Minggu, 23 Mei 2010

Renungan Hari Minggu Exaudi, 16 Mei 2010

Berseru Pada Tuhan Dengan Pertobatan
Hakim-Hakim 10 : 10-16
Kitab Hakim-hakim dalam Perjanjian Lama memuat kisah menyedihkan tentang umat Allah yang terbelenggu dalam "lingkaran setan" pemberontakan, hukuman, pertobatan, dan pengampunan. Siklus ini terulang kembali setiap kali Allah selesai campur tangan. Apabila penderitaan datang menghampiri, barulah mereka berseru-seru kepada Allah: "Kata orang Israel kepada Tuhan, 'Kami telah berbuat dosa. Lakukanlah kepada kami segala yang baik di mata-Mu. Hanya tolonglah kiranya kami sekarang ini!'" (Hakim-hakim 10:15).
Kalau kita memperhatikan kehidupan umat Allah sejak keluaran dari Mesir, kecendrungan alami mereka nampak sangat jelas bahwa setelah mengalami pembebesan, pertolongan, pemulihan adalah kemerosotan rohani. Dalam Hakim-hakim 10:10-16 yang menjadi perikop renungan kita menyaksikan hal ini. Memang secara jelasnya kita harus membaca seluruh Hakim-Hakim pasal 10. Disebutkan setelah Hakim Yair mati, bangsa Israel melakukan apa yang jahat dimata Tuhan.
Akibanya sangat fatal. Allah murka kepada bangsa Israel sehingga membiarkan orang Filisten dan bani Amon berkuasa atas mereka. Dan hal ini berlangsung 18 tahun lamanya. Bukan hanya bangsa Israel yang ada di negeri orang Amori yang di Gilead di tindas dan di injak-injak. Dalam ayat 9 disebutkan bani Amon juga menyeberangi sungai Yordan untuk berperang melawan suku Yehuda, suku Benyamin dan keturunan Efraim, sehingga orang Israel sangat terdesak.

Akibat semua itu, bangsa Israel sungguh-sungguh menderita. Bisa kita bayangkan 18 tahun di tindas dan diinjak-injak. Seperti biasanya, setelah mengalami penderitaan demi penderitaan, bangsa Israel berseru meminta pertolongan Tuhan. Dan sungguh luar biasa, Allah masih berkenan memaafkan dan menolong mereka. Walaupun bangsa Israel sudah melakukan perbuatan yang sangat mendukakan hati Tuhan, yakni meneyembah ilah lain, namun ketika mereka berseru minta tolong dan diikuti sekap hidup yang bertobat, yakni membuang jauh-jauh allah asing yang telah mereka sembah Allah bertindak memberi pertolongan.
Gangguan ketakutan akan berakibat buruk bagi seluruh kehidupan. Terlebih lagi, jika gangguan itu menyangkut iman kepercayaan manusia. Di dalam kitab suci, hal ini ada banyak contoh yang menggambarkan bagaimana rasa takut dapat mempengaruhi sikap iman seseorang.

Barang siapa terkungkung oleh rasa takut, ia akan merasa kesulitan dalam menjiwai makna imannya. Bahkan, seandainya, ia rajin “mengunjungi” gereja. Akan tetapi, orang-orang beriman akan mampu mengatasinya, jika ia mau memperhatikan suara hatinya lebih mendalam lagi dan benar-benar berserah diri kepada Tuhan. Kita dapat memetik pelajaran berarti tentang ketakutan-ketakutan manusia. Sebenarnya, rasa ketakutan itu tidak perlu dianggap sebagai beban mendalam. Karena jika demikian, beban itu sendiri malah menjadi penghalang bagi kita untuk berbicara dan dekat dengan Allah. Sebaliknya, kita hendaknya membawa semua ketakutan, keluh kesah dan semua beban kehidupan kita kepada Tuhan dengan hati terbuka.
Jika kita menyadari apa yang telah kita perbuat di hadapan Tuhan, seharusnya kita malu karena begitu banyak pelanggaran yang kita lakukan dan begitu sering kita mengabaikan firman-Nya. Hebatnya, Ia masih peduli kepada kita dan hati-Nya selalu tergerak untuk memulihkan hidup kita.

Demikianlah yang dilakukan oleh seorang Bapa ketika Ia melihat kesukaran yang dialami oleh anak-anak-Nya. Hal ini yang harus kita sadari secara penuh bahwa kasih-Nya tak bisa diukur dengan apapun juga. Ia mencurahkan kasih-Nya gratis meskipun bagi kita yang telah melupakan Dia.

Jamita Epistel Minggu ROGATE – 5 Mei 2024

Sai Na Manjalo DO Nasa Na Mangido     (Setiap Orang Yang Meminta Akan Menerima) Psalmen 28: 1  – 2   a)       Huria na hinaholongan ...