Kamis, 06 Mei 2010

Renungan Hari Senin, 03 Mei 2010

Tidak Perlu Kuatir
Kejadian 15 : 2
Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.
Abraham adalah bapa orang beriman dan sekaligus sebagai kakek moyang dari Gereja TUHAN. Untuk itulah kita wajib mempelajari kehidupan Abraham, karena hidupnya menjadi pola kehidupan Gereja TUHAN hingga saat ini. Sebelum dipanggil ALLAH, Abraham adalah seorang penyembah berhala, tetapi kemudian menerima kasih karunia ALLAH yang memanggilnya untuk keluar dari Ur-Kasdim ke suatu tempat yang belum dikenal oleh Abraham.
Ada janji-janji tertentu yang membuat seluruh kekuatan neraka berusaha untuk menghalanginya jadi kenyataan. Salah satunya adalah janji bahwa bangsa yagn besar akan memberkati seluruh dunia.Seluruh kekuatan neraka bangkit untuk menghalangi janji tersebut menjadi kenyataan! Tiba-tiba, ada 3 hal sederhana yang terjadi dalam kehidupan Abaraham. Dan waktu Abraham meresponi dengan benar ketiga hal hambatan halangan diruntuhkan dan segala janji-janji Tuhan membanjiri kehidupannya!

Kejadian 15:1Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."
Abaraham sampai pada titik dimana sepertinya dia mau menyerah....
15:2 Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."15:3 Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku. Yang kita lihat dalam diri Abraham adalah kekuatiran yang melanda hidupnya.Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi jika dari semula ia adalah Bapa orang beriman. Namun hal itu boleh terjadi dalam kehidupan kita; yaitu kuatir.
Yesus mengatakan bahwa dengan menjadi kuatir, tidak akan menambah apa-apa dalam jalan hidup kita. Tidak membuat terpenuhi apa yang kita kuatirkan, apalagi mendapatkan apa yang lebih baik. Justru sebaliknya, kekuatiran hanya akan menambah kesusahan dalam hidup. Akibat dari adalah rasa cemas, gelisah, bingung dan tidak punya tujuan. Tentu hal ini akan mempengaruhi bagaimana kita menjalani hidup. Bisakah Anda bayangkan, hidup seperti apakah yang kita jalani jika kita terus-menerus menguatirkan hal-hal yang sebenarnya belum tentu bahkan tidak akan pernah terjadi? Lalu Yesus mengontraskan kekuatiran manusia itu dengan apa yang Allah lakukan kepada bunga dan rumput di ladang yang sehari saja layu, namun Allah mendandaninya dengan begitu indah, apalagi manusia, ciptaan-Nya yang sangat istimewa. Jadi kekuatiran itu bisa menjadi sebuah sikap menyangkali kemahakuasaan Allah bahkan lebih buruk lagi, menyangkali diri Allah sendiri yang mampu menolong, memelihara dan melindungi, bahkan menentukan jalan hidup kita.

Jamita Epistel Minggu ROGATE – 5 Mei 2024

Sai Na Manjalo DO Nasa Na Mangido     (Setiap Orang Yang Meminta Akan Menerima) Psalmen 28: 1  – 2   a)       Huria na hinaholongan ...