Selasa, 14 September 2010

Renungan Hari Selasa, tgl. 14 September 2010

Saling Mengasihi
Yohanes 13 : 34 – 35
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
Di Yoh. 13:34, Tuhan Yesus berkata: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”. Perintah baru yang diberikan oleh Tuhan Yesus adalah: “supaya kita saling mengasihi”. Namun pernyataan yang terpenting dari panggilan untuk saling mengasihi adalah “sama seperti Aku telah mengasihi kamu”. Sebab para murid Kristus tidak akan dapat saling mengasihi, manakala mereka belum menerima pengalaman dikasihi oleh Tuhan Yesus. Selama ini mereka telah mengalami secara nyata kasih Allah di dalam tindakan dan perbuatan Tuhan Yesus, maka mereka dimampukan untuk saling mengasihi. Ini berarti ajaran yang hanya menyatakan agar kita saling mengasihi bukanlah sesuatu yang baru. Sebab kasih pada prinsipnya merupakan ajaran yang universal. Setiap agama, keyakinan dan kepercayaan di seluruh muka bumi ini sebenarnya mengenal ajaran tentang kasih. Itu sebabnya perintah baru dari apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah para murid hanya dapat mengasihi Allah dan sesama, karena mereka telah mengalami secara nyata bagaimana mereka dikasihi oleh Kristus. Betapa sering kita hanya mampu menganjurkan orang lain atau orang-orang di sekitar kita untuk melakukan tindakan kasih, tetapi kita secara pribadi tidak menyatakan kasih yang menyentuh dan memulihkan kehidupan sesama. Ajaran agama-agama sering hanya mengedepankan tuntutan untuk melakukan perbuatan baik dan kasih, tetapi mereka melupakan aspek yang sangat utama, yaitu menyatakan kasih Allah secara nyata dengan kesediaan berkorban sebagaimana yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Kasih Yesus kepada para murid bersifat mengampuni. Kalau kita amati kebersamaan Yesus dengan para murid kadang diwarnai oleh sikap tidak setia dari para murid; mereka meninggalkan Dia, mereka ragu-ragu dan sulit mengerti Yesus dengan baik; kadang mereka itu mencela dan protes pada Yesus. Tetapi Yesus tidak membenci mereka, Dia justru setia menerima dan sabar mendampingi mereka. Kasih yang sejati perlu ada unsur pengampunan. Memang benar kasih yang tidak belajar untuk mengampuni adalah kasih yang kering lalu mati. Kasih Allah yang dinyatakan oleh Kristus bukan hanya dalam berbagai bentuk perbuatan baik yang mau peduli dengan berbagai pergumulan dan kesusahan hidup para muridNya, tetapi lebih dari pada itu Tuhan Yesus bersedia memberikan nyawaNya bagi mereka. Jadi Tuhan Yesus mengungkapkan seluruh kasihNya yang terdalam dengan memberikan hidupNya. Dia bersedia “ditiadakan” agar umat manusia memperoleh keselamatan dan hidup yang kekal.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...