Menolong Yang Berkekurangan
1 Yohanes 3 : 17
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya
Perbedaan kaya-miskin tersebut seharusnya tidak menyebabkan keterpisahan antara yang kaya dan yang miskin, tetapi seharusnya menjadi sarana pemersatu. Yang kaya tidak boleh merasa sombong karena semua kekayaan yang dimilikinya adalah pemberian Allah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Walaupun dari sudut pandang hukum, yang kaya tidak wajib membantu yang miskin, tetapi dari sudut pandang rohani, yang kaya memiliki kewajiban untuk memberi kepada yang miskin. Menutup pintu hati terhadap orang miskin merupakan tanda bahwa seseorang tidak memiliki kasih Allah di dalam hatinya (1 Yohanes 3:17). Bila kekayaan dipandang sebagai sarana yang diberikan Allah agar kita bisa menolong orang yang berkekurangan, maka kekayaan akan menjadi alat pemersatu (Bandingkan dengan Kisah Para Rasul 2:45) yang membentuk keseimbangan (2 Korintus 8:13-15).
Hari-hari ini rasanya masih banyak orang menderit kekurangan, entah karena musim kemarau yang berkapanjangan atau musibah banjir, tanah longsor, perluasan Lumpur Lapindo dst…Marilah kita buka hati kita dan secara konkret mengulurkan bantuan atau sumbangan entah berupa tenaga, harta benda, makanan dan minuman, uang atau obat-obatan sesuai dengan kebutuhan saudara-saudari kita yang sedang menderita kekurangan. Membiarkan mereka menderita kekurangan berarti membunuh mereka pelan-pelan. Memberi sebagai perwujudan kasih sejati bukan berasal dari kelebihan melainkan dari kekurangan; memberi dari kelebihan berarti membuang sampah, menjadikan sesama sebagai tempat sampah alias melanggar harkat martabat manusia. Dalam hal rezeki misalnya marilah kita hayati doa yang biasa setiap hari atau setiap kali kita doakan “Berilah kami rezeki hari ini secukupnya” (bagian dari Doa Bapa Kami), bukan sebanyak-banyaknya atau menumpuk rezeki untuk tujuh turunan sehingga yang lain menderita, mati kelaparan.