Indigo : Tidak Sebatas bisa melihat hantu Anak indigo. Istilah ini belakangan begitu mengemuka. Bagaimana caranya mengetahui apakah anak kita indigo atau bukan? Belakangan ini Vina dibuat gundah oleh putra tunggalnya yang baru berusia 3,5 tahun. Oleh guru kelasnya di sebuah pre-school di Jakarta Selatan dicap 'aneh' dan 'menakutkan'. Bagaimana tidak, saat bermain di halaman sekolah, Gilang tampak asyik berbicara sendiri, namun seolah matanya sedang memandang lawan bicaranya. Ketika sang guru mendekati dan bertanya kepadanya, dengan gamblang ia bercerita. "Aku tadi ngobrol sama dia, Bu Guru. Dia baik, mengajak aku bermain ayunan, Tuh, dia lagi tertawa," tutur Gilang sambil menunjuk ke sudut taman. Sekali dua kali pengajarnya menganggap celoteh bocah montok ini sebagai imajinasi seorang anak. Namun, ketika ia mampu mendiskripsikan gambaran sosok yang diajaknya berkomunikasi, gurunya mulai cemas dan mengajak orang tuanya untuk membicarakan hal ini. Kecurigaan akan adanya sesuatu yang aneh semakin menguat, ketika suatu hari ketika pembantu pulang mudik, Vina membawa si kecil Gilang ke kantornya. Tiba-tiba, Gilang berlari mendekati sebuah ruangan dan terdengar tertawa sambil berceloteh. Ketika sang mama bertanya, ia menjawab santai, "Tante yang di sana itu baik sekali Ma, dia mengajak Gilang bercanda." Padahal ruang yang dimaksud adalah ruangan kosong. Ternyata bukan hanya dua kejadian tersebut, hari berikutnya, Gilang semakin sibuk dengan 'teman-teman'-nya. Bahkan ia menjadi semacam indikator kehadiran makhluk lain di sekitarnya. Dan sama seperti teman dalam kehidupan sehari-hari, terkadang 'teman' Gilang pun ada yang tak bersahabat. "Kalau kebetulan mahluk itu 'jahat', biasanya setelah itu Gilang langsung demam, dan dia nggak bakal mau ke tempat itu lagi," kata Vina.
Namun, sejauh ini Vina dan suaminya tak terlalu khawatir dengan pertumbuhan dan perkembangan putranya, karena di luar dari itu Gilang tumbuh sebagai anak yang cerdas dan periang. Suatu hari ketika membaca artikel di sebuah media, Vina menemukan istilah baru: indigo! Yang banyak cirinya menyebutkan adanya kemiripan dengan Gilang. Antara lain: energinya sangat berlebihan, mudah bosan, mudah frustrasi, cepat belajar namun sangat lengket dengan orang yang sangat ia sayangi, sehingga ada perasaan takut kehilangan.
Beberapa waktu lalu, karena penasaran dengan sifat anaknya tersebut, Vina meminta pertolongan psikiater anak. Namun dikatakan oleh sang ahli bahwa Gilang baik-baik saja, tak perlu dikhawatirkan. "Waktu itu saya khawatir sekali dengan sifat Gilang yang suka membanting mainannya dan tidak bisa diam. Tadinya saya kira dia termasuk anak hiperaktif." Untuk kian meyakinkan apa yang terjadi dengan anaknya, Vina dan suami mengajak Gilang melakukan foto aura. Benar aura di sekeliling bocah lucu ini menampakkan warna indigo (biru nila).
Sejak itu, Vina jadi rajin membaca buku-atau segala informasi-tentang anak indigo. "Saya tidak mau salah dalam memperlakukannya. Dan saya berusaha tidak membangun image kepada Gilang bahwa dia beda dengan teman-teman lainnya. Gilang tetap anak lucu, manis, dengan keingin tahuan besar, sama seperti anak-anak lain seusianya."
Berbeda dengan Gilang yang diduga hiperaktif, Melina punya pengalaman lain tentang putranya Rizky (4 tahun). "Sejak kecil, Rizky cenderung diam, tidak rewel dan menjadi bayi yang menyenangkan. Bedanya seperti bumi dan langit saat merawat anak pertama saya dengan adiknya Rizky. Ini anak pokoknya gampang banget," tutur Meilina seraya mengelus rambut buah hatinya, yang tengah asyik bermain dengan ponsel sang mama. Bocah berkacamata silindris ini menurut Melina sangat dewasa, untuk ukuran anak seusiariya. "Dia relatif pendiam, dan sangat suka keteraturan. Misalnya saja setiap habis bermain; dia sejak kecil dia terbiasa merapikan kembali mainannya ke tempat semula. Dia juga suka meletakkan sandal dengan rapi. Untuk ukuran anak sebayanya, Rizky tergolong bijaksana."
Selama ini Melina menganggap anaknya hanya sebatas anak baik yang tidak menyusahkan, sampai suatu hari ia berjumpa dengan Lianny Hendranata, seorang, pelatih reiki yang juga pengamat aura. Lianny melihat ada yang unik dari Rizky dan benar ketika dilakukan foto aura, dari atas ubun-ubun kepalanya tampak sinar putih memancar. Menurut Lianny, itu merupakan salah satu ciri anak yang memiliki bakat indigo.
Dari dua contoh kasus di atas jelas bahwa karakteristik anak indigo bisa san beragam. Lee Carroll dan Jan Tober dalam bukunya The Indigo Child mengemukakan karakteristik anak indigo. Antara lain; anak indigo datang dunia dengan perasaan serta perilaku yang menyiratkan kebesaran, mereka ke melihat sesuatu atau mengerjakan sesuatu lebih baik-baik di rumah mau di sekolah. Mungkin ciri ini yang diperlihatkan oleh Rizky. Sementara menurut Doreen Virtue, PhD, anak indigo punya sifat sangat sensitif, energi berlebih, mudah bosan, belajar lewat cara eksplorasi, cenderung tidak bisa diam, dan anak indigo memerlukan orang dengan kondisi lebih stabil di sekelilingnya. Mungkin gambaran yang dikemukakan oleh Virtue inilah yang dimiliki oleh Gilang.
Diakui oleh Lianny Hendranata, bahwa dirinya cukup prihatin deng perkembangan yang ada tentang fenomena anak indigo. Banyak orang tua ya memiliki anak-anak dengan perilaku 'tidak biasa', frustrasi menghadapi anak-anak mereka, dan memandang ada keanehan dengan buah hati mereka. "Banyak orang tua yang datang memeriksa aura anak-anaknya, sejak anak indigo menjadi berita heboh di media cetak maupun elektronik. Dalam pemberita itu anak indigo lebih banyak digambarkan sebagai anak yang memiliki banyak kelebihan, kegaiban dan keanehan serta banyak ditafsirkan sebagai anak khusus dengan misi khusus. Bahkan ada media yang memberi judul anak indigo sebagai penyelamat dunia," papar Lianny.
Lianny membagi tiga kelompok orang tua yang memeriksakan aura anaknya: Orang tua yang berharap-harap cemas, anaknya betul sebagai anak indigo yang dapat melihat hal-hal gaib dan memiliki hubungan dengan roh-roh gentayangan, dan sebagainya.
Orang tua yang sangat mengharapkan anaknya memiliki aura berwarna indigo karena mereka membaca dan menonton tayangan di televisi, bahwa anak indigo adalah anak khusus, calon pemimpin, dan sebagainya. Orang tua yang sangat khawatir apakah anaknya indigo atau sakit, karena banyak perilakunya yang mirip dengan menderita kelainan jiwa. Orang tua seperti ini khawatir setelah mendapati aura anak mereka ternyata bukan berwarna indigo.
Siapa yang Disebut Anak Indigo ? Dalam istilah ilmu.jiwa tidak ada kata normal, yang ada adalah optimal, yakni nilai yang dipakai di atas rata-rata orang umum, di atas rata-rata tergolong luar biasa di bidang masing-masing. Misalnya anak yang tergolong jenius, luar biasa dalam perkembangan nalarnya yang berkaitan dengan IQ.
Sedangkan anak indigo, luar biasa dalam intuisi dan kepekaan batinnya yang berkaitan dengan SQ (spiritual quotient) dan EQ (emotional quotient). "Bisa disimpulkan bahwa anak indigo adalah anak normal yang memiliki karakter khusus, dan luar biasa dalam bidang SQ, EQ, maupun IQ. Anak indigo yang berada dalam keadaan sehat secara lahir batin memiliki tingkat kecerdasan universalitas yang kuat, yakni gabungan antara SQ, EQ, dan IQ," jelas Lianny.
Sementara penelitian tentang anak indigo terus dilakukan, mesin aura merupakan salah satu cara untuk melihat apakah seorang anak tergolong indigo atau tidak. Yakni melalui pemeriksaan mesin foto aura, dan warna medan elektromagnetiknya (aura) harus berwarna indigo (dominan biru sampai ungu) dan memiliki pusat energi (cakra) yang etraktif adalah 'cakra mata ketiga' yang terletak di tengah dahi, di antara dua alis. Karena di sinilah letaknya pusat indera ke-6 atau extra sensor perception. Selain itu, untuk lebih memahami anak indigo, mungkin orang tua perlu berkonsultasi dengan psikiater anak. "Sangat terlalu dini menyatakai seorang anak sebagai anak indigo, hanya karena anak tersebut bisa melihat hal-hal gaib, seperti makhluk halus. Banyak pengalaman membuktikan bahwa secara umum anak-anak balita dapat merasakan energi mahluk
halus, namun anak indigo bisa memilah penglihatannya dan memiliki kebijaksanaan yang kuat dalam menanggapi apa yang mereka lihat disertai perilakunya," jelas Lianny.
Contoh, seorang anak berusia lima tahun berkata bahwa pada satu sudu rumahnya ada sesuatu, dan dia sedang menasihati seseorang yang gemar mengganggu karena dalam penglihatannya dia melihat makhluk yang siap mengganggu seisi rumah.
Aura, apa itu? Aura berasal dari bahasa Yunani yang berarti energi yang riang gembira, disebut juga badan bioplasmik mengandung energi sinar (elektromagnetik) disebut Biogetic Ray, Prana, Chi atau tenaga dalam. Energi elektromagnetik yang dikenal dengan nama aura berbentuk energi sinar berada di bawah empat oktaf dari kemampuan mata kasat melihat. Teknologi yang membuktikan adanya aura dimulai tahun 1935 yang dikenal dengan Foto Kirlian, asil riset seorang Rusia bernama S. Kirlian, yang mengukur dan membuktikan energi sinar elektromagnetik tubuh manusia hanya sebatas jari tangan dan kaki saja. Ilmuwan Perancis Guy Coggins berhasil mengembangkan mesin yang lebih maju pada tahun 1987 yang disebut sebagai pengukur sinar elektromagnetik tubuh (aura), dengan teknik memadukannya dengan foto Polaroid. Penemuan ini terus diperbaharui dengan memadukannya dengan perangkat komputer oleh slinger dari Jerman, pada tahun 1998. Maka lahirlah mesin aura generasi terbaru yang dinamakan Aura Video Station. Saat ini di Indonesia ada dua mesin yang dimiliki oleh Lianny dan kawan-kawan.