Sabtu, 18 September 2010

RENUNGAN MINGGU XVI SETELAH TRINITATIS, 19 September 2010

                                                                                Mencintai Jalan Tuhan
       Amsal 23 : 22 – 26
Memberikan ASI merupakan faktor penting lainnya yang berperan dalam pertumbuhan anak. Pemberian ASI sangat dianjurkan karena saat-saat menyusui merupakan kesempatan yang baik bagi seorang ibu untuk mengekspresikan kasih sayang kepada bayinya. Melalui kehangatan dekapan ibunya ketika disusui, seorang anak merasakan cinta kasih sang ibu kepadanya. Seorang bayi memang belum dapat memahami tutur kata ibunya yang menimang-nimangnya, tetapi memiliki kepekaan dalam menangkap getaran perasaan ibunya. Bahasa kasih seorang ibu dapat sepenuhnya dirasakan dan dimengerti oleh sang anak.
Dalam sebuah konsultasi, seorang ibu mengeluhkan anak laki-lakinya yang tidak kunjung sembuh dari penyakit asma yang dideritanya sejak kecil hingga remaja. Setelah ditelusuri, maka terungkaplah penyebab penderitaan anak ini. Kurangnya kasih sayang karena si ibu memiliki sifat pemarah yang menjadi penyebab si anak menjadi penderita asma kronis. Sebab ada penyakit asma yang ditimbulkan karena penderitanya mengalami masalah psikologis. Ini adalah salah satu contoh, begitu besarnya pengaruh kejiwaan yang diperoleh dari sang ibu.
Begitu besarnya peranan orang tua, jauh lebih besar dan tidak dapat tergantikan dengan peranan guru dan pendidikan di luar rumah. Seberapapun tingginya pendidikan seseorang, bila tidak mendapatkan kasih sayang serta pendidikan rohani dari orang tuanya, maka hal itu akan berpengaruh secara kejiwaan terhadap si anak. Anak tersebut akan bertumbuh dewasa menjadi seseorang yang terpelajar, tetapi besar kemungkinan menjadi seseorang yang memiliki penyimpangan kepribadian.
Tanpa disadari oleh orang tua, mereka berbuat hal-hal yang kurang baik pengaruhnya bagi anak-anak mereka. Banyak kasus yang terjadi adalah seorang suami yang suka membentak istrinya karena mencontoh perbuatan ayahnya yang bersikap demikian terhadap ibunya.
 Anak-anak haruslah mau mendengar dan menurut nasehat orang tuanya sebab nasehat itu sangat berarti. Sebegitu pentingnya hingga diumpamakan sebagai cahaya dan pelita yang memimpin jalan sang anak. Memberikan nasehat itu mudah, tetapi nasehat juga harus disertai dengan teladan dari orang tua -suatu hal yang tidak mudah dilakukan. Begitu pula menuruti nasehat orang tua tidaklah semudah mendengarkannya. Tetapi kalau orang tua mendidik anaknya disertai dengan teladan, maka yang menerima pengajaran akan mendapat kekuatan untuk dapat melakukan ajaran yang diterima dari orang tuanya.
Orang tua harus bertanggung jawab dalam mendidik dan memberi teladan bagi anak-anaknya karena hal itu sudah menjadi tugas orang tua. Seorang anak tidak lahir atas kehendaknya sendiri; orang tua berperan atas hadirnya anak-anak dalam keluarga. Karena itu sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk membesarkan dan mendidik mereka. Dan hal ini harus dilakukan bukan sebagai beban, tetapi dilakukan dengan kesungguhan hati dan penuh tanggung jawab.
Bila orang tua hanya dapat memberi nasehat tapi tidak dapat memberi teladan di dalam rumah tangganya, maka pada masa tuanya tidak akan dihargai oleh anak-anaknya. Sebagai orang tua, janganlah hanya memikirkan kesenangan bagi diri sendiri saja. Banyak ayah yang tidak mau mengingat tugasnya sebagai kepala keluarga. Mereka bersenang-senang dengan wanita lain tanpa mempedulikan anak dan istri yang memerlukan kasih sayangnya. Pada saatnya nanti, dia akan menuai benih yang telah ditaburnya. Karena anak-anaknya kurang menerima siraman kasih sayang dan perhatian dari orang tua, maka ketika dewasa sang anak juga tidak terlalu memperhatikan orang tuanya.
Ada pernah berita konseling tentang pengaduan dari seorang suami: sering dipukul oleh istrinya sendiri! Dalam konseling akhirnya terungkap akar permasalahannya. Si istri merasa kuatir kalau-kalau suaminya akan memukulinya seperti yang dialami oleh ibunya yang sering dianiaya oleh ayahnya. Kekuatiran mendapat perlakuan kasar dari suami yang mendorongnya mendahului memukul suaminya. Kekerasan dalam rumah tangga yang sering disaksikannya pada masa kanak-kanak sangat membekas dalam benaknya dan akhirnya mempengaruhi perilakunya.
Melalui nasehat yang diberikannya, seorang ibu tentu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya dan tidak menginginkan anaknya mengalami penderitaan. Tetapi tanpa disadari, ada kalanya seorang ibu salah dalam memberikan nasehat kepada anaknya sehingga akan mendorong anaknya untuk berpikir negatif.
Orangtua yang bijaksana harus berani menghentikan langkah anaknya dari permainan yang tidak menguntungkan bagi masa depan. Kaum muda harus mampu menentukan pilihan pilihan yang tepat dalam memilih tempat dan teman bermain yang tidak merugikan (berpengaruh buruk) bagi diri sendiri. Mis: janjian untuk bermain gitar/memandu lagu pujian kepada Tuhan di lingkungan gereja, sudah pasti lebih bermanfaat daripada nonkrong ditempat orang yang berjudi sambil merokok. Sekalipun tidak ikut melakukan yang tidak baik tetapi dengan sering bersama dengan orang serupa itu, bisa berpengaruh buruk dalam kehidupan seorang remaja.
Untuk menyelamatkan setiap pribadi yang mempunyai permasalahan karena ketidak pedulian orangtua tidak baik melarikan diri dari rumah. Sebaiknya tetaplah berdoa dan meminta petunjuk Tuhan mengingat Sang Pencipta dalam usia muda dan memohon campur tangan Tuhan dalam setiap persoalan yang kita hadapi adalah cara mudah untuk bebas dari ketakutan dan ancaman keputusasaan. Masa muda tidak melulu gemar makanan dan minuman serta hura-hura, namun mengundang kehadiran Tuhan dalam pergumulan hidupnya dan selalu dengar-dengaran kepada firman Allah selalu merupakan jalan keluar terbaik.
Orangtua menebar cinta mereka dalam setiap desah nafas, gerak bibir, dan ayunan langkah mereka. Tak ada yang mereka pikirkan begitu penting selain keluarga mereka, anak cucu mereka, penerus keberlangsungan karya mereka di dunia ini. Bahkan dalam amarah, kekecewaan dan kesedihan mereka selimuti dengan kasih sayang.
Bagi kita, ini mungkin nasehat tua yang sudah terlalu sering terdengar. Namun, tak pernah usang, karena orangtua selalu dilahirkan jaman. Mengenang orangtua sebenarnya mengenang keberadaan diri kita sendiri. Kita terlahir dari buah kasih sayang, kita tumbuh dalam naungan kasih sayang, kita pun ditinggalkan dengan lambaian kasih sayang.
Memang tak ada yang terlambat, namun sebelum hati terdalam anda menyesal, kasihilah orangtua anda. Bagi mereka, balasan ini jauh lebih berharga dari apa pun yang pernah diperolehnya. Bagi mereka, itulah bekal sebaik-baiknya untuk menikmati usia senja mereka.



Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...