Kamis, 09 September 2010

Renungan Hari Minggu, tgl. 5 September 2010

Dihadapan Tuhan Manusia Sama
Kisah Para Rasul 10 : 28 -34
Hari ini, kita juga melihat Tuhan kita menghilangkan sebuah prasangka yang sudah ratusan tahun tertanam di dalam pikiran orang Yahudi, termasuk para rasul dan murid Kristus sendiri. Prasangka apa? Pandangan yang negatif terhadap bangsa lain. Mereka beranggapan bahwa hanya orang Yahudilah yang menjadi umat pilihan Allah, yang layak mendapatkan kasih karunia dan keselamatan dari Allah. Karena itu bangsa-bangsa lain adalah ?kafir,? mereka adalah bangsa yang najis dan tidak boleh didekati. Setiap hari para laki-laki orang Yahudi mengucap syukur pada Allah yang ?tidak menjadikanku seorang kafir ..... yang tidak menjadikanku seorang budak .... dan tidak menjadikanku seorang perempuan.? Selain itu, orang Yahudi juga dilarang keras untuk bergaul dengan bangsa lain, apalagi menginjakkan kaki ke rumah mereka, itu adalah haram! Prasangka seperti ini membuat mereka memiliki rasa superior yang tinggi, serta mempengaruhi sikap dan tindakan mereka terhadap bangsa lain.
Tuhan mau menghilangkan prasangka yang buruk ini. Karena ini adalah pikiran yang salah. Pada sisi lain, prasangka ini secara langsung menghalangi rencana Tuhan supaya Injil diberitakan kepada semua bangsa. Apabila para murid Yesus yang adalah orang Yahudi tidak berhubungan dengan bangsa lain, bagaimanakah mereka dapat memberitakan Injil kepada bangsa lain? Inilah yang dicatat dalam Kisah 10:1-11:18. Mari membaca Kisah 10:1-8. Kisah 10 dimulai dengan seorang yang bernama Kornelius di Kaisarea. Kaisarea adalah sebuah kota di pesisir pantai Barat Palestina yang banyak didiami oleh orang non-Yahudi. Siapakah Kornelius? Ayat 1-2 memberitahukan 2 identitasnya: Pertama, dia adalah seorang perwira pasukan Italia. Jadi dia bukan seorang Yahudi, tetapi seorang Roma. Kedua, dia adalah seorang yang takut akan Allah. ?Takut akan Allah? atau God fearer adalah sebuah istilah bagi orang non-Yahudi yang tertarik pada agama Yahudi, mereka bahkan menyembah Allah bangsa Yahudi dan menjalankan peraturan-peraturan agama Yahudi, hanya saja mereka tidak disunat.
Karena itu, bagi orang Yahudi, mereka tetap dianggap sebagai kafir. Selain tidak disunat, Kornelius tidak berbeda dengan orang Yahudi lainnya dalam hal kehidupan dan imannya. Dia melaksanakan perintah Tuhan dengan memberi sedekah pada orang-orang miskin, dan dia selalu berdoa kepada Allah yang disembah orang Yahudi. Tuhan lebih memperhatikan iman dan kehidupan Kornelius, daripada tanda-tanda lahiriah, yaitu sunat. Maka, suatu hari ketika Kornelius sedang berdoa, malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya, dan mengatakan bahwa semua doa dan perbuatannya sudah sampai kepada Allah dan berkenan kepada-Nya. Kemudian malaikat itu menyuruh Kornelius untuk mengirim orang menjemput Rasul Petrus, yang sedang berada sekitar Yope yang berjarak sekitar 48 km dari Kaisarea. Pertanyaan kita sekarang, maukah Petrus pergi ke rumah Kornelius? Jangankan ke rumahnya, berhubungan dengan bangsa lain sudah dilarang keras! Untuk itulah, Tuhan harus berbuat sesuatu untuk membuang prasangka yang negatif itu, Tuhan harus mencuci otaknya dan mengubah pikirannya.
Petrus sudah sadar, prasangkanya sudah dibuang. Tetapi para rasul dan orang-orang percaya lain di Yerusalem masih belum. Setelah mendengar hal ini, mereka mempertanyakan mengapa Petrus bisa masuk ke rumah bangsa lain, bahkan makan bersama mereka. Untuk itu, Petrus harus menjelaskan dari awal semua yang telah terjadi, mulai dari penglihatan yang dia peroleh di lantai atas rumah Simon di Yope, kemudian kejadian yang dia dan orang yang bersama-samanya saksikan di rumah Kornelius. Setelah mendengarkan semua penjelasan Petrus, barulah mereka menjadi tenang, dan sambil memuliakan Allah mereka berkata, ?Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.? Inilah cara Allah menghilangkan prasangka negatif para rasul dan murid terhadap bangsa lain.
Akhirnya Gereja mula-mula membuat sebuah kesimpulan yang sangat penting, bahwa Allah tidak membedakan orang, semuanya, baik Yahudi atau non-Yahudi sama-sama berharga dan dikasihi Allah, semuanya pantas memperoleh keselamatan. Ini bukan kesimpulan yang dibuat manusia, tetapi ini adalah hasil dari pimpinan Allah yang sangat jelas dan tidak mungkin disangkal. Adalah Allah yang menyatakan bahwa semua bangsa sama dikasihi dan berharga di hadapan-Nya, karena itu maka Injil harus diberitakan kepada semua bangsa, tanpa ada pembatasnya. Allah mengasihi Kornelius dan keluarganya, sehingga Dia menyelamatkan keluarga ini. Pada saat yang sama Allah juga memakai Kornelius sebagai sebuah sarana untuk mengajar para rasul dan orang percaya, bahwa Dia tidak membedakan orang. Di hadapan Allah tidak ada yang najis, di hadapan Allah tidak ada yang tidak cocok atau tidak layak. Semua orang layak dan cocok untuk mendapat bagian dalam Kerajaan-Nya, untuk mendapatkan keselamatan. Pelajaran yang Allah berikan pada Petrus dan Gereja di Yerusalem, juga menjadi pelajaran bagi kita hari ini. Hari ini, apakah gereja masih memilah-milah, membeda-bedakan manusia? Apakah gereja masih baik secara sadar atau tidak telah mengelompokkan bahwa ada yang lebih pantas atau cocok menjadi bagian dari gereja dan orang percaya?
Saudara, kita semua satu di dalam Tuhan. Memang ada beberapa gereja yang terdiri dari ras tertentu. Kalau ini merupakan strategi untuk memenangkan jiwa sesama ras, itu baik. Tapi kalau ini merupakan usaha pengeksklusifan untuk menjauhkan diri dari kelompok lain, gereja itu pasti tidak diberkati. Kebaktian mereka hanyalah formalitas, tetapi tanpa kehadiran Roh Kudus. Kalau Anda ingin berkat Allah melimpah dalam hidup Anda, jangan sekali-kali merendahkan saudara kita. Mungkin status Anda lebih tinggi dari mereka, tetapi di hadapan Allah kita semua sama dan telah disatukan di dalam Dia.

Jamita Evangelium Minggu ROGATE (Martangiang) – 5 Mei 2024

Sai Na Manjalo DO Nasa Na Mangido      (Setiap Orang Yang Meminta Akan Menerima) Matius 7: 1 - 11   a)       Huria ni Tuhanta ia Matiu...