Kamis, 09 September 2010

Renungan Hari Kamis, 26 Agustus 2010

Berpikir Begitu Rupa
Roma 12 : 3
Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
Banyak dari kita selalu ingin sesuatu yang lebih besar padahal kita tahu itu di luar kapasitas, kemampuan dan talenta kita. Kita iri mengapa orang lain bisa sukses dengan talentanya dan kita berharap Tuhan memberikan talenta yang sama kepada kita. Padahal jika kita bersedia mengembangkan setiap talenta yang telah Tuhan berikan dan melakukan bagian kita sesuai kapasitas, tentulah kita juga akan meraih sukses meski di bidang yang berbeda. Kapasitas yang diterima dengan baik dan disyukuri akan memotivasi seseorang melakukan pengembangan atasnya. Sesungguhnya, ini juga merupakan wujud tanggung jawab serta kesadaran kita akan kasih karunia Tuhan —yang dalam banyak kali tidak kita sadari sehingga peluang untuk ikut mewarnai kehidupan dengan karya bermakna tidak kunjung terwujud. Dan ingat,pada saatnya nanti setiap kita akan dimintai pertanggungjawaban atas talenta yang dipercayakan-Nya.
Iblis dapat memanfaatkan sifat pencemaran diri dalam diri kita, sindrom pribadi yang tak berharga, untuk mengecilkan hati dan mencegah kita untuk menggunakan karunia-karunia kita bagi pekerjaan kerajaan Allah. Di lain pihak, rasa bangga mengesampingkan Allah dan menghubungkan kontribusi yang kita berikan untuk Kerajaan Allah kepada diri sendiri dan bukannya kepada Allah.
Ada begitu banyak orang mencerna perintah Tuhan kepadanya dengan pikiran yang begitu rumit. Ketika Tuhan Yesus mengatakan agar jangan khawatir akan apapun juga, pikiran kita berpikir sedemikian rupa tentang bagaimana membayar uang sekolah anak, tentang bagaimana mengatasi masalah suami, tentang bagaimana karir pekerjaan, tentang bagaimana hari esok dan lain sebagainya. Pikiran begitu berkecamuk, berpikir sedemikian rupa sehingga otak menjadi buntu karena kapasitasnya terbatas. Masalah biasa menjadi luar biasa bagi dirinya. Kita yang tidak bisa mengetahui hari esok, dipaksa untuk berpikir mengenai hari esok yang penuh dengan ketidak pastian. Kita menjadi gelisah, khawatir bahkan takut mengenai hari esok. Otak manusia yang terbatas dianggap tidak terbatas. Tapi syukur bagi Tuhan Yesus, walaupun kita seperti itu, Tuhan Yesus masih mengerti permasalahan kita, Dia tahu siapa kita. Dia siap menolong untuk meluruskan pikiran kita yang telah buntu dengan membuat mujizat dan memberikan jalan keluar dari setiap masalah dalam kehidupan kita.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...