Kita Melihat Allah Melalui Iman
Yohanes 1 : 43 – 51
Inilah Injil yang disebut2 orang seprti sebuah kolam. Dimana jika yang masuk anak2, ia bisa bermain di kolam tersebut. Tetapi jika yang masuk adalah gajah, maka gajah itu bisa tenggelam. Artinya jika kita hanya melihat dalam ukuran yang dangkal, maka kita tidak ada masalah dengan Injil ini, tetapi bagi yang mempelajari lebih dalam lagi, ini adalah Injil yang sulit sekali. Dalam Injil ini, penulis berbicara dalam banyak simbol. Berbicara banyak tentang wejangan2 Tuhan Yesus dan bukan perbuatan-Nya. Dan banyak pesan yang dimasukkan. Jika ada orang2 yang sulit memahami Injil ini, bukankah memang kebesaran Tuhan jauh lebih sulit untuk dipahami. Tidak ada kata2 atau bahkan tulisan yang dapat benar2 menampilkan secara keseluruhan tentang kebesaran Tuhan.
Sekalipun kita tidak dapat memahami Tuhan secara lengkap dan benar, tetapi kita sendiri dikenal penuh oleh Tuhan. Ketika Ia bertemu dengan Natanael, Natanael terkejut sekali “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Percayakah anda bahwa anda sangat dikenal oleh Tuhan ???? Sekalipun anda selalu meragukan akan Ia yang mengenal secara penuh diri anda. Mari kita melihat setiap tanda2 kebesaran-Nya dan percaya bahwa Ia sangat mengenal anda. Dari pengenalan itulah, maka kita senantiasa belajar untuk selalu mengenal Ia.
Kita dipanggil untuk melihat, mengakui dan mengimani bahwa setiap manusia menjadi 'utusan Allah' untuk mewartakan kabar gembira atau keselamatan kepada sesamanya. Kita dipanggil untuk berpikir positif terhadap diri kita maupun sesama kita alias lebih melihat, mengakui dan mengimani kelebihan daripada kekurangan, kebaikan daripada kejahatan, kekuatan daripada kelemahan baik dalam diri kita sendiri maupun sesama dan saudara-saudari kita. Dengan cara itu kiranya kebersamaan hidup kita dimanapun dan kapanpun sungguh dalam keadaan selamat, damai sejahtera.
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran" (1Yoh 3:18-19), demikian peringatan Yohanes kepada kita semua. Memang agar kita dapat dipercaya kiranya dalam hal mengasihi lebih dengan perbuatan daripada perkataan atau lidah. "Cinta harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata" Perbuatan yang kita kenakan kepada sesama dan saudara-saudari sebagai perwujudan cintakasih memang harus memadai:efisien, efektif dan afektif alias perbuatan yang sungguh menyelamatkan dan membahagiakan, lebih-lebih atau terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa. Maka baiklah kita senantiasa terbuka hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau tubuh kita agar dalam mengasihi dengan
baik, benar dan memadai, mengingat dan memperhatikan kebutuhan masing-masing orang berbeda satu sama lain. Agar perbuatan kita sungguh mengena kiranya kita perlu membiasakan diri mengadakan pemeriksaan batin atau pembedaan roh (spiritual discernment) setiap hari, agar kita semakin peka akan kehendak Allah/bisikan Roh Kudus dan kemudian siap siaga dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk melaksanakan kehendak Allah.
baik, benar dan memadai, mengingat dan memperhatikan kebutuhan masing-masing orang berbeda satu sama lain. Agar perbuatan kita sungguh mengena kiranya kita perlu membiasakan diri mengadakan pemeriksaan batin atau pembedaan roh (spiritual discernment) setiap hari, agar kita semakin peka akan kehendak Allah/bisikan Roh Kudus dan kemudian siap siaga dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk melaksanakan kehendak Allah.