dan akan berlalu tetapi berdampak untuk kekekalan, maka kita akan memanfaatkan dan mempergunakannya sebagai mungkin demi untuk Kristus dan untuk mempersembahkan semuanya kepada Kristus.

Renungan Hari Jumat, 26 Maret 2010

Allah Menolong Orang Yang DikasihiNya
Lukas 18: 7

Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka
Orang dunia menggantungkan harapannya pada saldo tabungan, meraih pendidikan setinggi mungkin dengan harapan memiliki masa depan cemerlang, atau berharap kepada orang lain yang seringkali membuat kecewa. Tetapi Pemazmur memberikan resep bagi anak TUHAN yang merasa tertekan jiwanya: berharap kepada ALLAH. Harapan kepada ALLAH yang berlaku eksklusif bagi anak TUHAN ini tentu bukan sekedar harapan kosong, bahkan melebihi harapan yang dimiliki orang dunia. Sebuah ilustrasi untuk menyatakan perbedaan antara harapan yang nyata dengan harapan semu yang hanya untuk mengulur waktu:
Seorang patih (pembantu raja) divonis hukuman mati oleh rajanya akibat kesalahannya. Dengan kecerdikannya, patih ini memohon agar diberi kesempatan hidup satu tahun lagi, karena memiliki misi mengajar kuda milik raja untuk dapat berbicara. Penasaran ingin membuktikan kecanggihan ilmu patihnya itu, raja mengubah vonis mati. Sebagai gantinya, si patih diberi kesempatan satu tahun untuk mengajar kuda raja berbicara. Patih pun pulang ke rumahnya dengan membawa kuda raja sebagai muridnya.
Ternyata yang ingin tahu ilmu si patih itu bukan hanya sang raja; teman patih inipun bertanya, apakah benar dia dapat mengajar kuda berbicara? Dengan entengnya patih ini menjawab, bahwa sesungguhnya dia tidak dapat mengajar kuda berbicara. Tapi ada yang diperolehnya dari membohongi raja: mengulur waktu kematian menjadi satu tahun kemudian.

Harapan di dalam ilustrasi di atas hanyalah harapan sementara, harapan semu. Sangat berbeda dengan harapan kepada ALLAH. Kuasa TUHAN sudah jelas tidak ada taranya. Kendati ALLAH Mahakuasa, namun seandainya saja DIA tidak mengasihi kita, maka kita tidak dapat berharap kepada DIA untuk mengulurkan Tangan-NYA menolong kita. Atau seandainya TUHAN tidak memiliki kesetiaan dalam menolong, DIA hanya akan menolong sekali dua kali saja lalu akhirnya bosan menolong kita. Namun karena kasih dan kesetiaan TUHAN yang terus kita rasakan, kasih dan kesetiaan TUHAN itu menjamin jiwa kita tidak tertekan.
Setiap hari manusia memiliki kebutuhan. Setiap hari pula TUHAN selalu menyediakan berkat yang baru bagi anak-anak-NYA. Itulah sebabnya TUHAN YESUS mengajarkan agar kita berdoa kepada BAPA, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Artinya, setiap hari ini kita memiliki kebutuhan yang berbeda, dan DIA selalu memberikan berkat sesuai dengan kebutuhan kita. Berkat-NYA selalu baru setiap pagi juga mengandung arti kesetiaan TUHAN yang tidak bosan-bosannya untuk memberikan berkat-NYA setiap hari.



Selasa, 30 Maret 2010

MINGGU PASSION

MANDALANI MINGGU-MINGGU PASSION
Pangaradeon tu Minggu na Songkal

Somalna sai didok angka ruas do mar-Passion di tinki na ro tu partangiangan di Gareja mulai ari Senen sahat tu Kamis, i ma di holangholang ni ari Minggu Palmarum dohot ari hamamate ni Tuhan Jesus. Hape nunga salpu Passion di tingki i. Porlu sunghunonhon dua sungkunsungkun na di toru on:
 Sadihari do mamungka Minggu-minggu Passion jala sadihari do marujung ?
 Aha do tinembak ni Minggu-minggu Passion ?

1. Mula Ni Minggu Passion
Mangihuthon arina, mamungka ma Passion i sian ari Rebo dung Estomihi (songon na itaboto, adong do tolu ari Minggu na songon peralihan ni Epifania tu Passion, i ma minggu Septuagesima, Sexagesima dohot Estomihi). DI deba huria sai adong do partangiangan di borngin ni ari Rebo i, jala disi ma ruas ni huria pasesahon dosa. Ari Minggu na mangihut tusi i ma Minggu Invocavit. Sian Minggu on ma ditorushon marningot panaonon ni Tuhan Jesus, na mardalan nangetnanget manjonok tu Jerusalem jala marujung ma di dolok Golgata. Adong ma 5 Minggu disi jala ganup minggu dijahahon ma unurunur barita sitaonon ni Tuhan Jesus. Nunga adong diparade Hurianta sijahaon di tingki Passioni, ima na sinurat ni Ompu i Dr. J.Sihombing. Adong ma 5 ari Minggu laho manjahahon 5 bagian ni barita parsitaonon ni Jesus. Marujung ma i di Minggu palimahon i ma Minggu Judika.

2. Ujung ni Minggu Passion
Dung sidung Minggu Judika, masuk ma muse tu Minggu Palmarum. Disi ma taringot parmasuk ni Jesus tu Jerusalem, na tinomutomu ni natorop huhut manjouhon Hosianna! Sada parmingguon na balga do on, ai disi ma disurakhon huria muse Hosianna! Unang hita dohotdohot tu angka ende-ende na mangarimpu Hosianna i ma suraksurak las ni roha na dos tu Haleluya. Ai torop do angka punguan na martopapi huhut mirjakhirjak mangendehonsa. Ia Hosianna na marharoroan do i sian hata Aram (ima bahasa na dipangke di tingki ni Tuhan Jesus) na marlapatan “Palua Ma Hami Nuaeng” ! Dison i ma inganan ni sitaonon ni portibi on disurakhon Huria. I do alana saleleng Minggu Passion pe, ndang pola diendehon “Haleluya”, alai diganti ma gabe “Hosianna”! Nian ndang pola somalk dope i di HKBP, alai anggo taihuthon angka huriahuria Lutheran, nunga peam i di nasida; gariada tahe Huria Calvinis di Indonesia, isara ni GPIB, nunga tung tangkas diulahon i, na so mangendehon Haleluya saleleng Minggu Passion. Laos on ma parmulaan ni sada Minggu na mansai ronsot siala godang ni barita ni haporseaonta na ingoton di na saminggu i. I ma na digoari Minggu na songkal (Mingu Kudus).
3. Tinembak Ni Minggu Passion
Panolsolion ni dosa do anggo ondolan ni Minggu-minggu Passion. I do alana sai dijaha jala diulahon Huria barita taringot tu sitaonon ni Jesus, gabe hira na rap mardalan ma Huria i nangetnanget rap dohot Jesus laho tu Golgata. Sada Minggu-minggu perenungan do Minggu Passion on. Anggo di mulana i, minggu parpuasaon do i, somalna ndang pola sandok sipanganon (ndang dijama), alai marpantang juhut ma hataridaanna. Nuaeng on torop dope na mandalanhon i, alai ditambai na deba ma i marhite perkembangan modern, i ma mangorui angka hasomalanna, umpamana, na sai laho hian marlibur manang tu bioskop manang godang marisap, saleleng Passion diorom ma dirina tusi, jala hepeng na aturan dipalao ibana tusi, gabe dilehon ma songon pelean khusus. Gabe tarida ma Minggu-minggu Passion songon Minggu Solidaritas Sosial.
4. Minggu na songkal (minggu na hohom)
Ia Minggu na hohom on i ma mulai ari Minggu Palmarum i, sahat ro di ari Sabtu dung hamamate ni Jesus. Tarbagi dua ma minggu on, i ma mulai ari Senen sahat tu ari Rebo, dung i mulai ari Kamis sahat tu ari Sabtu na digoari Triduum.
5. Triduum
Bagian paduahon ni Minggu na Hohom ima tolu ari, sian ari Kamis sahat tu ari Sabtu, tar songon on ma partondingna:
a) Ari kamis, “Parningotan di Hasasahat ni Ulaon na Badia”:
Di ari on mansai hohom ma roha ni halak Kristen sudena. Hira na rap dohot Jesus ma hita mardalan, nangetnanget manjonoki ari hamamteNa. Mansai bonsa do roha ni Tuhan Jesus ala ni dosa ni portibi on. Ala ni ido dipatupa parningotan na mansai porlu dison, i ma:
 Jesus Mamuri Pat ni Sisean: DI Huria na metmet manang punguan na metmet ro ma anggka na porsea, laho marningot pambahenan ni Tuhan Jesus na mamuri pat ni sisean i. Gabe ari na denggan ma on laho patoguhon roha na masihaholongan dohot masitungkolan di angka na porsea. Mansai maol do on anggo torop do halak, boi do punguanpunguan na metmet patupaon i di inganan na binuhul
 Ari Hasasahat ni Ulaon Na Badia: Ro ma Huria marpungu di Gareja, jala disi dijahahon ma barita taringot tiu Jesus, mamungka sian na mamuri pat ni sisean, sahat tu na patupa parmanganon Paska nasida di bilut parginjang. Di tingki on, di Huria na adong Pandita, dipatupa ma Ulaon Na Badia. Di angka huria na so mungkin patupahon Ulaon Na Badia, diihuthon nasida ma Acara na mamuji Debata siala ni hasasahat ni Ulaon Na Badia. Acara kebaktian tuson diparade Panitia ni Paskah Raya do. Sosohon hita ma Hurianta asa dipatupa ulao i.
 Ari Tangiang Pangondianon di Getsemane: DUNG sidung Ulaon Na Badia, manang Kebaktian manghamauliatehon Ulaon Na Badia, dipamate ma sandok lampu gareja, diganti ma dohot lilin manang lampu samporong. Dijahahon ma barita taringot tu haboborhat ni si Judas manjehehon Jesus, dung i partangiangon ni Jesus di Getsemane. Dipangulakulakhon ma manjahahon hata ni Tuhan Jesus: “Dunggo ma hamu tongtong mardongan tanggiang”. Sidung i, martangiang ma sandok ruas ni huria i marsorinsorin, sahat ro na salpu tonga borngin. Boi do marsorinsorin ruas i ro, deba mulak jolo tu jabu, ro muse dung pukul 23.00 manang dung pukul 00.00, alai sai adong ma disi torus martangiang. Sude natatangianghon saleleng on taringot tu “Hatiha Mangalo Gosagosa” taulahon ma deba disi. Laos disi ma tatangianghon angka sidangolon ni ruas marsadasada, dung jolo dipapungu parhalado “Pokok Doa”. Ditutup ma punguan i dung salpu tonga borngin marhite na manjahahon haroro ni Judas dohot soldadu na laho manangkup Jesus, sahat tu na pinatupa ni si Malthus.
 Ari Jumat, “Parningotan ni Hamamate ni Tuhan Jesus”: Songon na somal ma hita mandalanhon, i ma parmingguon di gareja hombar tu tingki naung dihasomalhon. Tamba ni i tong do marpungu Huria tu Ulaon n Hohom di pukul 2 songon na somal. Alai di botarina inotonta ma marhite partangiangan na jempek i ma “Bangke ni Jesus di patuat sian silang dohot panaonon ni Jesus”. Ia partangiangan on boi do dipatupa di Gareja manang asa gumodang boi dohot, ba di lingkungan-lingkungan.
 Ari Sabtu, “Ari Sabbat na Sumongkal (termulia)”
On ma ari na mansai hohom. DI bagasan tanoman do Jesus, “na tuat tu banuatoru dung ditanom” Hohom ma sude portibi on, marningot Jesus na modom asa dipahehe di ari patoluhon. Marpungu ma Huria di bornginna i. Jahahononhon ma disi barita taringot tu si Jona di butuha ni dengke. Dung i muse taringot tu hatutuat ni Jesus tu angka halak na mate andorang so ro dope Kristus di = 1 Petrus.
Dung i dipamasa ma partangiangon Hasesaanni Dosa. Begeonta ma disi angka ende ni par-koor ni Hurianta taringot tu hasesaan ni dosa, angka ayat-ayat taringot tusi. Huhut ma martangiang disi ruas manangianghon dosana be. Alai dohot ma ditangianghon dosa ni bangsonta, dosa ni Hurianta, dosa ni pamarenta, nang angka pemimpin-pemimpin dunia. Tajalo ma disi bagabaga taringot tu hasesaan ni dosanta. Dipatubegehon ma nian disi koor na uli taringot tu hasesaan ni dosa.
Tarpatupa hita i sude molo boi do adong pangaradeon na tangkas, nang parhalado nang angka punguan koor pe. Sian i ma hita borhat muse tu Partangiangan Buhabuha Ijuk di Gareja.
Hombar tu saluhutna, di son pinaandar ma angka usul na metmet songon on:
1) Hubungan dengan pelaksanaan agenda dalam kebaktian Minggu: Diusulkan agar selama keenam Minggu ini, sesudah ayat Introitus dibacakan, jemaat menyambut dengan menyanyikan “Hosianna” (Hosianna) tidak lagi dengan “Haleluya”, hingga tiba masa paskah nanti.
2) Hubungan dengan warna liturgis: Diusulkan juga agar setiap jemaat yang selama ini kurang memperhatikan warna liturgis, benar-benar melaksanakannya, sebagaimana sudah dituliskan dalam Almanak HKBP.
3) Simbol lilin selama Minggu Passion: Salah satu alat peraga yang dapat berfungsi sebagai penampakan liturgis adalah penggunaan 6 buah lilin, yang menyala sejak awal kebaktian Minggu pada Minggu Invocavit. Minggu berikutnya satu lilin tidak menyala, dan hanya 5 lilin yang lain tetap dibiarkan menyala. Pada minggu berikutnya satu lilin lain lagi dimatikan, hingga Minggu Palmarum, dimana seluruh lilin akan mati. Tetapi ke enam lilin itu harus tetap di biarkan di sana.
4) Bunga untuk altar: Bunga sebaiknya lebih berwarna ungu (violet) atau yang mendekati warna itu. Warna kuning, putih dan merah kiranya dihindarkan.
(Pdt.Bonar Lumbantobing,MTh)



Rabu, 24 Maret 2010

Renungan Hari Kamis, 25 Maret 2010

Merendahkan Diri
1 Petrus 5: 6
Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya
Banyak orang berfikir, jika merendahkan diri, mereka takut dikira rendah diri. Padahal merendahkan diri berarti tidak ada kesombongan, tidak tinggi hati, tidak menganggap dirinya lebih dari orang lain. Karena kita sadar, bahwa kita tidak memiliki kekuatan dan tidak mempunyai kesanggupan tanpa penyertaan Tuhan. Jadi keberadaan kami dan apapun yang kami punyai saat ini, semuanya semata-mata karena karunia Tuhan saja. Tuhan Yesus dengan jelas berkata: “Barang siapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Matius 23:11, 12). Dan Tuhan Yesus telah membuktikan ucapan-Nya sendiri, kata-Nya: “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:28).
Amsal 16:18 berkata,”Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Berapa sering kita melihat keadaan itu! Berapa sering kita melihat orang-orang percaya terjerumus dalam masalah karena pendapat yang berlebihan tentang diri mereka. Mereka mulai berpikir mereka begitu pintar sehingga mereka perlu menunjukkan semua itu.

Kemudian, hal berikutnya Anda tahu, mereka berpikir mereka perlu meluruskan orang lain. Bukannya menempatkan Yesus sebagai Kepala dari Gereja, mereka merasa perlu untuk mengambil alih pekerjaan itu. Sekali hal itu terjadi, hanya masalah waktu mereka akan jatuh terjerembab. Mengapa? Karena Firman berkata Tuhan menentang kesombongan! (1 Pet 5:5)
Jangan menempatkan dirimu dalam posisi yang ditentang Tuhan. Takarkan kemampuanmu dengan tepat. Kenakan sikap rendah hati. Jagalah dirimu, dan jika Anda menemukan dirimu sedang dibedaki dengan keagungan dirimu sendiri, bertobatlah dan ingatlah bahwa setiap kesuksesan Anda hanya ada oleh kasih karunia Tuhan. Lihatlah hidupmu sebelumnya dan temukan betapa sering Anda melupakan karunia yang telah diberikan Tuhan padamu. Lihatlah berapa kali, saat Anda goyah dan membuat banyak kesalahan, kasih dan pengampunanNya yang ajaib menarikmu dari segala masalah itu.
Dalam hal ini, Daud telah memberi teladan yang baik bagi kita semua. Walaupun dia seorang raja yang terkenal dan berkuasa, tetapi dia tidak pernah mengakui bahwa dia sanggup mempertahankan nyawanya dari musuhnya dan maut. Daud memiliki kerendahan hati dan dia selalu merendahkan diri di hadapan Tuhan. Daud tidak pernah mengeraskan hati terhadap Tuhan dan tidak pernah menyalahkan orang lain. Sebaliknya, di dalam menghadapi apa pun, dia selalu membuka hati kepada Tuhan dan mengijikan Roh Kudus menyelidiki hatinya. Sekalipun dia melawan dan membenci orang-orang yang melawan Tuhan, tetapi dia selalu memeriksa diri, apakah perbuatannya itu benar di hadapan Tuhan, sebab dia kuatir kalau-kalau tindakannya itu bukan benar-benar membela Tuhan, tetapi untuk kepentingannya sendiri. (baca Mazmur 139:23,24).
Masih adakah kesempatan untuk bersombong diri? Hidup ini tiada yang pasti
Engkau bisa tertawa, menghina, tak peduli Tegakkan kepala berbangga diri Dan berbuat dosa hari ini Tapi apakah engkau sadari ? Sungguh kamu tiada berarti Apabila petaka dan bencana menghampiri Masihkah ada kesempatan untuk menyesali? Apakah engkau mengerti setiap waktu kematian menanti? Duduk diam introspeksi Berpalinglah kepada Allah Bertanyalah kepada nurani Bangkitkan dirimu yang sejati Jadilah pribadi yang peduli Berbangga dalam mengasihi Tegak dalam kerendahan hati Sungguh keindahan akan menanti Engkau akan mendapat tempat yang tinggi dari Allah Bapa. Amin


Renungan Minggu Palmarum, 28 Maret 2010

SEMERBAK WANGI PENGORBANAN CINTA
Markus 14: 3-9

Adegan terakhir menuju Golgota juga dikisahkan Markus melalui ekspresi cinta yang semerbak mewangi. Pada waktu itu YESUS berada di Betania, sedang menikmati makan di rumah Simon, si kusta. Orang Yahudi memiliki kebiasaan makan dengan berbaring di tas dipan rendah dengan bersandar pada siku tangan kiri dan menggunakan tangan kanan untuk mengambil makanan. Siapapun yang datang kepada orang yang sedang makan sambil berbaring ini akan berdiri persis di atasnya. Dalam gambaran situasi seperti itulah datang seorang perempuan yang membawa minyak narwastu murni untuk mengurapi kepala YESUS. Kebiasaan pada waktu itu adalah menuangkan beberapa tetes minyak wangi kepada tamu ketika ia masuk ke rumah atau ketika ia sedang makan. Yang dilakukan perempuan itu bukan menuang beberapa tetes tapi memecahkan penutup botol dan seluruh isinya dicurahkan kepada YESUS.
1. Ayat 3: Dorongan apakah yang membuat perempuan itu memecahkan penutup botol minyak narwastu dan mencurahkan ke atas kepala YESUS ?
2. Ayat 4-5: Wajarkah jika orang menilai tindakan perempuan itu sebagai pemborosan? Setujukah Anda dengan pendapat ”lebih baik menyumbangkan uang kepada orang miskin daripada melakukan pemborosan dengan memakai minyak mahal untuk mengurapi YESUS?”
3. Ayat 6-9: Mengapa Anda pelajari dari sikap perempuan yang mengurapi YESUS?

Perjalanan menuju Golgota ternyata tidak selalu kelabu. Ada saat indah yang dialami YESUS melalui pengorbanan seorang perempuan. Peristiwa ini terjadi kurang lebih seminggu sebelum penderitaan salib. Ketika dunia mendesahkan nafas benci ternyata masih ada sahabat yang tetap mencintai. Lihatlah tindakan seorang perempuan yang mempersembahkan cinta dan penghargaannya yang besar kepada YESUS, Sang Guru melalui pencurahan minyak narwastu yang mahal. Bagi orang lain ini merupakan pemborosan namun bagi KRISTUS ini adalah simbolisasi kematian dan penguburannya. Hal ini bisa dipahami bila mengingat kebiasaan orang Timur yang memandikan dan meminyaki orang mati. Setelah tubuh mayat diminyaki, botol minyak wangi yang isinya sudah dipergunakan itu dipecahkan, lalu pecahan-pecahannya ditaruh bersama dengan mayat di dalam kubur. Perempuan itu melakukan tindakan kasih yang tepat. Mencintai dan menolong orang miskin bisa kapan saja namun mengekspresikan cinta kepada sang Guru terbatas waktunya sebab salib sudah semakin dekat. Dorongan hati penuh cinta perempuan itu telah melahirkan pengorbanan yang besar tanpa berpikir bahwa itu adalah sebuah pemborosan. Hati yang penuh cinta selalu memberi yang terbaik bukan sisa-sisa; sisa tenaga, sisa pikiran, sisa waktu atau sisa uang. Dorongan cinta tidak permah melahirkan ekspresi asal memberi.
Cinta sejati selalu berarti: kesadaran menyiapkan secara khusus pemberian yang terindah, terbaik dan paling berharga; mempersembahkan yang maksimal bukan yang minimal.
Menjelang masa sengsara yang akan segera dijalani oleh Tuhan Yesus, ternyata bahwa penghargaan kedua belas murid terhadap Tuhan Yesus masih kurang dibandingkan dengan perempuan yang mencurahkan min¬yak Narwastu ke atas kepala Tuhan Yesus.
Nama perempuan yang mencurahkan minyak Narwastu ke kepala Tuhan Yesus itu tidak disebut di sini. Ada yang be¬ranggapan bahwa wanita tersebut adalah Maria Magdalena, tetapi pendapat seperti itu bersifat spekulatif (tebakan). Ada yang menyamakan perempuan ini dengan Maria dalam Yo¬hanes 12:3, tetapi kedua peristiwa tersebut jelas berbeda. Dalam Matius 26:7 dan Markus 14:3, minyak Narwastu itu dicurahkan ke atas kepala Tuhan Yesus dan peristiwa tersebut terjadi di rumah Simon si kusta. Dalam Yohanes 12:3, minyak Narwastu tersebut dicurahkan ke kaki Tuhan Yesus dan peristiwa tersebut terjadi di rumah Lazarus, saudara Maria, yang dibangkitkan Tuhan Yesus dari antara orang mati. Murid-murid Tuhan Yesus (yang kemungkinan dimotori oleh Yudas Is¬kariot) menjadi gusar melihat peristiwa tersebut dan menganggap peristiwa tersebut sebagai pemborosan. Menurut Markus 14:5, minyak Narwastu itu nilainya lebih dari tiga ratus dinar. Bila dijadikan rupiah, nilai minyak nar¬wastu itu lebih dari lima belas juta rupiah. Dengan dipecahkannya buli-buli tempat menyimpan minyak Narwastu, maka minyak tersebut hanya bisa dipakai sekali saja, sehingga tidak mengherankan bila tindakan wanita terse¬but dianggap sebagai suatu pemborosan.
Kesimpulan:
a. Motivasi Memberi. Bila kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan Yesus, kita akan rela mem¬beri tenaga, waktu, dan uang secara berlebihan kepada Tuhan Yesus. Bila kasih kita kurang, kita akan memperhitungkan untung-rugi! Berikanlah yang terwangi dan terharum bagi Tuhan, sehingga namamu tetap wangi dan harum.
b. Persembahkanlah dengan segenap hatimu (bnd. Roma 12 : 1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”. Seluruh tubuh dan hidup kita berikan bagi Tuhan dengan mmepergunakannya dengan sebaik mungkin.
c. Sebagaimana wanita itu memberikan minyak Narwastu yang terbaik dari tutup botol yang dipecahkan menandakan yang terbaru. Demikian halnya kita diajak untuk memberikan yang terbaru bagi Tuhan sebagaimana setiap saat kita tetap dibaharui dalam RohNya.
d. Menjaga Nama Baik Tuhan dengan melakukan firmanNya. Minggu ini minggu Palmarum (maremare)= Kita mau menyambut kedatangan Yesus dengan hati yang suci dan siap menerimaNya. Sebagaimana perempuan tersebut dengan perilakunya yang baik terhadap Yesus akan selalu diingat dan dikenang orang banyak. Bagaimana kita bisa dikenang oleh karena perbuatan baik kita bagi orang lain. Yesus tetap dikenang dan dipercaya karena dalam hidupNya selalu membuahkan ajaran yang luar biasa dan melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah terlebih pengorbananNya menjadi keselamatan dunia. Sebagaimana peribahasa yang mengatakan: Gajah meninggalkan gading, harimau meninggalkan belang, Manusia meninggalkan nama. Nama baik akan tetap wangi dan dikenang sebagaimana wanginya minyak Narwastu, semerbak wangi perngorbanan cinta kita kepada Yesus. Amin


RENUNGAN EPISTEL MINGGU PALMARUM, 28 Maret 2010

MAMELEHON NA DUMENGGAN TU DEBATA
(3 Musa 23 : 39-44)
I. Patujolo
Ditingki mardalan bangso Israel di parhorsihan saleleng 40 taon diaturhon Debata do tu tongatonga ni bangso angka ruhutruhut ni parugamoon na ingkon siihuthonon nasida muse dung sahat nasida tu tano naung pinadanhon ni Debata tu ompunasida. Deba sian angka ruhuht ni parugamoon i ima taringot tu angka ari raya.
Di bindu on dipatorang do angka ari raya i termsuk angka ruhutruhut na ingkon siradotannasida ima ari raya Paskah (The pasover), ari raya gotilon patumonaan (The Feast of Firstfruits), ari raya parsaruneon (The Feast of Triumpets), ari Raya Pardengganan (The Great Day of Atonement). Ari raya parlapelapean, i ma ari raya na patoluhon na umbalga di halak Kristen. Bagian ni aturan ni ari raya parlapelapean, i ma na gabe turpuk epistel on.
Hata Tabernacles (pondok, parlapelapean)naeng paratahon parningotan nasida tu hamaolon na niadopan ni ompunasida di saleleng di pardalanan sian Mesir tu tano Kanaan. Di tingki mangulon nasida, dipajongjong angka lapelape, na bersifat sementara jala sederhana, na dibangun sian angka ranting ni hau jala atapna sian angka bulung (daun-daun). Alai nang pe sangat sederhana lapelape i molo hot nasida mangoloi na tinonahon ni Debata diramoti jala dilinggomi do nasida. Lapatanna, di situasi na songon i talpe do tu nasida angka parmaraan, hagogoon ni alam nang angka bangso na maringan di si.
Ari raya parlapelapean dipatupa ualu ari lelengna. Saleleng ari raya ingkon ganup nasida mamboan pelean situtungon tu adopan ni Jahowa, jala ndang jadi nasida mangula ulaon siganup ari saleleng ari raya parlapelapean i. Lapatanna, di situasi na songon i talpe do tu nasida angka parmaraan, hagogoon ni alam nang angka bangso na maringan disi.
Ari raya parlapelapean dipatupa ualu ari lelengna. Saleleng ari raya ingkon ganup nasida mamboan pelean situtungon tu adopan ni ari raya parlapelapean i. Lapatanna, ingkon pelehona nasida. Di turpuk on adong beberapa hal na boi idaonta patuduhon lapatan ni ari raya i di nasida , ima:

a) Laho marningot dohot paingothon keadaan ni ompunasida di parhorsihan i buaton ni ganup ripe ma angka dangka ni hau, bulung ni harambir (di hata Indonesia di dok: pohon gandarusa) laho pajongjong lapelape jala disi nasida maringanan pitu ari lelengna. Ingkon marlas ni roha nasida maringanan di lapelape i pitu ari lelengna, jala huhut manganhon angka parbue ni hau na denggan. Molo taida nasida sian on, di mulana mungkin holan angka parbue ni hau do na boi panganon nasida saleleng pitu ari (vegetarian) i. Ndang didok di aturan ni ari raya parlapelapean on asa ingkon bosur nasida manganhon juhut dohot sipanganon na tabo, alai holan parbue ni hau do didok dison. Lapatanna, molo didok dison marlas ni roha nasida, ianggo na gabe dasor ni las ni roha nasida ndada ala bosur manang mahap nasida di sipanganon, maringanan di lapelape i nasida pitu ari lelengna, tontu boi ma hinalalahon nasida na masa tu ompu nasida na jolo, hapaeton dohot hapariron di parhorsihan, alai huhut idaonnasida ma disi haulion ni pambahenan ni Debata na mangaramoti ompunasida di inganan na maol i.
b) Ingkon patupaon nasida do songon i ganup taon ndada holan sahali sambing. Lapatanna, pambahenan ni Debata patut do gabe dasor ni parngoluon nasida tongtong. Gabe patik na hot do i, na ingkon diulahon secara turun-temurun. Sejarah ni bangso ompunasida gabe sejarah ni setiap generasi. Ala ni i, ganup sundut ingkon pabotohonsa tu angka sundut na umposo (terus-menerus). Tangkas do didok di turpuk , nasa na tubu di Israel ingkon diboan do maringan di lapelape i. Alana ingkon mian (membekas) do panghilalaan na songon i di ganup halak asa boi torus mangolu (berkelanjutan) sejarah pardalanan ni bangso Israel dohot nasa pambahenan ni Debata tu nasida, naung manogihon nasida ruar sian parhatobanan Misir. Pambahenan ni Debata do na gabe sentral (impola) ni ari raya parlapelapean on.
II. Renungan:
1. Molo taparateatehon angka aturan ni ari raya Israel songon na tinonahon ni Debata marhite si Musa, pambahenan ni Debata na paluahon bangsoNa sian Misir do na gabe pamusatan ni barita (berita sentral) na ingkon tangkas mangolu di nasida turun-temurun, ndada kehebatan ni bangso Israel na naeng patujoloonna. Asa tubu pe muse angka kelompok na ekslusif di halak Jahudi ni pudian ni ari angka penafsir na sala do patubuhon sikap nasida i. Taingot ma kelompok Parise, Siboto Patik dohot na asing di tingki ni Jesus.
2. Mansai arga do sejarah di parngoluon ni jolma jala marguna do i tu angka generasi na umposo.Ala ni i ringkot do parataratonta sejarah i, lumobi ma i sejarah na marpardomuan tu huria. Ai boi do di sada tingki, ala ni angka perkembangan, gabe lupa angka sundut na umposo di pergumulan ni huria na jolo. Torop do angka sundut na umposo nuaeng manadinghon HKBP jala mungkin naung manadinghon ngolu hakaristenon. Na ummaol sipata antusan, i ma molo adong angka sundut na umposo na mencaci (paroaroahon) huria i hape nasida termasuk pinompar ni halak na tangkas mangolu sian huria, manang halak na maduma ala ni huria i. Hape nian ingkon ingotonna do, molo tung pe maduma ibana nuaeng, ndang terlepas hadumaonna i sian pambahenan ni Debata di tingki naung salpu, Naeng sude hita, marnida sejarah pambahenan ni Debata tu hita na jolo sahat tu nuaeng jala hirimonta ma tongtong pambahenanNa nang tu angka sundut na mangihut dope. Taokui jala taboto do nang pe sipata godang na maol tabolus, diramoti Debata do huriaNa, ai Ibana do nampunasa.
3. Sipeliharaon do tradisi songon na binahen ni bangso Israel. Jala sian turpuk on taida, ditonahon Debata do tu bangso laho memellihara tradisi i turun-temurun. Na porlu sijamothononta, i ma asa unang manirpang tradisi i gabe menonjolkan kehebatanta sandiri manang kehebatan ni angka ompunta na jolo. Ulaon dohot asi ni roha ni Debata sambing do molo tung dipillit Israel gabe bangsoNa. Hita pe tong do suang songon i. Debata do na manjou hita gabe bagian ni parsaoran ni angka na porsea tu Jesus Kristus. Marhite pamerengan na songon i, antusanta ia tradisi naung adong sian na jolo, nang pe ndang taantusi, bagian ni pamilliton ni Debata do i tu hita. Tontu ndang na secara kebetulan sambing sude masa i, alai nang pe ndang boi singkop taantusi, adong do sangkap ni Debata di pamillitonna na songon i. Ala ni i, ingkon tangkas do lehononta tingkinta nang dohot rohanta marningot saluhut pambahenan ni Debata tu hita sian na jolo sahat tu nuaeng. Angka minggu parningotan ni huria pe tong do i manosoi hita marningot dohot manghangoluhon pambahenan ni Debata marhite Jesus Kristus. Amen.


Selasa, 23 Maret 2010

Renungan Hari Rabu, 24 Maret 2010

Kemuliaan Yang Dijanjikan
Roma 8 : 18
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita
Kita sebagai orang Kristen seakan-akan dikurung oleh penderitaan dalam jangka waktu tertentu, kita selalu menanti-nantikan hari di mana kita akan dibebaskan, tetapi hari itu seringkali terasa begitu lama. Saat ini kita memerlukan sesuatu untuk meringankan beban kita. Penghiburan apa yang dapat kita temui di dalam hidup ini ? adakah seseorang yang dapat kita ajak berbagi beban, atau haruskah kita mengalami penderitaan ini sendiri saja di dalam kurungan yang terasing ?

Semua pengharapan ini tidak selalu berjalan mulus, kadang kala anda akan mengalami liku-liku bahkan kegagalan. Anak yang sudah menghabiskan hampir separuh harta kekayaan kita ternyata tidak berguna, tidak menghormati orang tua bahkan gagal dalam menempuh sekolahnya. Tidak jarang kita mendengar anak-anak yang dikirim ke luar negeri sekolah, mereka menghambur-hamburkan uang orang tuanya, terlibat narkotika dan seks bebas. Cita-cita anda tidak pernah tercapai, apalagi ditambah dengan masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, usaha dan dagang yang mulai sulit dan lapangan pekerjaan yang susah di dapat. Banyak orang merasa kecewa; bahkan mereka yang tamat luar negeri terpaksa harus pulang ke negeri asal gara-gara tidak berhasil mendapat pekerjaan. Anda mulai frustrasi, stress. Mengapa? Sebab orientasi manusia adalah sesuatu yang berhasil itu baru disebut sukses, apabila tidak berhasil maka dianggap sebagai suatu kegagalan atau sial. Nah ketika kita gagal, maka muncul rasa kecewa dan putus asa yang bercampur-baur. Oleh sebab itu rasul Paulus merasa perlu menasehati kita.

Ayat 18, "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Kemuliaan itu merupakan pengharapan setiap orang percaya. Alkitab yang kita baca ini mencatat bahwa, rasul Paulus mengatakan yang menantikan pengharapan itu adalah "seluruh makluk". Perhatikan bahwa, yang dimaksud "seluruh makluk" di sini adalah "seluruh ciptaan Allah", kecuali "manusia". Mengapa dikatakan begitu? Sebab di dalam ayat 23, Paulus baru mengatakan "kita juga", yang artinya kita manusia. Jelas dalam penantian itu harus melalui "proses" yang cukup panjang, dan "proses" tersebut tidak semuanya berjalan mulus dan lancar. Ada liku-likunya, di sana-sini ada berbagai kesulitannya dan penderitaan. Nah ini semua bukan merupakan keadaan yang dirindukan dan diharapkan oleh manusia; karena manusia sesuai dengan naturnya yang berdosa lebih menyukai yang senang-senang, instan dan kekayaan dari pada kesusahan, lambat-laun serta kesusahan. Karena rencana Allah bagi umat tebusanNya begitu pasti, kita dapat menghadapi kesulitan-kesulitan yang terburuk, musuh yang paling menakutkan dan cobaan-cobaan yang berat dengan penuh keyakinan.
Seindah-indahnya kita mengikut Yesus kita akan mengalami di satu sisi dalam kehidupan kita yaitu penderitaan, tetapi di sisi lain kita juga menemukan bahwa ada pertolongan bagi mereka yang sangat lelah dengan pencobaan mereka, Allah menyediakan penghiburan untuk membuat kita tetap maju, jika kita ingin menyelesaikan perjalanan hidup kita menuju kemuliaan. Sesungguhnya manusia mulai merasa gelisah dan tidak tahan akan segala kesusahan, penderitaan yang dia alami. Namun Tuhan ingin menguji kita, seberapa kuat kita boleh bertahan? Yang sangat menghibur kita lagi adalah, ingat bahwa penderitaan itu sifatnya sementara, karena kita menyembah pada Allah yang penuh pengharapan dan pasti.



Renungan Hari Selasa, 23 Maret 2010

Memandang Wajah Allah
Mazmur 11: 7
Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya
Daud mengungkapkan dalam mazmurnya, bahwa orang yang tulus akan memandang wajah ALLAH. Mungkin kita berpikir, manakah yang benar dari kedua ayat di atas? Sekilas kedua ayat tersebut nampaknya bertentangan. Namun tidak, bahkan saling mendukung. Bila kita telusuri lebih dalam, bukan sembarang orang yang dapat memandang-NYA, tetapi ditetapkan syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memandang wajah-NYA, yaitu memiliki hati yang tulus. TUHAN YESUS mengajarkan kepada kita agar kita tulus seperti merpati, yang merupakan lambang ROH KUDUS. Seseorang akan mampu memandang wajah-NYA yang kudus jika ROH KUDUS tinggal di dalam dirinya. Pandangan Daud jauh ke depan dalam menuliskan mazmur ini, sebab dia menerima wahyu ilahi. Jika kita sendiri, tanpa ROH KUDUS di dalam hati kita, maka kita tidak akan tahan bertemu muka dengan muka dengan ALLAH.
TUHAN adalah ALLAH yang adil dan mengasihi keadilan. Walau di dunia ini ada pengadilan, namun tidak ada keadilan. Hanya di dalam Firman TUHAN, kita menemukan keadilan yang sejati. Kalau kita mengasihi keadilan -mengasihi Firman- dan ROH KUDUS tinggal di dalam diri kita, maka kita mampu memandang wajah-NYA.
Saat ini kita tidak memandang wajah Allah, tetapi satu saat kita akan memandang wajahNya. Akan ada keselamatan yang kita terima dari Tuhan, dan kita akan memandang wajahNya dan berhadapan muka dengan muka dengan Allah. Itu sebabnya Allah mau kita hidup dengan tulus hati di hadapan Tuhan, ada banyak janji-janji Allah bagi mereka yang mau tulus hati di hadapan Tuhan.



RenunganHari Senin, 22 Maret 2010

Melayani Dengan Sungguh
Matius 20 : 28
Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Kalau seorang presiden / pejabat tinggi datang ke suatu daerah, pasti mereka tidak datang untuk melayani, tetapi sebaliknya mereka menuntut pelayanan yang baik. Tetapi pada waktu Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Pencipta, Pemilik, dan Penguasa seluruh alam semesta dengan segala isinya, datang ke dalam dunia, Ia bukan datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Bahwa Ia tidak datang untuk dilayani sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi lebih dari itu di sini dikatakan bahwa Ia datang justru untuk melayani!
Kalau saudara masuk ke kamar kecil gereja dan menjumpainya dalam keadaan bau karena adanya orang yang buang air tanpa disiram, maukah saudara melakukan pelayanan yang rendah dengan menyi-ramnya? Atau saudara merasa diri saudara terlalu tinggi untuk melakukan hal itu?
Kalau saudara mempunyai kendaraan, maukah saudara melayani se-sama saudara seiman yang tidak mempunyai kendaraan dengan jalan menjemputnya untuk pergi ke gereja?
Jika kita bekerja dan melayani dengan penuh kesungguhan hati, keikhlasan hati, kerendahan hati dan selalu mengucap syukur akan segala hal, Allah Bapa di Surga pasti tidak akan meninggalkan kita, dan IA akan membuka tingkap-tingkap perbendaharaannya dan mencurahkan berkat yang tidak pernah putus kepada kita karena Tuhan kita sangat kaya. Kalaupun belum dapat sekarang, paling tidak kita telah memiliki tabungan pensiun di surga, karena itu jauh lebih berharga daripada harta apapun dibumi yang akan kita tinggalkan pada saatnya nanti.

Saudara-saudaraku, marilah mulai saat ini kita merubah jalan pikiran kita dengan melayani dengan penuh ketulusan, kesungguhan hati, kerendahan hati dan penuh keikhlasan terhadap sesama manusia yang merupakan bait Allah kita dan jangan sampai umat meninggalkan Kristus karena kita, karena KITA DATANG UNTUK MELAYANI BUKAN UNTUK DILAYANI. AMIN.

RENUNGAN MINGGU JUDIKA, 21 MARET 2010

Iman Yang melepaskan
Kejadian 22 : 9 -14
Abraham dikenal juga sebagai bapak orang beriman. Bagaimana Abraham bisa mendapatkan julukan itu? Apakah Abraham tidak pernah mengalami jatuh bangun dalam masalah iman? Alkitab menjelaskan bahwa Abraham mengalami banyak masa-masa dimana ia mengalami pergumulan iman seperti kita. Tapi lihatlah salah satunya, mengenai rentang waktu yang panjang sejak Abraham menerima janji Tuhan hingga saat janji itu digenapi dengan kelahiran Ishak. Jarak waktu yang panjang ini memang pantas menjadi salah satu alasan mengapa Abraham dijuluki bapak orang beriman, meskipun dalam rentang waktu yang panjang ini Abraham mengalami jatuh bangun berkali-kali dalam perjalanan imannya. Mari kita lihat satu persatu penggalan kisah hidup Abraham yang menunjukkan kekuatan imannya.
Bentuk iman yang dimiliki Abraham sungguh tidak main-main. Penulis Ibrani mencatat beberapa kisah kekuatan iman Abraham. "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah." (Ibrani 11:8-10). Abraham memilih untuk taat ketika ia disuruh berangkat ke negeri lain, meninggalkan tanah dimana ia sedang hidup nyaman. Abraham belum pernah melihat tanah yang dijanjikan Tuhan, namun dia patuh mengikuti Tuhan. Maka Ibrani 1:11 ("Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.") pun terlihat dari kisah awal perjalanan Abraham ini. Kemudian selanjutnya dalam Ibrani tertulis demikian: "Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia." (ay 11). Lihatlah usia Abraham dan Sarai ketika mendapat janji Tuhan mengenai keturunan sebanyak bintang di langit (Kejadian 15:15). Pada saat itu Sara sudah menopause, usianya sudah sangat lanjut, dan Abraham pun demikian, sudah sangat tua, secara logika sudah tidak lagi mampu. Abraham saat itu tentu tidak bisa melihat masa depan, namun dia tetap percaya, bahwa Tuhan, yang memberikan janji itu adalah setia. Lihatlah rentang waktu yang panjang sejak Abraham menerima janji Tuhan hingga saat janji itu digenapi dengan kelahiran Ishak. Jarak waktu yang panjang ini memang pantas menjadi salah satu alasan mengapa Abraham dijuluki bapak orang beriman, meskipun dalam rentang waktu yang panjang ini Abraham mengalami jatuh bangun berkali-kali dalam perjalanan imannya. Maka Ibrani 1:11 kembali terlihat dari bagian ini.

Kemudian kita tahu kisah Abraham yang disuruh mengorbankan Ishak. "Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." (Ibrani 1:18). Bayangkan jika anda ada di posisi Abraham. Anda sudah menunggu begitu lama untuk mendapatkan keturunan, dan ketika akhirnya anda mendapatkan janji Tuhan itu di usia 100 tahun, tapi kemudian anda diminta Tuhan untuk menyembelih anak anda sendiri sebagai korban persembahan. Apa yang dilakukan Abraham? Abraham taat, meski saat itu saya yakin hatinya hancur berantakan. Untuk menuju tempat mempersembahkan Ishak di sebuah gunung, Abraham membawa dua bujangnya bersama-sama dengan mereka. Perhatikan sebuah ayat yang secara luar biasa menggambarkan sebesar apa iman Abraham. "Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." (Kejadian 22:7). Perhatikan kata kami dalam "...sesudah itu kami kembali kepadamu." Kami kembali kepadamu. Kami! Bukankah Abraham seharusnya kembali seorang diri, karena Ishak sudah dijadikan korban bakaran? Tapi begitu luar biasa iman Abraham, ia tahu pasti bahwa Tuhan sungguh setia, Tuhan sanggup membuat segala mukjizat. Abraham percaya sepenuhnya pada Tuhan, meskipun pada saat ia berkata kepada bujangnya ia belum melihat apa yang akan terjadi di depan. Melihat atau tidak, Abraham percaya dan taat pada Tuhan dengan sepenuh hati, tanpa protes, tanpa bersungut-sungut, tanpa ragu. Penulis Ibrani berkata: "Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali." (Ibrani 11:19). Itulah bentuk iman Abraham yang luar biasa, lewat imannya ia mampu setia dan taat pada Tuhan, mampu percaya bahwa setiap rancangan Tuhan adalah yang terbaik bagi dirinya, meskipun ia belum melihatnya. Abraham berkali-kali membuktikan imannya yang luar biasa, karenanya ia pantas menyandang predikat bapak orang beriman.

Sejauh mana kita bisa percaya pada sesuatu yang belum kita lihat, sejauh mana kita mampu taat meski apa yang kita hadapi belum menunjukkan apapun yang bisa kita terima secara logika, sejauh mana kita mau melakukan kehendak Tuhan meski tidak masuk akal, iman kita lah buktinya. Sebuah iman yang teguh akan membuat kita sanggup untuk taat tanpa ragu, tanpa bertanya-tanya. Yesus pun mengingatkan kembali hal yang sama. "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:24). Percayalah, Tuhan selalu menyiapkan rancangan yang terbaik bagi anda. In the end, it will all be beautiful, meskipun saat ini apa yang dialami masih bertolak belakang sekalipun. Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Karena itu tidak perlu khawatir. Tetaplah pegang janji Tuhan dengan iman teguh.
Kita semua disebut keturunan Abraham (Gal. 3:29). Ada pepatah yang berkata “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Jadi kalau Abraham hidup di dalam iman, maka anak-anaknya harus demikian juga.
IMAN SELALU MENOLONG: Seorang guru sekolah minggu yang masih baru berusaha membuka lemari yang berisi perlengkapan mengajar. Ia sudah diberitahu nomor kombinasi untuk lemari itu, tetapi ia lupa. Akhirnya ia pergi ke kamar kerja pendeta untuk minta tolong. Pendeta itu datang ke ruang perlengkapan dan mencoba memutar nomor kombinasi. Setelah memutar dua nomor pertama pendeta tampak ragu-ragu. Akhirnya ia menengadah ke atas dan dengan khidmat mulutnya mengucapkan sesuatu. Kemudian ia kembali melihat ke kunci kombinasi dan tanpa ragu-ragu ia memutar nomor kombinasi dan membuka kuncinya. Guru sekolah minggu itu sangat takjub, "Saya sangat mengagumi iman Anda pak." "Sebenarnya bukan apa-apa," jawab pendeta itu, "Nomor itu saya tempel di langit-langit." Dengan iman Abraham menerima semua janji Tuhan tepat pada waktuNya
Saudara belajarlah untuk hidup dengan iman dan mempercayai firman Tuhan dengan sepenuh hati. Ingatlah bahwa Abraham telah mendapatkan dari apa yang Tuhan telah janjikan. Kalau Tuhan bisa memberkati Abraham karena imannya, maka Tuhan juga sanggup memberkati kita yang mau dan sungguh-sungguh melakukan perintah Tuhan. "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu” (Ul. 28:1-2).
Ada 3 orang nenek-nenek berdoa dan berpuasa selama 7 hari 7 malam. Karena Iman mereka maka Malaikat Tuhan turun atas mereka dan...
Malaikat : "Apa permintaanmu sehingga kamu berdoa dan berpuasa selama 7 hari 7 malam?"
Nenek : "Kami ingin menjadi muda kembali."
Malaikat : "Baiklah karena iman kalian maka aku akan mengabulkan permintaan kalian. Tetapi dengan satu syarat yaitu kalian harus menyeberangi Sungai Yordan dan berkata apa yang menjadi keinginan kalian."
Nenek : "Terima kasih Malaikat!!"
Nenek 1 : "Aku ingin seperti Deasy Ratnasari!!"
(Byuurr!! si nenek menyeberangi sungai Yordan dan memang mujizat si nenek menjadi Deasy Ratnasari).
Nenek 2 : "Ah!! Nenek pertama hanya terkenal se Indonesia saja, aku mau terkenal se Dunia!. Mmm apa ya? Oh iya Madonna!!"
(Byuurr!! dan terjadilah menurut apa yang dikatakannya).
Nenek 3 : :(Berpikir keras)"Kalo nenek pertama terkenal se Indonesia"(Sambil berjalan mendekati sungai)"Kalo nenek kedua terkenal se Dunia, kalo aku apa ya?"
(Karena ke bingungan dan tidak hati-hati akhirnya si nenek terpeleset dan berteriak EEE JARAN!!!, maka terjadilah menurut perkataannya.)
NB : JARAN adalah istilah Jawa Timuran yang artinya Kuda.



Renungan Hari Sabtu, 20 Maret 2010

Dukacita Menjadi Sukacita
Yohanes 16: 20

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita"
Kita diajak untuk merenungkan sabda Yesus ini. “Menangis, meratap dan berducita” itulah yang akan kita alami jika kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita atau berparitisipasi dalam karya agung penciptaan dan penebusan atau penyelamatan. Para ibu yang sedang mengandung dan akan melahirkan anaknya kiranya hidupnya ditandai aneka bentuk matiraga atau lakutapa dengan harapan agar dapat melahirkan anaknya dengan baik dan lancar serta anak yang dilahirkan sehat wal’afiat, tanpa cacat cela atau noda apapun. Matiraga atau lakutapa hendaknya juga mewarnai atau menjiwai hidup kita sebagai orang beriman. Matiraga antara lain berarti mengarahkan dan mengendalikan raga, anggota tubuh dan nafsu-nafsu atau gairah sesuai dengan kehendak Tuhan, alias mengarah ke perbuatan-perbuatan baik, yang menyelamatkan dan membahagiakan. Buah-buah yang lahir dari matiraga karena setia pada panggilan dan tugas pengutusan akan bersifat ‘abadi’ dan dibawa mati, dan tak mungkin orang lain merampas atau mengambilnya. Buah-buah itu adalah keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Ingat dan hayati bahwa kesabaran dan kerendahan hati lahir ketika dilecehkan dan direndahkan, lemah lembut lahir ketika ada kekerasan, murah hati lahir ditengah-tengah hidup pelit, dst..
"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini." (Kis 18:9-10) , demikian firman Tuhan kepada Paulus, Rasul Agung. “Jangan takut” merupakan pesan Tuhan bagi orang-orang terpilih, seperti Bunda Maria, Yosef, Maria Magdalena dan Paulus. Kita semua adalah yang terpilih dan pemenang; ingat bahwa ada jutaan sperma berrebut satu telor dan hanya satu yang berhasil, yang tidak lain adalah kita semua, yang pernah dikandung oleh ibu kita masing-masing dan dilahirkan ke dunia ini. Maka hendaknya kita jangan takut untuk menjadi saksi-saksi iman, memberitakan firman atau sabda Tuhan di dalam hidup sehari-hari, karena masing-masing dari kita adalah yang terpilih dan pemenang. Lihat, cermati dan percayai bahwa di dalam hidup dan kerja bersama atau tinggal bersama lebih banyak orang baik daripada orang jahat, lebih banyak yang berkehendak baik daripada berkehendak jahat. Dekati dan perlakukan setiap orang dengan rendah hati dan dalam atau oleh cintakasih, maka mereka akan bersahabat dengan kita. Binatang buas pun ketika didekati dan diperlakukan dalam dan oleh kasih dapat menjadi sahabat, apalagi manusia. Jika ada orang yang kurang ajar, rewel, mengganggu untuk minta perhatian, dst.. hemat kami yang bersangkutan kurang kasih atau kurang menghayati kasih yang telah mereka terima secara melimpah ruah (ingat ketika masing-masing dari kita masih dalam kandungan atau bayi/kanak-kanak, hanya dalam dan oleh kasih masing-masing dari kita ada seperti saat ini), maka ingatkan dan dekati dalam dan oleh kasih mereka yang kurangajar, rewel, mengganggu, dst. Kasih akan menang atas segala sesuatu.

Senin, 22 Maret 2010

Renungan Hari Jumat, 19 Maret 2010

Ujian Terhadap Iman
Yakobus 1 : 2-3
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan
Ketika masalah-masalah itu datang, memang tidak wajar jika kita gembira atasnya. Kebanyakan orang tidak akan berkata, “Terima kasih Tuhan, untuk tantangan yang dahsyat ini.” Engkau tidak pergi ke kotak suratmu dan dengan gembira berkata, “Oh terima kasih Tuhan! Tagihan yang tak terduga!” Tetapi perhatikanlah apa yang terjadi ketika kita tetap bersukacita di masa-masa sulit tersebut. Semua itu membawa kita kepada kedewasaan supaya kita dapat menerima semua yang Allah sediakan bagi kita.
Pencobaan terhadap orang beriman pasti akan datang bertubi-tubi, tiada henti. Baiklah ketika menghadapi pencobaan kita tetap tegar, bergairah dan bergembira karena hal itu merupakan ujian terhadap imanmu dan menghasilkan ketekunan. Tekun adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus-menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu. Menghadapi pencobaan yang menghasilkan buah ketekunan ini hendaknya dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak, entah di dalam keluarga maupun sekolah, dengan dukungan teladan dari para orangtua maupun bapak-ibu guru. Berbagai sarana komunikasi dan hiburan modern masa kini, seperti TV, permainan elektronik, dll ..merupakan salah satu bentuk godaan atau pencobaan untuk mengesampingkan tugas utama atau pokok, entah itu belajar atau bekerja, maka kami berharap pada kita semua untuk tekun dalam melaksanakan tugas utama atau pokok, mengerjakan tugas pekerjaan selesai pada waktunya serta tidak menunda-nunda. Menunda-nunda tugas pekerjaan juga merupakan godaan atau pencobaan tersendiri. Salah satu cara untuk tahan terhadap aneka pencobaan antara lain keteraturan dalam hidup dan bekerja, yang dijiwai oleh kedisiplinan dan kejujuran. Pada masa kini godaan atau pencobaan yang sering juga kita hadapi adalah uang: mereka yang memiliki uang, entah banyak atau secukupnya, ada godaan untuk hidup dan bertindak seenaknya, mengikuti selera pribadi, cari kenikmatan duniawi, yang akan berdampak pada kehancuran. Setia dalam pemfungsian uang sesuai dengan maksud pemberi (intentio dantis) merupakan bentuk ketahanan iman juga.

Ingatlah bahwa kunci untuk bertumbuh adalah bagaimana engkau mengatasi pencobaan. Jika engkau bersungut-sungut, engkau tidak akan kemana-mana. Jika engkau menjadi negatif dan kepahitan dalam hidupmu, engkau tidak akan lulus dalam tes tersebut. Pengangkatan itu sudah tersedia, tetapi jika engkau menganggap semua itu sebagai suatu kebahagiaan, engkau akan ketinggalan. Kabar baiknya adalah Allah akan memberimu kesempatan berikutnya. Dia masih bisa membawamu kemana engkau seharusnya berada. Ketika seseorang menghinamu, engkau harus memutuskan bahwa engkau tidak akan menjadi marah. Ketika keadaan tidak berjalan sesuai keinginanmu, daripada mengeluh, bersyukurlah pada Tuhan untuk kesempatan untuk bertumbuh. Anggaplah semua itu sebagai suatu kebahagiaan supaya engkau bisa menjadi seperti apa yang sudah Tuhan panggil.

Rabu, 17 Maret 2010

Renungan Epistel Minggu Judika 21 Maret 2010

Dibenarkan Oleh Iman
Roma 3 : 21-26
Ayat ini mengandung pemberitaan Injil, yang disaksikan oleh hukum Taurat sendiri. Apa yang tidak mungkin diperoleh lewat jalan hukum Taurat dapat diperoleh lewat jalan yang ditunjukkan oleh Injil, yaitu 'iman dalam Yesus Kristus' . Allah sendirilah yang telah membuka jalan itu dengan menentukan Dia menjadijalan pendamaian. Dengan demikian dinyatakan-Nya (25b) bahwa dosa masa lampau telah diampuni dan bahwa manusia dapat bertahan dalam hukuman akhir zaman yang telah mulai berlangsung sekarang. Maka ayat 26b ini merupakan kesimpulan terakhir dari pemberitaan Paulus dalam ayat 9-26 ini. Kita dapat menerjemahkannya: Maka (kesimpulannya:) Allah benar dan Ia membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. Artinya Ia sungguh-sungguh memperlihatkan (dengan menentukan Kristus sebagai jalan pendamaian) bahwa Ia setia kepada umat-Nya, seperti yang dituntut dengan lantang oleh lawan bicara Paulus dalam 3: 1-8. Hanya, kesetiaan itu bersifat lain dari yang dituntut oleh lawan itu. Lagi pula, jangkauan kesetiaan-Nya lebih luas lagi, karena meliputi seluruh umat manusia. Sekaligus Ia sungguh-sungguh memperlihatkan pula (juga melalui kematian Kristus) bahwa Ia tidak bisa tidak menghukum dosa, seperti yang telah ditegaskan Paulus. Paulus menambahkan lagi: dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. Kebenaran Allah bukanlah wawasan abstrak, bukan 'sifat' Allah. Kebenaran itu adalah kegiatan, tindakan, yang tidak bisa tidak mengerjakan sesuatu, yaitu kebenaran manusia. Dalam hal itu Paulus dan lawan bicaranya sepakat: Allah membenarkan manusia. Perbedaannya terletak dalam kata-kata terakhir, 'yang percaya kepada Yesus' . Yang dibenarkan bukan manusia yang berupaya sekuat - kuatnya memenuhi tuntutan hukum Taurat. Sebaliknya, yang dibenarkan ialah mereka yang percaya bahwa tuntutan itu telah dipenuhi dalam kematian dan kebangkitan Yesus, bahwa Yesus telah menjadi penebusan bagi rnereka. Mereka itu dapat dengan penuh percaya datangkepada Allah dan tidak usah lagi takut akan hukuman-Nya.

Tidak mungkin berbicara mengenai 'kebenaran Allah' tanpa sekaligus berbicara tentang dosa manusia. Di sini ternyata kita tidak dapat berbicara tentang kebenaran Allah tanpa sekaligus berbicara mengenai iman, yaitu penerimaan kebenaran itu oleh manusia. Dari situ kita dapat mengambil dua hal. Pertama, kita tidak dapat berbicara mengenai kebenaran Allah dan pembenaran kita tanpa sekaligus menyebut iman. Dalam soal yang maha-penting itu tidak ada 'fakta yang obyektif , tidak ada 'kenyataan yang obyektif berlaku', sebab Allah yang benar dan membenarkan itu sendiri bukan 'kenyataan yang obyektif . Dia bukan Allah filsafat, Allah mistik, yang tak bergerak. Dia adalah Allah yang penuh kasih sayang terhadap kita. Dia ingin pula supaya kita mengasihi Dia, percaya kepada Dia bagaikan seorang Bapa, mengharapkan seluruh keselamatan dan kebahagiaan kita dari Dia. Kalau Allah mengampuni dosa-dosa kita, menganugerahkan kepada kita hidup, bahkan hidup kekal , tujuan-Nya tidak lain ialah supaya kita membalas perbuatan kasih itu dengan penuh kasih dan percaya. Kedua, kebenaran, dosa, dan iman merupakan tiga kenyataan yang saling menentukan, bagaikan ketiga segi dalam segitiga. Kebenaran adalah kebenaran terhadap orang berdosa (ayat 23). Maka kebenaran itu merupakan hukuman, sekaligus kasih yang paling dalam yang menyatakan diri dalam pengorbanan diri Kristus. Berhadapan dengan kebenaran yang penuh kasih itu, dosa lebih jelas lagi kejijikannya. Iman/ percaya adalah menerima kebenaran itu, yang sekaligus merupakan hukuman atas seluruh kehidupan kita, sehingga tidak mungkin kita mengandalkan kebenaran sendiri, baik sebelumnya maupun sesudahnya. Iman itu menghasilkan pula upaya melarikan diri dari dosa, yang telah menyebabkan kematian Kristus (pasal 6).
Arloji Rolex merupakan salah satu arloji terbaik yang pernah dibuat. Banyak orang tidak akan berpikir panjang untuk membelinya. Oleh karena itu, teman-teman saya yang baru-baru ini pergi ke luar negeri membeli beberapa arloji untuk diberikan kepada anak-anak mereka sebagai oleh-oleh.
Oleh-oleh? Ya. Arloji-arloji ini adalah arloji "bajakan", yaitu tiruan dari barang asli yang dengan mudah dapat mengelabui para turis karena harganya yang sangat murah. Arloji yang dibeli Denny dan Carol untuk anggota keluarga mereka itu agak berbeda dari arloji-arloji yang Anda beli di toko perhiasan mahal; mereknya bukan R-O-L-E-X, melainkan R-O-L-E-X-X.
Tidak banyak barang berharga yang dijual murah. Dan lebih sedikit lagi barang berharga yang gratis. Namun, hadiah yang paling penting di antara segalanya, yaitu keselamatan adalah gratis. Tidak seperti arloji Rolex imitasi, keselamatan itu tak tenilai harganya. Keselamatan itu dapat diperoleh dengan cuma-cuma karena, sebagaimana sebuah lagu pujian yang mengingatkan kita, "Yesus membayar semuanya". Tak seorang pun dapat memperoleh keselamatan dengan usahanya sendiri (Efesus 2:8,9). Kita hanya perlu percaya dan menerima karunia hidup kekal yang ditawarkan Allah (Roma 6:23). Keselamatan itu gratis, tetapi harganya sangat mahal. Oswald Chambers menulis, "Pengampunan, yang dapat kita terima dengan sangat mudah, dibayar dengan penderitaan di Kalvari." Setiap orang yang mengajarkan sesuatu yang lain semata-mata menawarkan "bajakan" dari barang yang asli



Renungan Hari Rabu, 17 Maret 2010

Memuliakan Tuhan
Lukas 1 : 46b – 48a
"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.
Banyak orang Kristen nampak begitu rohani di gereja, mengangkat tangan dan sampai berkeringat memuliakan Tuhan, tetap dalam kehidupan sehari-hari ‘tangannya patah’. Mengangkat tangan artinya mengucap syukur, mempersembahkan korban yang terbaik bagi Tuhan. Namun kita jarang mengucap syukur, malah suka mengomel, mengumpat, menjelek-jelekkan dan menghakimi orang lain, selalu menutup mata dan berpura-pura tidak tahu terhadap orang berkekurangan,w alaupun itu saudara sepersekutuan atau anggota geraja yang sama, padahal Alkitab jelas menyatakan: “Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.” (Matius 5:42). ‘Tangan yang patah’ sulit memegang sesuatu dan menurut perintah Tuhan. Memegang perintah Tuhan adalah demi kita sendiri, karena jika kita hidup seturut firmanNya kita pun akan mendapatkan upah. “Demikianlah kamu harus melakukan ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-Ku serta melakukannya, maka kamu akan diam di tanahmu dengan aman tenteram. Tanah itu akan memberi hasilnya, dan kamu akan makan sampai kenyang dan diam di sana dengan aman tenteram.” (Imamat 25:18-19).
Apapun profesi kita, jangan kita benar-benar melakukan perintahNya sepenuhnya, pastilah Tuhan melimpahkan berkat. Tetapi kita juga harus siap mengulurkan tangan untuk pekerjaan Tuhan, baik tenaga, waktu maupun materi atau uang. Ingat, kita diberkati agar menjadi berkat bagi orang lain! Mengapa kita suilit untuk taat? Kita lebih memilih menuruti daging daripada tunduk kepada kehendak Tuhan. Namun ketika berada dalam persoalan/penderitaan, kita baru menyadari kesalahan kita, seringkali kita taat setelah menerima teguran.

Renungan Hari Selasa, 16 Maret 2010

BerMazmur Bagi Tuhan
Mazmur 9: 3
Aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi
Pemazmur mempunyai pengalaman yang sama dengan Tuhan. Dia mengatakan: “Aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi,” Maz.9:3. Daud, sungguh-sungguh merasakan sukacita dan bersukaria, yang artinya Daud menjalani hidupnya dengan senang, nyaman, ada damai sejahtera. Semua itu terjadi “Karena Engkau”. Jadi penyertaan Tuhan dirasakan secara konkrit. Pujian seorang yang merasakan bagaimana Tuhan benar-benar menolong hidupnya tanpa ragu, karena tangan Tuhan sungguh memegang seluruh perjalanan hidupnya. Tuhan bukan saja dalam pikirannya, dan bukan saja dalam angan-angan konsep, tetapi Tuhan yang hidup itu nyata dalam setiap pergumulan dan beban hidup; nyata dalam setiap kebingungan dan kekuatiran yang dialami. Tuhan bisa menjadi sahabat yang akrab di mana kita bisa curhat, dan Tuhan memberikan kelegaan hati dan pikiran kita.
"Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,sambil memuji Allah." (ay 46-47a). Ingatlah bahwa ada kuasa dibalik puji-pujian, karena Tuhan bersemayan di atasnya. "Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4). Daud sudah menyadari pentingnya hal ini. "Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi." (Mazmur 9:2-3). Tidak peduli dalam keadaan apapun, dalam keadaan jiwa terancam bahaya dan berbagai kesesakan lain sekalipun, Daud seperti halnya jemaat mula-mula memiliki gaya hidup yang senang memuji Tuhan.




Renungan Hari Senin, 15 Maret 2010

Teguh Dalam Iman
Roma 12: 12
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
Dalam kitab Roma pasal 1-11 Paulus banyak sekali membicarakan masalah-masalah dogmatika, namun dalam pasal 12 ini Paulus mengajak jemaat di Roma untuk mempraktekkan teori yang sudah di dapat. Paulus memberikan perintah-perintah yang bersifat ajakan dengan harapan bahwa mereka mulai mencoba untuk hidup bersama dengan orang-orang lain dan tetap menerapkan kebenaran-kebenaran firman Tuhan.
Dari bacaan tersebut diatas, sepintas keadaan di kota Roma memang tidak mendukung keberadaan orang-orang yang percaya Tuhan Yesus, bahkan ada indikasi bahwa banyak orang Kristen yang diperlakukan tidak baik dan tidak adil (ay 12-15, 17-21). Dalam keadaan yang sulit bagi orang Kristen ini maka Paulus menasihati, supaya mereka bertahan dalam iman yang benar dan mereka justru harus tetap mempraktekkan kasih itu. Karena bagi Paulus kasih itu bukan sekedar perkataan saja namun tindakan kasih itu jauh lebih penting.
Ada 2 hal yang sedang diperjuangkan oleh Paulus, yang pertama berkaitan dengan kehidupan di dalam jemaat sendiri. Paulus mengharapkan jemaat saling mengasihi, memberi hormat, membantu orang lain yang kekurangan, memberikan tumpangan, sehati sepikir, bertekun dalam doa dan tetap melayani Tuhan. Kedua, berkaitan dengan masyarakat atau orang luar. Paulus menasehatkan untuk bersabar dalam kesesakan, minta berkat untuk orang-orang yang menganiayanya, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, mengasihi seterunya dengan tindakan yang nyata.

Paulus melihat bahwa akan ada orang-orang yang tidak suka dengan orang Kristen, bagi Paulus yang pertama harus dilakukan orang percaya adalah hidupnya berkenan dulu kepada Tuhan,biarkan Tuhan terlebih dahulu mengubah hidupnya, kemudian Paulus mengharapkan agar orang Kristen menjadi berkat bagi orang lain, dengan cara jangan membalas kejahatan mereka dengan melakukan kejahatan pula. Paulus mendorong jemaatnya untuk melawan mereka dengan cara yang berbeda yaitu melakukan kebaikan bagi mereka.
Paulus ingin orang yang percaya mempunyai inisiatif aktif untuk terwujudnya perdamaian, apalagi kalau hal itu bergantung pada kita sebagai orang Kristen. Maka melakukan hal yang baik bagi semua orang merupakan ciri hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus.
Ke-Kristen-an, selalu kontradiktif dengan keadaan dunia ini. Ketika orang lain bersuka cita, umat Tuhan ikut bersuka cita, ketika orang lain bersedih, umat Tuhan tidak ikut-ikutan bersedih, tapi bangkit sebagai motivator untuk memberikan kekuatan dan penghiburan.
Paulus berani berkata seperti itu dikarenakan ada kasih karunia Yesus dalam dirinya. Dia sudah merasakan bagaimana Yesus memberikan dia kekuatan untuk menghadapi masalah, menghadapi penindasan dan aniaya selama dalam pelayanannya. Paulus sudah merasakan bagaimana Yesus memberikan jalan keluar ketika mereka di penjara (Kisah Para Rasul 16:26). Banyak hal yang dia telah alami bersama dengan Yesus dan sudah membuktikan sendiri bahwa hidup bersama dengan Yesus penuh dengan suka cita dan damai sejahtera. Pengalaman hidup bersama dengan Yesus dia tularkan kepada orang lain dan dia menjadi berkat. Demikian juga kita sebagai umat Tuhan, harus mengalami terlebih dahulu berkat Tuhan dan mengalami terlebih dahulu suka cita di dalam Tuhan, sehingga kita dapat menularkan suka cita ini kepada orang lain. Kita bisa mengatakan kepada orang lain agar bersuka cita di dalam pengharapan kepada Yesus Kristus apabila kita juga sudah bersuka cita di dalam Yesus. Apapun masalah dan keadaan kita saat ini, apakah sedang sakit, sedang menghadapi masalah, sedang berbeban berat, sedang ditimpa musibah, sedang kesulitan keuangan, sedang menghadapi jalan buntu dan lain sebagainya, mari selalu bersuka cita dalam pengharapan bersama dengan Yesus. Karena Dialah yang memberikan suka cita, damai sejahtera dan kekuatan yang luar biasa bagi kita. Bersukacitalah dalam pengharapan.Tuhan Yesus memberkati. Amin



Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...