Minggu, 23 Mei 2010

Renungan Hari Kamis, Pesta Kenaikan Tuhan Yesus

Menjadi Saksi Kuasa Yesus
Lukas 24: 44-53
Selama empatpuluh hari sebelum Yesus naik ke surga, Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara dengan para murid agar mereka dengan setia melanjutkan pemakluman Kerajaan Allah secara utuh. Tentu dalam penugasan kepada para murid, Yesus tidak melepaskan begitu saja. Ia akan melengkapi dengan “kekuasaan dari tempat yang tinggi” Mereka akan didampingi Roh Kudus dalam mewartakan Yesus kepada segala bangsa. Yesus menyiapkan mereka dengan sempurna agar pewartaan pertobatan dan pengampunan dosa dalam nama-Nya berjalan terus. Dengan persiapan penuh itu para murid akan mampu mewartakan pesan Yesus tersebut sampai ke seluruh penjuru dunia. Para murid akan penuh semangat bisa mewartakan dan menceriterakan kepada banyak orang bahwa selama hidup-Nya di dunia, Tuhan Yesus telah menerima pendosa dan mewartakan pengampunan dosa. Para murid juga menceriterakan kepada banyak orang bahwa Tuhan Yesus telah wafat dan bangkit. Para murid bisa mengungkapkan semua kesaksian-kesaksian itu karena mereka memang melihat, mereka mendengar dan mereka mengalami tentang kehidupan Yesus, lebih-lebih tentang kesengsaraan dan kebangkitan-Nya.

Para murid terkesima dengan peristiwa Tuhan Yesus yang terangkat ke sorga. Mereka terus menatap ke langit. Jadi walaupun Tuhan Yesus telah lenyap dari pandangan mereka, mereka terus melihat ke atas. Karena mereka terus menatap ke atas, maka mereka melupakan tugas yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk kembali ke Yerusalem. Tuhan Yesus berkata: “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49). Sikap para murid ini seringkali menjadi ciri dari beberapa orang-orang Kristen yang sering terus-menerus menatap ke dunia imaginer tentang sorga, tetapi mereka melupakan tugas dan tanggungjawab yang riel di masa kini. Karena itu mereka sering tidak tangguh dan tabah menghadapi kesulitan hidup ini. Mereka kemudian melarikan diri ke dunia imaginer tentang keselamatan di sorga nanti.
Di tengah-tengah kesulitan kehidupan yang kini makin bertambah berat dan kompleks, kita dapat melihat bahwa ibadah atau kebaktian di berbagai gereja makin dihadiri banyak orang. Kita bersyukur manakala mereka digerakkan oleh kerinduan dan sikap kasih yang antusias kepada Tuhan. Tetapi manakala di antara kita banyak yang menjadikan ibadah sebagai tempat pelarian dalam dunia imaginer rohani, maka melalui kebaktian kenaikan Tuhan ini kita dipanggil untuk teguh berjuang ke dalam kehidupan riel di masa kini.
Umat Kristen tidak boleh menjadi orang-orang yang mudah menyerah, tidak ulet dan akhirnya gagal dalam perjuangan hidup sehari-hari. Malaikat Tuhan telah menegur para murid Tuhan Yesus yang terus menatap ke awan-awan, yaitu: “Mengapa kamu berdiri melihat ke langit?” Untuk mewujudkan kehadiran Kerajaan Allah yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus, kita tidak boleh berpaling dari persoalan dan masalah dalam kehidupan riel yang terjadi di dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan gerejawi dan kehidupan bermasyarakat. Sebaliknya dalam kuasa kebangkitan Kristus yang makin diteguhkan dalam peristiwa kenaikan Kristus ke sorga, selaku umat percaya kita justru dipanggil untuk memaknai hidup kita di masa kini dan di sini.
Manakala kita mengabaikan prinsip iman ini sesungguhnya kita telah melalaikan tanggungjawab umat percaya di dalam dunia ini. Filsuf Nietzsche (1844-1900) pada masa hidupnya pernah mengungkapkan rasa muaknya kepada orang-orang Kristen. Karena dia sering melihat orang-orang Kristen dalam menghayati imannya dengan sikap kehendak yang lemah, tidak memiliki daya juang, mengedepankan sikap tidak berdaya, cenderung melarikan diri dari kenyataan, pribadi yang “sakit-sakitan”, dan bertindak pengecut. Kritik dari Nietzsche tersebut perlu kita respon secara positif, karena di balik ucapan kritik Nietsche yang sangat pedas itu ternyata mengandung pula kebenaran yang mana kita selaku gereja belum melakukan apa yang telah diperintahkan oleh Tuhan, yaitu menjadi saksi yang penuh Roh Kudus di tengah-tengah kehidupan yang nyata.
Pesan Yesus menjelang kenaikan ke surga, kiranya bukan ditujukan kepada para murid saja, tetapi juga ditujukan kepada kita semua yang mengaku menjadi murid-murid-Nya. Maka kita masing-masing dan juga sebagai kesatuan dalam kelompok, menjadi saksi Tuhan sendiri. Menjadi saksi Tuhan yang telah wafat dan bangkit, yang mengampuni semua manusia agar semua manusia berbahagia bersama Bapa. Sama seperti para rasul, kita pun dibimbing dan diberi bantuan oleh Roh Kudus. Dengan begitu, tidak ada alasan bagi kita untuk merasa takut untuk memberi kesaksian pertobatan dalam hidup kita. Perubahan cara hidup yang lebih selaras dengan semangat kasih merupakan salah satu bentuk pewartaan kita. Marilah kita menjadi saksi Tuhan dengan menghayati hidup dalam semangat kebangkitan Tuhan, dan hidup dalam semangat pengampunan Tuhan.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...