Kembali Kepada Allah
Yesaya 44 : 22
Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau
Kita semua bebas melakukan apa pun yang kita mau dan menjalani hidup yang kita ingini (1 Kor. 10:23). Tetapi, tidak semua hal yang kita lakukan itu bermanfaat dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Semakin lama kita berada di jalan tersebut, semakin jauh kita dari Allah. Lagipula, semakin banyak waktu kita habiskan dengan jauh dari-Nya, maka semakin sedikit kita akan hidup bagi Dia dan melakukan hal-hal yang memuliakan Dia.
Allah yang Mahabaik ingin manusia hidup berbahagia dalam hubungan cinta kasih dengan-Nya, untuk itu Ia memberikan manusia kehendak bebas, agar dapat mengasihi Allah dalam kebebasan. Dalam kenyataannya manusia telah menyalahgunakan kebebasan itu, merusak rusak kodratnya sebagai gambaran Allah dengan melakukan dosa, yang dapat membawa kepada kebinasaan. Puji Tuhan, dalam kebaikan-Nya yang tak terbatas, Allah telah mengutus Putera-Nya untuk menyelamatkan, memulihkan kembali manusia yang telah terpisah dengan Allah.
Ketika kita menjalani hidup, banyak situasi yang mengingatkan betapa lemahnya kita sesungguhnya. Dan selagi kita ada di dunia ini, kita tidak dapat tetap benar dan kudus tanpa terus menerus memperbaharui diri menuju Allah (Hos. 6:3). Kadang-kadang, mungkin ada suatu titik saat kita nyaris meninggalkan iman dan Allah dengan menyerah pada pencobaan dan kelemahan. Roh Kdusu, yang diberikan Tuhan, lebih kuat dari kelemahan atau pencobaan apa pun. Ia tak akan pernah membiarkan kita terkatung-katung dan Ia akan selalu ada di depan kita, tetapi kita harus senantiasa tinggal di dalam-Nya (Yoh. 15:4). Tetapi, ini merupakan hubungan timbal balik—Roh Kudus akan selalu menolong kita, tetapi kita juga harus mengerjakan bagian kita.
Jadi orang lebih dahulu mengalami pengampunan dari Allah baru kemudian mengasihi Dia. Dengan kata lain pertobatan merupakan suatu tanggapan dari kebaikan hati Allah yang dialami orang berdosa. Manusia lebih dahulu mengalami Allah, kemudian barulah dia bertobat, meninggalkan dosa-dosanya dan berbalik kepada Allah. Jadi pertobatan yang diberitakan Yesus tidak merupakan syarat untuk mendapatkan keselamatan (Kerajaan Allah), melainkan keselamatan telah dianugerahkan, rahmat Allah telah dan akan terus dicurahkan kepada manusia sehingga menghasilkan pertobatan. Allah mendekati manusia, merangkul dan mengangkatnya menjadi anak-anak-Nya, menjadi ahli waris Kerajaan-Nya. Lalu manusia yang sebelumnya adalah tawanan dan budak dosa bertobat, mengubah jalan hidupnya, berbalik kepada Allah yang baik dan menyerahkan diri kepada kehendak-Nya.