Minggu, 23 Mei 2010

Renungan Epistel Minggu Rogate, 9 Mei 2010

Mendoakan Bangsa Dan Negara
1 Timoteus 2 : 1-7
Apa arti memberikan nyawa menjadi tebusan bagi banyak orang? Nyawa adalah yang menghidupi dan menggairahkan serta membuat dinamis ‘tubuh’, sehingga tubuh fuingsional untuk kebahagiaan dan keselamatan tubuhnya sendiri. Secara konkret nyawa rasanya menjelma menjadi harapan-harapan (bukankah harapan menggairahkan atau membuat kita hidup secara dinamis?). Maka memberikan nyawa menjadi tebusan bagi banyak orang juga dapat berarti mempersembahkan harapan demi kebahagiaan dan kesejahteraan banyak orang. Sebagai pemimpin atau penguasa hal itu antara lain berarti ia harus memiliki harapan atau cita-cita agar rakyat/umat atau yang dipimpin dan dikuasai menjadi bahagia dan damai sejahtera, yang menjadi nyata dalam cara hidup dan bertindak seorang pemimpin. Ia senantiasa bersama dengan dan berpihak pada rakyat/umat. Salah satu tanda keberhasilan atau kesuksesan seorang pemimpin adalah rakyat/umat yang dipimpin hidup bahagia, damai sejahtera lahir dan batin, jasmani dan rohani.
Apa yang pernah dilakukan Daniel sekian ribu tahun yang lampau. Pada saat itu Daniel menyadari betapa porakporandanya bangsanya. Apa yang dilakukan Daniel? Hanya apatis saja? Itu bisa saja dia lakukan, mengingat dia bukanlah termasuk salah satu dari orang yang berbuat kejahatan di mata Tuhan. Tapi lihatlah bahwa Daniel mengambil waktu untuk berdoa bukan difokuskan untuk dirinya sendiri tetapi untuk bangsanya. Bacalah seluruh isi doa Daniel yang tertulis dalam Daniel 9:1-19. Sungguh menarik melihat bahwa Daniel menggunakan kata "kami" dan bukan "mereka". Daniel memiliki sebuah kerendahan hati untuk tidak bermegah diri meski dia sendiri sudah mengaplikasikan hidup benar dan akrab dengan Tuhan sejak semula. Daniel mengasihi bangsanya. Ia peduli. Ia tahu bahwa ia merupakan bagian dari bangsanya. Jika bangsanya menderita, ia pun akan turut menderita. Sebaliknya jika bangsanya makmur dan sejahtera, maka ia pun akan menjadi bagian yang bisa menikmati itu. Daniel mengerti bahwa meski ia tidak berbuat satupun kesalahan, tapi biar bagaimanapun ia tetap merupakan bagian yang terintegrasi dengan bangsa yang saat itu tengah memberontak, tengah berperilaku fasik, bangsa yang bergelimang perilaku menyimpang dan dosa. Selain itu, Daniel sadar betul bahwa jika bukan dia, siapa lagi yang harus berdoa agar malapetaka dan murka Tuhan dijauhkan dari bangsanya? Maka lihatlah bagaimana Daniel berdoa.

Sudahkah kita menjadi anak-anak Tuhan yang tidak egois, tidak apatis dan peduli dengan kemakmuran serta kemajuan bangsa kita? Sudahkah kita ambil bagian sesuai porsi kita, setidaknya berdoa syafaat bagi bangsa kita? Sebagai anak bangsa, sudah selayaknya kita peduli dan turut mendoakan bangsa dan negara kita. Dalam surat untuk Timotius, Paulus mengatakan demikian: "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan." (1 Timotius 2:1-2). Mengapa demikian? "Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran." (ay 3-4). Tuhan tidak ingin satupun dari kita untuk binasa, Dia tidak pernah bersenang hati melihat kehancuran sebuah negara dan bangsa, karena Dia adalah Bapa yang penuh kasih. Keselamatan sudah dianugerahkan lewat Kristus untuk semua bangsa, semua golongan, semua ras, tanpa terkecuali. Tapi bagi yang sudah selamat, sudahkah kita meluangkan waktu untuk mendoakan bangsa kita sendiri? Kuasa doa itu sesungguhnya amat besar, apalagi jika dilakukan oleh orang yang benar. "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b).
Doa syafaat adalah seruan permohonan kepada Tuhan atas nama pihak lain. Tuhan memedulikan doa semacam ini. Abraham berseru kepada Tuhan atas nama Lot, dan Lot pun diselamatkan. Tuhan ingat seruan Abraham. Kita pasti pernah, atau bahkan sedang diberkati karena seseorang mendoakan kita. Namun, sebaliknya, biarlah ada seseorang yang juga diberkati karena Allah ingat akan doa-doa kita untuknya. Marilah kita mendoakan bangsa dan negara kita agar dalam keselamatan, damai sejahterah.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...