Kamis, 16 September 2010

Renungan Hari Kamis, tgl. 16 September 2010


Pro-aktif  Menolong
Galatia 6 : 2
Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus
Kita punya beban masalah, mungkin masalah keluarga, ekonomi, pekerjaan atau pelayanan. Jangan malu dan segan untuk sharing dengan saudara seiman yang dapat dipercaya; dengan demikian beban menjadi ringan bila sama-sama dijinjing. Itulah juga tradisi baik yang sering dilakukan oleh jemaat yang mula-mula, jemaat yang di Makedonia dan Yerusalem (II Kor. 8:1-24). Meskipun mereka miskin dan menderita serta hidup dalam berbagai pencobaan, mereka saling menolong, bahkan mendesak untuk saling mengambil bagian. Sikap manusia dalam menghayati karya Allah di dalam sejarah kehidupan manusia seringkali lebih cenderung pasif dan hanya menunggu untuk menerima pertolongan dari Allah. Dalam hal ini kita seringkali cenderung hanya menunggu untuk ditolong, dan kita sering kurang tanggap untuk ambil bagian dalam pertolongan kepada sesama yang membutuhkan.
Kegagalan kita untuk berinisiatif peduli dan pro-aktif menolong sesama karena seringkali kita merasa diri berarti. Dalam anggapan dan sikap diri yang demikian, kita merasa telah menjadi orang penting sehingga orang lain harus memperhatikan dan menghormati diri kita. Di Gal. 6:3, rasul Paulus memberi nasihat: “Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri”. Ketujuh puluh murid Tuhan Yesus tidak akan pergi melaksanakan tugas pengutusan, manakala mereka saat itu merasa diri mereka berarti dan menjadi orang yang penting. Atau mungkin mereka bersedia untuk diutus, tetapi mereka tidak mau ditempatkan dalam formasi “berdua-dua”. Sebab mereka merasa dapat mengerjakan sendiri tugas yang diemban oleh Tuhan Yesus, jadi mereka tidak perlu disediakan kawan sekerja lain yang bersama dengan diri mereka. Karena itu nasihat rasul Paulus, yaitu: “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu” (Gal. 6:2) hanya mungkin dapat terwujud ketika kita tidak lagi merasa berarti. Sebab manakala kita merasa diri menjadi orang penting dan berarti, maka kita juga akan menutup diri untuk menjadi kawan sekerja Allah dalam melaksanakan karyaNya dalam sejarah kehidupan manusia. Pada hakikatnya Allah tidak akan bersedia memakai orang yang merasa dirinya penting dan berarti. Sebab Allah tidak mungkin memakai orang yang sombong secara rohani dan hanya mempermuliakan dirinya sendiri. Di Gal. 6:8-9 rasul Paulus berkata: “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah”.  Dengan perkataan lain, jikalau kita menolak untuk ambil bagian dalam karya keselamatan Allah yang memanggil kita untuk peduli dengan kehidupan sesama, maka kita juga akan menuai dengan sikap dan keputusan kita tersebut. Manakala hidup kita penuh dengan berbagai keinginan daging, maka pastilah kita juga akan menuai akibatnya. Tetapi apabila kita melakukan kehendak Roh yaitu tidak pernah jemu-jemu berbuat baik, maka pastilah kita juga akan menuai hidup yang kekal.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...