Hidup Anda Adalah Khotbah
2 Korintus 3 : 3
2 Korintus 3 : 3
Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.
Sejak jaman dahulu orang memang sudah gemar menulis surat. Diukir di atas loh batu, menggunakan buluh yang dicelup pada tinta, pena, pulpen hingga mengetik, semua itu merupakan perkembangan dari hal tulis menulis ini. Sadarkah kita jika diri kita pun sebenarnya merupakan sebuah surat, bukan hanya surat tapi juga surat terbuka? Ya, kita surat terbuka yang bisa dibaca banyak orang. Sebagai orang percaya, kita seharusnya menjadi surat yang bukan sembarang surat, tapi menjadi surat Kristus yang bisa dibaca oleh orang lain.
Dalam sebuah khotbah, ilustrasi merupakan hal yang sangat penting agar pesan firman Tuhan yang disampaikan dapat diterima dengan jelas. Tanpa ilustrasi, khotbah yang bagus sekalipun kerap kali sukar dipahami. Rektor sebuah sekolah tinggi teologi mengatakan bahwa ilustrasi bagaikan jendela yang menerangi isi seluruh rumah. Bahkan ia menyebutkan bahwa ilustrasi yang baik akan membantu keberhasilan sebuah pewartaan firman hingga sebesar 40%.
Jemaat Korintus terkenal dengan reputasinya yang buruk. Walaupun mereka sudah percaya kepada Yesus, namun kehidupan mereka belum mencerminkan ajaran Kristus yang sesungguhnya. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa mereka adalah surat Kristus (ayat 3). Ini berarti bahwa ketika surat itu dibaca, maka ia harus mencerminkan Kristus yang sesungguhnya. Kristus harus tampak secara jelas dan bukan samar-samar melalui kehidupan nyata setiap hari.
Apapun yang tertulis dalam hidup kita, bagaimana cara hidup kita, sikap dan tingkah laku kita, perbuatan kita, itu semua begitu terang benderang untuk dibaca oleh orang lain. Orang percaya seharusnya menjadi sebuah surat Kristus. Yang bukan ditulis dengan tinta biasa, bukan pada loh-loh batu, tapi ditulis oleh Roh Allah yang hidup langsung ke dalam hati kita. Dan dari hati kitalah terpancar cara hidup kita, yang akan mampu dibaca orang lain. Jika yang tertulis jelek, maka jelek pulalah yang dibaca orang, sebaliknya jika yang tertulis adalah gambaran Kristus, maka orangpun bisa "membaca" siapa Kristus sebenarnya lewat diri kita.
Sejak jaman dahulu orang memang sudah gemar menulis surat. Diukir di atas loh batu, menggunakan buluh yang dicelup pada tinta, pena, pulpen hingga mengetik, semua itu merupakan perkembangan dari hal tulis menulis ini. Sadarkah kita jika diri kita pun sebenarnya merupakan sebuah surat, bukan hanya surat tapi juga surat terbuka? Ya, kita surat terbuka yang bisa dibaca banyak orang. Sebagai orang percaya, kita seharusnya menjadi surat yang bukan sembarang surat, tapi menjadi surat Kristus yang bisa dibaca oleh orang lain.
Dalam sebuah khotbah, ilustrasi merupakan hal yang sangat penting agar pesan firman Tuhan yang disampaikan dapat diterima dengan jelas. Tanpa ilustrasi, khotbah yang bagus sekalipun kerap kali sukar dipahami. Rektor sebuah sekolah tinggi teologi mengatakan bahwa ilustrasi bagaikan jendela yang menerangi isi seluruh rumah. Bahkan ia menyebutkan bahwa ilustrasi yang baik akan membantu keberhasilan sebuah pewartaan firman hingga sebesar 40%.
Jemaat Korintus terkenal dengan reputasinya yang buruk. Walaupun mereka sudah percaya kepada Yesus, namun kehidupan mereka belum mencerminkan ajaran Kristus yang sesungguhnya. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa mereka adalah surat Kristus (ayat 3). Ini berarti bahwa ketika surat itu dibaca, maka ia harus mencerminkan Kristus yang sesungguhnya. Kristus harus tampak secara jelas dan bukan samar-samar melalui kehidupan nyata setiap hari.
Apapun yang tertulis dalam hidup kita, bagaimana cara hidup kita, sikap dan tingkah laku kita, perbuatan kita, itu semua begitu terang benderang untuk dibaca oleh orang lain. Orang percaya seharusnya menjadi sebuah surat Kristus. Yang bukan ditulis dengan tinta biasa, bukan pada loh-loh batu, tapi ditulis oleh Roh Allah yang hidup langsung ke dalam hati kita. Dan dari hati kitalah terpancar cara hidup kita, yang akan mampu dibaca orang lain. Jika yang tertulis jelek, maka jelek pulalah yang dibaca orang, sebaliknya jika yang tertulis adalah gambaran Kristus, maka orangpun bisa "membaca" siapa Kristus sebenarnya lewat diri kita.