Kamis, 09 September 2010

Renungan Hari Rabu, 25 Agustus 2010

Kepentingan Bersama
Filipi 2 : 4 - 5
Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus
Benarkah pelayanan kita selama ini telah bersih dari kepentingan-kepentingan pribadi seperti mencari kepuasan, popularitas, kekuasaan, kegembiraan, pahala, dan lain-lain hal yang bersumber pada ke-akuan (ego)?? Benarkah selama ini yang kita lakukan adalah semata demi kemuliaanNya belaka tanpa memperdulikan segala kepentingan diri dan semata hanya sebagai tanda cinta yang kepadaNya ataukah mengharapkan imbalan / pahala daripadaNya?, Seringkali tanpa disadari, seorang pelayan yang mulanya mempunyai motivasi yang tulus untuk melayani Tuhan, didalam perjalanan waktu tergelincir dengan mementingkan kepentingan-kepentingan pribadinya demi sesuatu yang diyakininya demi Tuhan namun sebenarnya demi dirinya sendiri, demi rasa puasnya, demi harga dirinya, demi kebahagiaannya, demi kekuasaannya, demi nafsu dan egonya semata dan lama-lama nafsu ingin dilayanilah yang lebih menonjol daripada melayani. Namun pelayan yang begini biasanya tidak bertahan lama manakala suatu saat target yang dicarinya ternyata tidak tercapai.
Ada pengalaman menarik di Uganda. Negara ini hanya memiliki sedikit traffic light, tetapi jalan lancar walau padat. Mengapa? Karena mereka tidak mementingkan diri sendiri. Apabila ada dua kendaraan yang berlawanan arah dalam satu jalan yang sempit, mereka bukan saling mendahului malah memberikan kesempatan kendaraan yang lain untuk melintas terlebih dulu, bahkan ada kendaraan yang mau mundur hanya untuk mempersilakan kendaraan lain lewat. Dan itu berlaku hampir di semua sudut jalan Uganda. Luar biasa, kan?! Paulus mengatakan sebagai pengikut Yesus, kita pun hendaknya tidak mementingkan diri sendiri dan juga tidak mencari kebanggaan / kehormatan diri diatas kepentingan bersama. Kebersamaan itulah yang harus diperhatikan dan diutamakan. Dalam pribahasa orang Jawa, mangan ora mangan, ngumpul. Sungguh mempunyai arti yang dalam walau terkadang kita menertawakan sikap itu. Tetapi, percayalah tidak mudah melakukan kebersamaan seperti itu.
Tinggi hati atau sombong, angkuh, dan berbagai sinonim lainnya adalah lawan kata dari rendah hati. Artinya orang yang rendah hati tidak akan bersikap sombong, dan begitu juga sebaliknya. Dengan bersikap sombong bukan saja kita dijauhi orang lain, tapi Tuhan pun akan menjauhi kita, bahkan dikatakan menentang kita. "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6b). Mengasihani dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "gives grace, continually". Lihatlah bagaimana penghargaan Tuhan atas sikap rendah hati. Sebaliknya Tuhan sendiri akan menjadi lawan kita apabila kesombongan atau kecongkakan terus kita pertahankan dalam diri kita.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...