Kamis, 09 September 2010

Renungan Hari Kamis, tgl. 9 September 2010

Tidak Menahan Kasih Sayang
Ayub 6 : 14
Siapa menahan kasih sayang terhadap sesamanya, melalaikan takut akan Yang Mahakuasa.
Kisah Ayub yang kita baca saat bagaikan sebuah drama melankolis yang sangat mengharukan. Di mana alur cerita dari drama tragis ini berupa dialog antara Ayub dengan ke-4 teman saudagarnya (Elifas, Bildad, Zofar dan Elihu), yang datang dari jauh untuk membuktikan apakah kabar yang didengar oleh mereka tentang malapetaka yang menimpa teman mereka Ayub benar atau tidak. Dan seperti yang digambarkan dalam prolog dari cerita ini bahwa ternyata sahabat mereka itu sudah tidak dikenal dari jauh, oleh karena penyakit barah yang busuk, sehingga membuat kulit Ayub menjadi terkelupas. Mereka menangis dan mengoyakan pakaiannya, memandikan abu pada kepala mereka, kemudian duduk selama 7 hari tanpa sepatah kata pun, berpikir dan merenungkan penderitaan yang berat dialami oleh Ayub itu.
Bagi Ayub apa yang dilakukan teman-teman dagangnya selama ini tidak pernah ia lakukan, ia tidak pernah berdusta ataupun berlaku curang terhadap orang-orang lain, termasuk mendatangkan bencana dan kesusahan bagi orang lain, seperti yang hendak dituduhkan oleh sahabatnya Elifas itu. Oleh karena itu adalah suatu hal yang pantas kalau Ayub membela imannya dengan mempertahankan kebenaran yang selama ini ia pegang bahwa ia selalu hidup sebagai orang benar
di hadapan Tuhan Allah dan tidak sangat beralasan kalau apa yang datang dari Allah itu adalah buah dari kesalehan, kesetiaan dan ketaatan yang dilakukannya. Peristiwa yang dialami oleh Ayub ini mau
membuka wawasan kristiani kita bahwa hidup di dunia sebagai orang yang percaya tak selamanya harus menerima berkat dan berkat saja. Siapapun dia, ternyata seorang manusia harus mengalami suatu fase kehidupan manusia yakni penderitaan, yang tidak pernah memandang bulu atau status seseorang itu.
Banyak orang hidup dalam kesusahan, kemiskinan, juga ketika seseorang berhadapan dengan persoalan hukum, termasuk yang dialami oleh para pejabat pemerintah seperti yang santer
diberitakan oleh media-media saat ini. Bukankah kita sering tak mau menolong orang yang meminta bantuan pada kita, menolong saudara kita yang dalam kesulitan, walaupun kita sanggup menolongnya ?.
Marilah kita jadikan Yesus sebagai sahabat kita. Sebab Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya, seperti yang dilakukan oleh Yesus dengan tuntas di kayu salib (Yoh 15:13). Dan untuk menjadi sahabat Yesus yang baik dia menuntut kita untuk melakukan perintah-perintahnya untuk saling mengasihi sebagai seorang sahabat (Yoh 15:14). Dia telah menjadi sahabat yang sejati oleh karena Yesus telah memberitahukan kepada kita jalan keselamatan yang disampaikan Bapa di sorga kepadaNya. Sehingga seberat apapun pergumulan yang kita hadapi, maka Yesus akan hadir untuk memberikan jalan keluarnya. Dia akan memakai hamba-hambaNya yang mau mendengarkan keluhan-keluhan kita. Dia akan memakai orang-orang yang kita cintai untuk memberikan solusi yang kita hadapi.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...