Melaksanakan Perintah Tuhan
Yohanes 2 : 1 -12
Kata "anggur" pada zaman Alkitab pengertiannya tidak sama dengan anggur yang dimaksudkan pada saat ini. Fermentasi (peragian) yang alamiah menghasilkan alkohol dengan jumlah maksimum hanya 14%. Kadar alkohol yang lebih tinggi membunuh sel ragi yang menghasilkannya. Semua minuman modern yang beralkohol dengan kadar 50% alkohol atau lebih adalah hasil dari proses-proses pembekuan dan distilasi (penyulingan) yang tidak dikenal pada zaman kuno. Di Palestina kuno, anggur mengandung tidak lebih dari 8% alkohol karena jumlah gula alami yang terbatas dalam sari buah anggur. Orang Yahudi tidak mempunyai gula tebu, sehingga tidak dapat menambahkan gula. Pertimbangan kedua adalah bahwa Alkitab dalam bahasa Inggris maupun Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani menerjemahkan dua kata Ibrani yang berbeda sebagai wine ("anggur"), atau dalam bahasa Yunani "oinos"
Anggur merupakan suatu kewajiban di pesta perkawinan orang Yahudi. Bagi mereka, anggur melambangkan dan membangkitkan rasa sukacita (Amos 9:13, Hosea 14:7) tetapi kemabukan dianggap tidak layak. Anggur yang dihidangkan bukanlah jus buah anggr," melainkan anggur yang mengandung alcohol. Masalah kehabisan anggur ini pasti menimbulkan rasa malu, jika apa yang mereka hidangkan tidak lengkap; Mungkin mereka bukan orang kaya, dan jumlah anggur yang mereka sediakan pas-pasan. Ada kemungkinan adalah kerabat dari mempelai itu, sehingga Maria terlibat dalam urusan konsumsi di pernikahan itu, dan dia dapat mengemukakan hal ini dan juga dapat memberi perintah kepada pelayan-pelayan. Maria datang kepada Yesus untuk menceritakan bahwa persediaan Anggur sudah habis.
Pada perkawinan di kana itu, Tuhan Yesus menyatakan diriNya kepada enam muridNya yang pertama bahwa Dia adalah Mesias, disitu Ia menyatakan kemuliaan dan kemahakuasaanNya di hadapan mereka, dan iman mereka menjadi bertambah-tambah, salah satu murid yang menjadi saksi mata peristiwa ini, mencatatnya dan mengabarkan kepada kita para pembacanya untuk menjadi percaya dan mendapatkan karunia keselamatan seperti yang telah dinikmatinya. Kitapun dapat mengikuti jejaknya untuk dapat pula menyaksikan karunia besar yang diberikan Tuhan Yesus kepada umat yang percaya kepadaNya.
Banyak orang tidak menyadari bahwa setiap berkat datangnya dari Dia, Sang Pencipta dan Pemelihara ciptaan-Nya. Banyak orang menganggap bahwa rejeki, keuntungan adalah hasil jerih payahnya sendiri. Hanya hasil kerja kerasnya sendiri. Maka, mereka berpikir, sudah sepantasnya jika untung, semuanya dinikmati sendiri juga. Sikap orang Kristen tidak begitu. Karena kita yakin bahwa Allah itulah sumber segala berkat dan rejeki, maka kepada-Nya kita datang untuk mengangkat hati dan mengucap syukur. Rasul Paulus berpesan, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tes. 5:18). Sungguh mudah kita mengucap syukur di kala kelimpahan, sukses, dan keadaan sehat. Mulut kita tak hentinya memuji kebaikan Tuhan. Bibir kita tak putusnya menebar senyuman. Tapi... di kala banjir seperti sekarang ini. Wah, wah, wah! Mengucap syukur?? Tunggu dulu deh. Bisa-bisa dianggap orang kurang waras, kan? Namun Paulus tetap konsisten dalam nasihatnya. Mengucap syukurlah dalam SEGALA HAL. Dalam setiap keadaan. Pada setiap saat. Saya kembali teringat akan kata-kata Rick Warren yang pernah saya kutip dalam renungan ini. “Tidak peduli betapa baiknya hidup Anda, selalu ada hal buruk yang Anda perlu atasi. Dan tidak peduli betapa buruknya hidup Anda, selalu ada hal baik yang (atasnya) Anda bisa ucapkan syukur bagi Tuhan.”
Jadi, mengucap syukur adalah kewajiban kita sebagai orang beriman. Yesus telah memberi contohnya. Para rasul telah memberi anjuran tentang itu. Dan kita hanya tinggal melaksanakannya. Mengucap syukur dalam perkataan dan perbuatan. Dalam seluruh hidup ini. Dengan keyakinan ini, bahwa Tuhan adalah sumber segala berkat, maka apapun yang lakukan hendaknya kita lakukan karena Dia, oleh Dia, dan untuk Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36)