Minggu, 23 Mei 2010

Renungan Hari Jumat, 07 Mei 2010

Bernyanyi Dengan Segenap Hati
Efesus 5: 19b

Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati
Di dalam ibadah kita tidak hanya diam dan mendengar saja, melainkan juga tidak mungkin untuk tidak berkata-kata. “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata” (I Kor 4:13), maka dengan berkata-kata kita menyatakan iman kepercayaan kita, baik kepada saudara seiman kita agar kita saling menguatkan, maupun kepada mereka yang belum percaya sebagai satu kesaksian yang hidup agar mereka boleh percaya. Jika di dalam keheningan kita mendengar Tuhan berkata-kata kepada kita, maka berkata-kata seorang kepada yang lain serta bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan merupakan tanggapan kita terhadap perkataan-Nya. Berkata-kata dalam mazmur berarti kita memuji Tuhan dengan perkataan-Nya sendiri, “Allah sendirilah yang membuat kita mengucapkan kata-kata itu, seakan-akan Dia sendirilah yang bernyanyi di dalam kita untuk memuji kemuliaan-Nya,” demikian tulis Calvin. Kidung puji-pujian dan nyanyian rohani menyatakan bahwa penggunaan musik di dalam ibadah sangatlah penting karena melalui musik kita mengekspresikan pujian kepada Tuhan yang tidak bisa dilukiskan hanya dengan kata-kata saja.

Dalam nasihatnya kepada jemaat Efesus, Paulus menganjurkan agar mereka “berkata-kata seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani” (5:19). Dengan perkataan lain, Paulus ingin, agar dalam saling berkomunikasi satu dengan yang lain, orang kristen tidak hanya berbicara tentang di mana ada restoran enak atau toko mana sedang obral besar atau sinshe mana yang sedang ngetop. Tapi saling mengkomunikasikan “mazmur” (= nyanyian dari Allah), “kidung pujian” (nyanyian bagi Allah), dan “nyanyian rohani” (nyanyian tentang Allah). Musik dan nyanyian menyehatkan “tubuh”. Itu kita tahu. Tapi bila kita mampu menjadikan seluruh hidup kita itu sebuah “nyanyian” yang “dari Allah”, “bagi Allah” dan “tentang Allah” .
Bila kita merenung sejenak, ada banyak peristiwa pahit yang mendera bangsa kita. Namun, karena Tuhan punya rencana agung dalam hidup kita, maka kita pun dihindarkan dari segala mara bahaya tersebut. Maka, sangat bijaksana bila kita menggunakan hidup ini untuk memuliakan Dia. Ingat, hidup seingkat dan takkan terulang lagi. Bila kita tidak menggunakannya dengan baik, maka hidup ini menjadi sia-sia. Hidup yang tak berdampak.


Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...