Selasa, 29 Maret 2011

Renungan Hari Senin, 31 Januari 2011

Kembali Kepada Allah
Yesaya 44 : 22
Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau
Kita semua bebas melakukan apa pun yang kita mau dan menjalani hidup yang kita ingini (1 Kor. 10:23). Tetapi, tidak semua hal yang kita lakukan itu bermanfaat dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Semakin lama kita berada di jalan tersebut, semakin jauh kita dari Allah. Lagipula, semakin banyak waktu kita habiskan dengan jauh dari-Nya, maka semakin sedikit kita akan hidup bagi Dia dan melakukan hal-hal yang memuliakan Dia.
Allah yang Mahabaik ingin manusia hidup berbahagia dalam hubungan cinta kasih dengan-Nya, untuk itu Ia memberikan manusia kehendak bebas, agar dapat mengasihi Allah dalam kebebasan. Dalam kenyataannya manusia telah menyalahgunakan kebebasan itu, merusak rusak kodratnya sebagai gambaran Allah dengan melakukan dosa, yang dapat membawa kepada kebinasaan. Puji Tuhan, dalam kebaikan-Nya yang tak terbatas, Allah telah mengutus Putera-Nya untuk menyelamatkan, memulihkan kembali manusia yang telah terpisah dengan Allah.
Ketika kita menjalani hidup, banyak situasi yang mengingatkan betapa lemahnya kita sesungguhnya. Dan selagi kita ada di dunia ini, kita tidak dapat tetap benar dan kudus tanpa terus menerus memperbaharui diri menuju Allah (Hos. 6:3). Kadang-kadang, mungkin ada suatu titik saat kita nyaris meninggalkan iman dan Allah dengan menyerah pada pencobaan dan kelemahan. Roh Kdusu, yang diberikan Tuhan, lebih kuat dari kelemahan atau pencobaan apa pun. Ia tak akan pernah membiarkan kita terkatung-katung dan Ia akan selalu ada di depan kita, tetapi kita harus senantiasa tinggal di dalam-Nya (Yoh. 15:4). Tetapi, ini merupakan hubungan timbal balik—Roh Kudus akan selalu menolong kita, tetapi kita juga harus mengerjakan bagian kita.
Jadi orang lebih dahulu mengalami pengampunan dari Allah baru kemudian mengasihi Dia. Dengan kata lain pertobatan merupakan suatu tanggapan dari kebaikan hati Allah yang dialami orang berdosa. Manusia lebih dahulu mengalami Allah, kemudian barulah dia bertobat, meninggalkan dosa-dosanya dan berbalik kepada Allah. Jadi pertobatan yang diberitakan Yesus tidak merupakan syarat untuk mendapatkan keselamatan (Kerajaan Allah), melainkan keselamatan telah dianugerahkan, rahmat Allah telah dan akan terus dicurahkan kepada manusia sehingga menghasilkan pertobatan. Allah mendekati manusia, merangkul dan mengangkatnya menjadi anak-anak-Nya, menjadi ahli waris Kerajaan-Nya. Lalu manusia yang sebelumnya adalah tawanan dan budak dosa bertobat, mengubah jalan hidupnya, berbalik kepada Allah yang baik dan menyerahkan diri kepada kehendak-Nya.

Renungan Hari Minggu III Setelah Epipanias, 30 Januari 2011

Melaksanakan Perintah Tuhan
Yohanes 2 : 1 -12
Kata "anggur" pada zaman Alkitab pengertiannya tidak sama dengan anggur yang dimaksudkan pada saat ini. Fermentasi (peragian) yang alamiah menghasilkan alkohol dengan jumlah maksimum hanya 14%. Kadar alkohol yang lebih tinggi membunuh sel ragi yang menghasilkannya. Semua minuman modern yang beralkohol dengan kadar 50% alkohol atau lebih adalah hasil dari proses-proses pembekuan dan distilasi (penyulingan) yang tidak dikenal pada zaman kuno. Di Palestina kuno, anggur mengandung tidak lebih dari 8% alkohol karena jumlah gula alami yang terbatas dalam sari buah anggur. Orang Yahudi tidak mempunyai gula tebu, sehingga tidak dapat menambahkan gula. Pertimbangan kedua adalah bahwa Alkitab dalam bahasa Inggris maupun Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani menerjemahkan dua kata Ibrani yang berbeda sebagai wine ("anggur"), atau dalam bahasa Yunani "oinos" 
Anggur merupakan suatu kewajiban di pesta perkawinan orang Yahudi. Bagi mereka, anggur melambangkan dan membangkitkan rasa sukacita (Amos 9:13, Hosea 14:7) tetapi kemabukan dianggap tidak layak. Anggur yang dihidangkan bukanlah jus buah anggr," melainkan anggur yang mengandung alcohol. Masalah kehabisan anggur ini pasti menimbulkan rasa malu, jika apa yang mereka hidangkan tidak lengkap; Mungkin mereka bukan orang kaya, dan jumlah anggur yang mereka sediakan pas-pasan. Ada kemungkinan adalah kerabat dari mempelai itu, sehingga Maria terlibat dalam urusan konsumsi di pernikahan itu, dan dia dapat mengemukakan hal ini dan juga dapat memberi perintah kepada pelayan-pelayan. Maria datang kepada Yesus untuk menceritakan bahwa persediaan Anggur sudah habis.
Pada perkawinan di kana itu, Tuhan Yesus menyatakan diriNya kepada enam muridNya yang pertama bahwa Dia adalah Mesias, disitu Ia menyatakan kemuliaan dan kemahakuasaanNya di hadapan mereka, dan iman mereka menjadi bertambah-tambah, salah satu murid yang menjadi saksi mata peristiwa ini, mencatatnya dan mengabarkan kepada kita para pembacanya untuk menjadi percaya dan mendapatkan karunia keselamatan seperti yang telah dinikmatinya. Kitapun dapat mengikuti jejaknya untuk dapat pula menyaksikan karunia besar yang diberikan Tuhan Yesus kepada umat yang percaya kepadaNya.
 Banyak orang tidak menyadari bahwa setiap berkat datangnya dari Dia, Sang Pencipta dan Pemelihara ciptaan-Nya. Banyak orang menganggap bahwa rejeki, keuntungan adalah hasil jerih payahnya sendiri. Hanya hasil kerja kerasnya sendiri. Maka, mereka berpikir, sudah sepantasnya jika untung, semuanya dinikmati sendiri juga.   Sikap orang Kristen tidak begitu. Karena kita yakin bahwa Allah itulah sumber segala berkat dan rejeki, maka kepada-Nya kita datang untuk mengangkat hati dan mengucap syukur. Rasul Paulus berpesan, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tes. 5:18).     Sungguh mudah kita mengucap syukur di kala kelimpahan, sukses, dan keadaan sehat. Mulut kita tak hentinya memuji kebaikan Tuhan. Bibir kita tak putusnya menebar senyuman. Tapi... di kala banjir seperti sekarang ini. Wah, wah, wah! Mengucap syukur?? Tunggu dulu deh. Bisa-bisa dianggap orang kurang waras, kan?    Namun Paulus tetap konsisten dalam nasihatnya. Mengucap syukurlah dalam SEGALA HAL. Dalam setiap keadaan. Pada setiap saat. Saya kembali teringat akan kata-kata Rick Warren yang pernah saya kutip dalam renungan ini. “Tidak peduli betapa baiknya hidup Anda, selalu ada hal buruk yang Anda perlu atasi. Dan tidak peduli betapa buruknya hidup Anda, selalu ada hal baik yang (atasnya) Anda bisa ucapkan syukur bagi Tuhan.” 
    Jadi, mengucap syukur adalah kewajiban kita sebagai orang beriman. Yesus telah memberi contohnya. Para rasul telah memberi anjuran tentang itu. Dan kita hanya tinggal melaksanakannya. Mengucap syukur dalam perkataan dan perbuatan. Dalam seluruh hidup ini. Dengan keyakinan ini, bahwa Tuhan adalah sumber segala berkat, maka apapun yang lakukan hendaknya kita lakukan karena Dia, oleh Dia, dan untuk Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36)

Renungan Hari Sabtu, 29 Januari 2011

Hidup Dalam PemerintahanNya
Wahyu 1 :  5 – 6
Dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya --  dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.
Melalui Injil hari ini, Yesus jelas-tegas mengatakan bahwa kerajaan-Nya bukan di dunia (bdk Yoh 18:36). Lantas, ngapain Yesus sebagai Raja Semesta Alam? Istilah raja berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan-Nya berasal dari Allah ke dalam dunia. Ia pun mengatakan, untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37). Dengan begitu, Ia memiliki kekuasaan untuk mewartakan kebenaran, memperkenalkan sekaligus menghadirkan kasih Bapa bagi keselamatan alam semesta.
Tuhan Yesus menginginkan kita hidup dalam pemerintahanNya baik kita masih ada di bumi (“Datang KerajaanMu, Jadilah kehendakMu di bumi seperti di Surga”) maupun nanti di kerajaan seribu tahun. Yesus Kristus adalah saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, - bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin. Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. "Aku adalah Alfa dan Omega," firman Tuhan Allah, "yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."

Renungan Hari Jumat, 28 Januari 2011

Kemerdekaan Kristen Adalah Karya Kristus
Galatia 5 : 1
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
 Apa makna kemerdekaan sebenarnya? Pertanyaan ini sulit dijawab namun bisa kita renungkan setidaknya dari terjemahan, tafsiran dan analogi kata merdeka itu sendiri. Kata merdeka merupakan serapan dari bahasa Sansekerta mahardhika, dalam bahasa Arab kita kenal daulat dan dalam bahasa Inggris adalah independent. Dalam bahasa Arab kata daulah mula-mula berarti beredar/berkelilingnya para raja di antara rakyatnya ditempat tertentu. Kemudian mengalami pergeseran makna, sehingga dikatakan daulatu fulan (daulahnya si polan), yang berarti sebuah masa atau tempat yang menunjukkan adanya tanda-tanda kekuasaan. Kemerdekaan adalah saat di mana sebuah Negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya. Dan saat di mana seseorang mendapatkan hak untuk mengendalikan dirinya sendiri tanpa campur tangan orang lain dan atau tidak bergantung pada orang lain.
Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu; bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah di Anatolia Pusat di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi. Surat ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran salah itu, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar.
Kita mengalami kemerdekaan karena karya Kristus (Yohanes 8:34-36 - Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka" ). Dan kemerdekaan yang diberikan Kristus harus terwujud nyata dalam kehidupan kita setiap hari. Kemerdekaan kita akan terwujud dalam kehidupan kita jika kita menyadari perubahan yang telah Allah kerjakan dalam diri kita dan mulai bertindak sesuai dengan posisi dan sifat dasar kita yang baru. Kita perlu bertobat dari semua dosa serta keterlibatan kita dengan kuasa gelap dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan.
Akan tetapi, banyak orang Kristen yang masih belum berjalan dalam kemerdekaan di dalam Kristus. Walaupun mereka sudah percaya kepada Yesus dan secara umum telah mengakui dosa, namun kenyataannya kehidupan mereka masih kurang bahagia karena masih ada dosa dan keterlibatan dengan kuasa gelap yang mempengaruhi kehidupan dan menghalangi pertumbuhan rohani mereka. Sebab itu dibutuhkan pertobatan yang sungguh-sungguh dan pembaharuan terus-menerus sehingga dosa dan kejahatan tidak lagi menjajah kehidupan kita. Dengan demikian kemerdekaan yang kita terima dapat dipertahankan dengan sepenuhnya.

Renungan Hari Kamis, 27 Januari 2011

Kebangkitan Kristus Dasar Keyakinan
1 Korintus 15 : 20
Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal
Kristus mati bukan karena kesalahan-Nya (karena Ia tidak berdosa), tetapi kare­na Ia menempati posisi kita sebagai manusia berdosa untuk menerima hukuman Allah. Kristus dikuburkan sebagai bukti bahwa Ia benar-benar telah mati. Ia bangkit sebagai bukti bahwa Ia telah berhasil mengalah­kan kuasa dosa dan kuasa maut dan dengan demikian menyelesaikan misi untuk menyelamatkan manusia berdosa.
Kebangkitan Kristus dibuktikan melalui berbagai peristiwa penampak­an diri Tuhan Yesus sesudah Dia dikuburkan (15:5-8). Kebangkitan Kristus ini amat penting bagi iman Kristen karena kebangkitan Kristus merupakan dasar bagi keyakinan tentang pengampunan dosa di dalam Kristus dan dasar pengharapan Kristen mengenai kehidupan sesudah kematian yang akan diawali dengan kebangkitan orang mati. Adanya pengharapan tentang kebangkitan orang mati ini merupakan dasar bagi pelayanan Kristen.
Peristiwa ini sungguh mengharukan hanya karena curahan kasihNya dengan rela  menanggung derita yang tiada taranya dan disalibkan bersama orang  berdosa. Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: “ Ia akan  terhitung diantara orang-orang durhaka. (Markus 15:28). Padahal Ia tidak pernah berbuat kekerasan atau perkataan dusta sepanjang hidupNya tetapi sebagai kebenaran untuk memikul dan mengalahkan dosa-dosa kita.  Gambaran ini dalam arti rohaninya  dia tertikam oleh karena  pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran  yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh  bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Akan tetapi Allah menunjukkan  kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (Rm 5:8) Kematian Kristus adalah kehidupan bagi  orang percaya.

Renungan Hari Rabu, 26 Januari 2011

Tuhan Gembala Kita
Yehezkiel 34 : 22a
Maka Aku akan menolong domba-domba-Ku, supaya mereka jangan lagi menjadi mangsa
Daud adalah gembala Israel yang dijanjikan akan membawa pemulihan bagi Israel, dan pemulihan yang mengarah pada kesempurnaan hidup itu terus akan terjadi melalui karya Kristus yang lahir dari keturunan Daud. Janji penyertaan dan pemulihan ini diberikan semata-mata karena bangsa Israel adalah domba-domba Allah, atau milik Allah. Ia tidak akan menelantarkan umatNya. Janji ini pun berlaku untuk kita sekarang. Allah tidak akan tinggal diam melihat penderitaan umatNya. Ia akan tampil sebagai Hakim atas hidup kita. Ia tahu siapa yang bersalah dan siapa yang perlu untuk ditolong. Keyakinan bahwa Allah bertindak sebagai Gembala dan sekaligus Hakim membuat kita (1) kuat menanggung dan menghadapi segala persoalan ketika kita merasa hidup ini tidak adil bagi Anda. Anda tidak ditinggalkan sendirian. Ada Gembala yang senantiasa menuntun dan menaungi kita, apalagi ketika kita merasa sangat lemah karena segala sesuatu yang terjadi di hidup kita (2) kuat berpegang dalam iman untuk tidak terpengaruh dalam jebakan lingkaran ketidakadilan (karena kita diperlakukan tidak adil, maka kita pun bersikap tidak adil terhadap orang lain). Karena Ia bukan hanya menjadi Hakim atas hidup orang lain, tetapi juga menjadi Hakim atas hidup kita sendiri.
Injil menjelaskan perkenalan antara Yesus Kristus dan semua anggota jemaat. Hubungan itu erat dan mesra, seperti gembala dan kawanannya. Domba-domba menjadi jinak dan mendapatkan rasa aman tentram berkat kehadiran gembala mereka. Tetapi dari lain pihak sang gembala juga mengenal baik kawanan itu.
Kebaikan gembala ternyata bukan saja dalam menjaga seluruh kawanan yang dipercaya kepadaNya (bdk. Yoh. 10:27-29). Tetapi juga kebaikan hati menjadi landasan mengapa kawanan mengenal gembala dan gembala mengenali kawanannya. Sebab itu kawanan bisa menjadi jinak pada gembala yang baik.

Renungan Hari Selasa, 25 Januari 2011

Menolong Yang Berkekurangan
1 Yohanes 3 : 17
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya
Perbedaan kaya-miskin tersebut seharusnya tidak menyebabkan keterpisahan antara yang kaya dan yang miskin, tetapi seharusnya menjadi sarana pemersatu. Yang kaya tidak boleh merasa sombong karena semua kekayaan yang dimilikinya adalah pemberian Allah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Walaupun dari sudut pandang hukum, yang kaya tidak wajib membantu yang miskin, tetapi dari sudut pandang rohani, yang kaya memiliki kewajiban untuk memberi kepada yang miskin. Menutup pintu hati terhadap orang miskin merupakan tanda bahwa seseorang tidak memiliki kasih Allah di dalam hatinya (1 Yohanes 3:17). Bila kekayaan dipandang sebagai sarana yang diberikan Allah agar kita bisa menolong orang yang berkekurangan, maka kekayaan akan menjadi alat pemersatu (Bandingkan dengan Kisah Para Rasul 2:45) yang membentuk keseimbangan (2 Korintus 8:13-15).
Hari-hari ini rasanya masih banyak orang menderit kekurangan, entah karena musim kemarau yang berkapanjangan atau musibah banjir, tanah longsor, perluasan Lumpur Lapindo dst…Marilah kita buka hati kita dan secara konkret mengulurkan bantuan atau sumbangan entah berupa tenaga, harta benda, makanan dan minuman, uang atau obat-obatan sesuai dengan kebutuhan saudara-saudari kita yang sedang menderita kekurangan. Membiarkan mereka menderita kekurangan berarti membunuh mereka pelan-pelan. Memberi sebagai perwujudan kasih sejati bukan berasal dari kelebihan melainkan dari kekurangan; memberi dari kelebihan berarti membuang sampah, menjadikan sesama sebagai tempat sampah alias melanggar harkat martabat manusia. Dalam hal rezeki misalnya marilah kita hayati doa yang biasa setiap hari atau setiap kali kita doakan “Berilah kami rezeki hari ini secukupnya” (bagian dari Doa Bapa Kami), bukan sebanyak-banyaknya atau menumpuk rezeki untuk tujuh turunan sehingga yang lain menderita, mati kelaparan.

Renungan Hari Senin, 24 Januari 2011

Memandang Allah
Mazmur 34 : 6
Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Kita tidak dapat memandang ALLAH, sebab orang yang memandang wajah ALLAH akan mati. Mengapa demikian? Rasul Paulus dalam suratnya menjelaskan, bahwa kita ini terdiri dari darah dan daging yang penuh dosa, sedangkan ALLAH adalah ROH yang kudus.
Namun secara naluri, sejak dulu manusia ingin menyembah ALLAH. Manusia menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Dalam segala keterbatasannya, manusia mencari sesuatu yang besar untuk disembah, misalnya mengkeramatkan pohon besar atau batu besar dan menyembahnya. Ada yang menciptakan patung berhala dan menganggapnya sebagai allah. Mungkinkah manusia dapat bertemu ALLAH dengan menyembah patung yang diciptakannya sendiri?
Bila kita telusuri lebih dalam, bukan sembarang orang yang dapat memandang-NYA, tetapi ditetapkan syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memandang wajah-NYA, yaitu memiliki hati yang tulus. TUHAN YESUS mengajarkan kepada kita agar kita tulus seperti merpati, yang merupakan lambang ROH KUDUS. Seseorang akan mampu memandang wajah-NYA yang kudus jika ROH KUDUS tinggal di dalam dirinya. Pandangan Daud jauh ke depan dalam menuliskan mazmur ini, sebab dia menerima wahyu ilahi. Jika kita sendiri, tanpa ROH KUDUS di dalam hati kita, maka kita tidak akan tahan bertemu muka dengan muka dengan ALLAH.

Renungan Hari Minggu II Setelah Epipanias, 23 Januari 2011

Mempersembahkan Persembahan Pada Allah
Matius 2 : 1 – 12
Yusuf senantiasa peka akan suara Allah dan menjalani kehendak-Nya tanpa syarat. Dia tidak berupaya menawar perintah Allah. Dan itulah yang seharusnya dilakukan setiap orang yang merasa dirinya sebagai hamba Allah. Yusuf selalu berupaya melakukan apa yang diperintahkan Allah. Perhatikan: ketika malaikat Tuhan memerintahkan Yusuf untuk tetap menjadi suami Maria, dia taat; ketika malaikat Tuhan meminta Yusuf untuk menyelamatkan anak dan istrinya, dia taat; dan ketika malaikat Tuhan memerintahkan Yusuf untuk kembali ke Israel, dia pun taat. Bahkan, Yusuf secara sadar, karena dinasihati dalam mimpi, Yusuf tinggal di Nazaret. Itu menjadi penting karena Yusuf ingin menggenapi kehendak Allah dalam diri-Nya. Sehingga nantinya Yesus disebut juga orang Nazaret.
Orang Majus yang merupakan ahli perbintangan, dan banyak yang menyebutnya sebagai raja-raja Timur itu, menyembah Yesus. Tak hanya menyembah, mereka juga mempersembahkan persembahan! Bukan memberikan persembahan Tetapi mempersembahkan persembahan. Memberikan berarti kita berada pada posisi yang lebih tinggi. Memberikan berarti saya di atas. Sedangkan mempersembahkan berarti kita berada pada posisi yang lebih rendah. Telapak tangan menghadap keatas. Allah adalah pemilik alam semesta. Mempersembahkan berarti kita menyadari apa yang kita miliki berasal dari padanya semata. Wajar bukan jika keluarga muda itu merasa bangga? Anak mereka sungguh bukan orang sembarangan. Orang-orang asing pun merasa perlu mencari untuk menyembah-Nya.
Emas adalah lambang kekayaan, kemenyan lambang keimanan/ibadat, sedangkan mur adalah lambing kebesaran, pangkat atau kedudukan. Orang-orang majus atau tiga raja menghayati atau memfungsikan aneka kekayaan, bentuk peribadatan serta jabatan, pangkat atau kedudukan sebagai anugerah Tuhan, dan dengan demikian mereka senantiasa mendambakan atau merindukan kebersamaan dengan Tuhan setiap hari.  Maka mereka peka terhadap aneka gejala atau tanda yang ada di alam raya ini, sehingga pada suatu saat mereka melihat sebuah bintang khusus, yang menandakan bahwa Penyelamat Dunia, Almasih, telah datang/lahir di dunia ini. Mereka pun tergerak untuk mengikuti gerak bintang tersebut, yang menunjukkan tempat Almasih atau Penyelamat Dunia yang baru saja lahir berada.

Renungan Hari Sabtu, 22 Januari 2011

Jangan  Takut, Bersukacitalah
Yoel 2 : 21
Jangan takut, hai tanah, bersorak-soraklah dan bersukacitalah, sebab juga TUHAN telah melakukan perkara yang besar
Ketakutan tidak hanya dialami orang-orang dunia, namun orang Kristen pun sering ditimpa rasa takut. Di saat-saat ketakutan menyerang ingatlah firman Tuhan dan Dia selalu berada di pihak kita. Agar beroleh kekuatan kembali kita harus percaya kepada janji firmanNya, sebab “Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.” (Yesaya 7:9b). Didalam pekerjaan atau pelayanan, dukacita mendahului sukacita. Seperti seorang ibu yang melahirkan, pertama-tama melewati penderitaan dan kemudian sukacita tak terperi sesudah bayinya lahir. Prinsip ini membuat kita tidak putus asa mana kala hari ini kita melewati masa-masa sulit. Semua ratapan, tangisan, dan derita hari ini adalah jalan pembuka bagi masa-masa sukses dan keemasan dihari esok.
Tuhan masih akan terus berkarya, di tengah kondisi tanah air yang masih porak-poranda. Dia akan terus bekerja, saat umat harus kembali membangun dari nol, dengan cucuran air mata (ayat 4-6). Pernahkah Anda sembuh dari sakit? Pulih dari hubungan yang retak? Merasakan kekuatan dalam kelemahan? Mengalami berkat di tengah krisis? Itu adalah bukti nyata: Tuhan telah melakukan perkara besar dalam hidup Anda di masa lalu. Hebatnya, Tuhan tak pernah bekerja separuh jalan. Dia masih menyiapkan perkara besar untuk hari esok Anda. Jangan khawatir atau meragukan pimpinan-Nya! 

Renungan Hari Jumat, 21 Januari 2011

Mengkaui Dosa Pada Tuhan
1 Johanes 1 : 9
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan
Ada satu hal yang bisa menghalangi Allah bekerja di tengah-tengah kita, yaitu dosa, pergerakan hayat daging; hal ini terus membuat kita meninggalkan Roh Kudus, sehingga kita tidak bisa berperilaku di dalam Roh Kudus. Roh kita sering dipengaruhi oleh kekuatan jahat ini, meskipun kita sekuatnya berusaha, selalu tidak bisa mengendalikan roh kita, dan bergerak di dalam ketenangan Allah. Sifat jahat yang belum mati tersalib ini, juga bahan yang dipakai oleh Iblis dan roh jahatnya untuk bekerja, yang cukup membuatnya menjadi nyala api yang besar; inilah sebabnya kita sering berperang dengan kuasa gelap, juga merupakan “tempat pijak” yang sering dipakai oleh mereka untuk menyerang kita. Mungkin kita telah belajar bagaimana melalui darah adi baru bisa mengalahkan mereka, tetapi kalau tetap “menyisahkan tempat” bagi mereka, mereka sewaktu-waktu bisa kembali menyerang kita. 
Berbagai masalah dalam hidup kita tak jarang berakar pada dosa. Jangan hanya berfokus pada masalah itu sendiri, lihatlah lebih dalam kepada dosa yang menyebabkannya. Sebelum kita "membereskan" masalah kita, baiklah terlebih dahulu kita membereskan dosa kita di hadapan Tuhan. Bertobatlah, dan mintalah ampun kepada-Nya. Pemulihan relasi dengan Tuhan ini dapat menjadi dasar dan sumber kekuatan bagi kita untuk menghadapi masalah yang ada.
Jika kita berbuat dosa, mengetahui dosa kita sendiri, dan kitapun mengakui bahwa kita berbuat dosa tersebut, maka Allah akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Sebab "Allah adalah setia," Ia tidak dapat tidak setia, tidak dapat tidak menggenapkan firman dan janjiNya; dan lagi “Ia adalah adil," maka la tidak dapat tidak puas, dan tidak dapat tidak menghitung pekerjaan dan penebusan PuteraNya di salib. Ia telah berjanji, la tidak dapat tidak mengampuni. la adalah setia dan adil, maka la tidak dapat tidak mengampuni dosa kita, tidak dapat tidak menyucikan kita dari segala kejahatan.

Renungan Hari Kamis, 20 Januari 2011

Bersemangat Dalam Tuhan
Roma 12 : 11
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan
Tuhan menghendaki kita semua tetap bersemangat, jangan malas, jangan ketinggalan!  Tingkat pengertian yang telah kita capai saat ini, kita lanjutkan dengan semangat, kekuatan dan pengharapan yang sama, menyala-nyala – tidak kendor – menurut jalan yang telah kita tempuh.  Haleluya! Bagi pemalas, belajarlah dari semut, dan jadilah bijak!  Meski tidak ada yang memimpin dan mengatur, tiap semut tahu tugasnya.  Mereka rajin dan tekun mengumpulkan makanan pada musim panas, menyimpan persediaan makanan untuk musim dingin!  Sebentar lagi bermalas-malasan, berpangku-tangan, atau tinggal berbaring, tiba-tiba kemiskinan & kekurangan datang menyergap – Amsal 6:6-11.
Orang kristen yang rohnya menyala-nyala ditandai dengan semangatnya dan sikapnya yang pro-aktip dalam kegiatan pekerjaan TUHAN atau dalam pelayanan rohani dan juga dalam kegiatan sehari-hari…., karena salah-satu yang terpenting dalam mencapai sesuatu, adalah gairah / semangat dalam hidup. Tetapi bagaimana jadinya dengan orang kristen yang roh-nya kendor dan tidak menyala-nyala ? Kalau roh kita kendor / tidak menyala-nyala atau "suam-suam kuku", dan tidak dingin atau panas, maka TUHAN akan memuntahkan kita dari mulutNya. (Wahyu 3:17).

Renungan Hari Rabu, 19 Januari 2011

Tempat Yang Kekal
Ibrani 13 : 14
 Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang
Seringkali manusia hanya memperhatikan kehidupan yang sementara saja dan berpikir atau berperilaku seolah-olah tidak ada kehidupan lain sesudah hidup di dunia ini. Tetapi apakah kita memiliki pandangan tentang kehidupan kekal atau tidak, itu tidaklah mengubah kenyataan bahwa akan ada kekekalan yang akan kita jalani selama-lamanya. Sementara kehidupan di bumi menawarkan banyak pilihan, kekekalan menawarkan hanya dua pilihan: surga atau neraka. Kehidupan di dunia ini hanyalah persiapan untuk kehidupan kekal nanti. Apabila kita sepenuhnya memahami bahwa kehidupan ini bukan sekedar yang ada sekarang, dan kita memahami bahwa kehidupan hanyalah persiapan untuk menghadapi kekekalan, kita akan mulai hidup dengan berbeda.
Paulus mengatakan bahwa orang percaya sekarang ini memperoleh Surga di dalam pengharapan (Ef. 1:3) dan semua yang Dia janjikan akan diperoleh pada kedatanganNya yang kedua kali. Melalui kehinaan dan salib yang diterima Kristus dan kemuliaanNya, Kristus mempersiapkan tempat bagi orang tebusan. Tanpa kematian Kristus tidak akan pernah ada tempat bagi manusia berdosa dan tanpa kenaikan ke Surga tidak akan ada Roh Kudus yang datang untuk mempersiapkan orang percaya masuk ke dalam rumah Bapa. Karena hanya oleh pekerjaan Roh Kudus saja, manusia dapat dilahirkan kembali dan percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah (1 Kor 12:3).
Pengikut-pengikut Yesus mempertaruhkan hidup mereka bagi pemberitaan kebenaran tentang kebangkitan Yesus. Mereka memberitakan harapan yang ditawarkan Yesus kepada semua pengikut-Nya. “Sebab Aku hidup, kamu pun akan hidup” (Yoh. 14:19). Allah telah mempersiapkan bagi kita kemuliaan kekal yang melampaui usia kita yang singkat di dunia ini.
Segala sesuatu di muka bumi ini fana. Hanya hal yang rohani yang abadi. Mendapatkan perspektif yang tepat mengenai kematian, berarti mendapatkan perspektif tepat pula tentang kehidupan. Hal ini membuat kita membuka diri terhadap dimensi rohaniah. Kematian akan ditelan oleh kekekalan; hidup menjadi bermakna dan bertujuan.
Setiap orang tahu bahwa pada suatu hari dia akan mati. Kematian tidak memandang usia, kekayaan atau kedudukan. Kematian itu tidak dapat dielakkan. Kita perlu membuat persiapan menyambut kedatangannya. Ternyata, Tuhan telah terlebih dahulu menyiapkan tempat tinggal di Rumah Bapa. Berdasarkan anugerah-Nya, Tuhan membuka jalan yang lebih lapang untuk pulang ke rumah yang di surga. Kenyataan seperti itu bisa dirasakan dan memberi pandangan baru tentang kematian.
Dari pihak kita dibutuhkan keyakinan yang teguh pada kemampuan Tuhan untuk melakukan apa yang terbaik. Ada pelepasan, sukacita, dan kedamaian di saat-saat kematian. Kita dibawa melampaui kenyataan itu ke ruang-ruang kebakaan. Di situ kita dapat melihat rumah yang disediakan Allah Bapa di surga. Kita membutuhkan sudut pandang ini untuk bersiap diri.

Renungan Hari Selasa, 18 Januari 2011

Persekutuan Kristen
1 Yohanes 1 : 3
Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus
Persekutuan itu merupakan persekutuan dengan Bapa dan dengan AnakNya. Bapa dan Anak adalah sesuatu yang berhubungan dengan keluarga. Jadi koinonia itu adalah sesuatu yang seharusnya ada didalam keluarga. Apabila suatu keluarga Kristen memperoleh koinonia yang sesungguhnya, maka keluarga itu adalah satu. Ini sesungguhnya adalah berkat tertinggi yang mungkin diperoleh dalam suatu keluarga.
Kebanyakan keluarga Kristen tidak mengejar berkat kesatuan ini. Salah satu sebabnya adalah karena banyak keluarga tidak menyadari bahwa sesungguhnya Allah adalah keluarga, dan bahwa Allah adalah satu. Allah ingin mengekspresikan diriNya didalam keluarga-keluarga di muka bumi ini. Inilah alasan utama Allah menciptakan keluarga dimuka bumi ini. Jika kita sebagai keluarga Kristen dapat melihat perkara ini dengan jelas, maka kita akan sungguh-sungguh mengejar berkat kesatuan ini.
Tetapi kesatuan keluarga ini tidak mudah dicapai, karena kesatuan yang dimaksud disini adalah kesatuan seperti yang ada pada Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kesatuan ini adalah satu dalam pikiran, perasaan, dan kehendak. Anak-anak bukan saja tidak memberontak pada orang tua, tetapi mereka mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang sama dengan orang tua. Isteri bukan mengalah dan mematahkan keinginannya sendiri agar dapat tunduk pada suami, tetapi isteri mempunyai keinginan yang sama dengan suaminya. Kesatuan dalam Kristus yang seperti ini, dapat dicapai walaupun tidak mudah. Karena kesatuan keluarga ini adalah berkat, bahkan kami percaya ini adalah berkat tertinggi yang dicurahkan Tuhan bagi umat pilihanNya.

Renungan Hari Senin, 17 Januari 2011

Keadilan Tuhan
Ulangan 16 : 20
Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu."
             Rupanya persoalan pokok umat manusia untuk mencapai kesejahteraan (aman dan makmur) itu dari dahulu hingga sekarang adalah tetap sama yaitu adanya ketidak adilan. Untuk itu Allah selalu menaruh perhatian khusus pada persoalan keadilan itu.
Hukum dibentuk untuk menjamin adanya suatu keadilan, ketertiban, keamanan. Undang Undang sudah dibuat sedemikian baik, rinci, jelas dan lengkap, tetapi apabila aparat/ lembaga peradilan melakukan penyimpangan, pemutar balikkan fakta, keberpihakkan maka keputusan demi keadilan tersebut menjadi tidak adil, tidak jujur yang melahirkan kekecewaan dan kemarahan. Persoalan bangsa ini datang silih berganti sehingga jelas kesejahteraan rakyat tidak dapat tercapai. Kesejahteraan dapat tercapai apabila kita semua menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran dan keadilan, ketiga hal itulah yang menjadi pengahalang tercapainya kesejahteraan yang kita idam idamkan.
Keadilan sudah seperti barang dagangan, yang bisa diperoleh oleh siapapun yang bisa membayar harganya. Orang yang mengungkapkan kebenaran dan membuka adanya kebobrokan justru diperlakukan dengan tidak adil. Para ahli hukum begitu pandainya bersilat lidah dan memutar perkataan, sehingga kebenaran hanya dinikmati oleh mereka yang pandai berdalih dan berargumentasi. Suap, bukan lagi menjadi sesuatu yang menghantui dunia peradilan, tetapi sudah menjadi bahasa dan transaksi sehari-hari dalam setiap proses peradilan. Dan para pemimpin telah menjadikan kata “keadilan” hanya sebagai slogan indah saja, tapi tidak lagi dikenal dan dijalankan dalam proses kepemimpinannya.
Dalam hidup yang sering tidak adil ini, kita harus punya keyakinan bahwa keadilan yang tertinggi adalah keadilan Allah. Sehingga ketika engkau mengatakan “this is not fair” kepada manusia, ingatlah masih ada lagi keadilan yang lebih tinggi. Namun kita juga harus sadar bahwa ketika keadilan Allah yang kita andalkan, maka kita juga harus bersikap adil pada sesama kita. Jangan pernah merugikan orang, menipu, memfitnah, mencelakakan, atau apa saja, karena keadilan Allahpun akan diberlakukan atas kita ketika kita berbuat dosa. Keadilan Allah ini harusnya membuat kita gentar, dan tidak mau sedikitpun memberi tempat pada perbuatan dosa.

Renungan Minggu I Setelah Epipanias,16 Januari 2011

Kita Melihat Allah Melalui Iman
Yohanes 1 : 43 – 51
Inilah Injil yang disebut2 orang seprti sebuah kolam. Dimana jika yang masuk anak2, ia bisa bermain di kolam tersebut. Tetapi jika yang masuk adalah gajah, maka gajah itu bisa tenggelam. Artinya jika kita hanya melihat dalam ukuran yang dangkal, maka kita tidak ada masalah dengan Injil ini, tetapi bagi yang mempelajari lebih dalam lagi, ini adalah Injil yang sulit sekali. Dalam Injil ini, penulis berbicara dalam banyak simbol. Berbicara banyak tentang wejangan2 Tuhan Yesus dan bukan perbuatan-Nya. Dan banyak pesan yang dimasukkan. Jika ada orang2 yang sulit memahami Injil ini, bukankah memang kebesaran Tuhan jauh lebih sulit untuk dipahami. Tidak ada kata2 atau bahkan tulisan yang dapat benar2 menampilkan secara keseluruhan tentang kebesaran Tuhan.
Sekalipun kita tidak dapat memahami Tuhan secara lengkap dan benar, tetapi kita sendiri dikenal penuh oleh Tuhan. Ketika Ia bertemu dengan Natanael, Natanael terkejut sekali “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Percayakah anda bahwa anda sangat dikenal oleh Tuhan ???? Sekalipun anda selalu meragukan akan Ia yang mengenal secara penuh diri anda. Mari kita melihat setiap tanda2 kebesaran-Nya dan percaya bahwa Ia sangat mengenal anda. Dari pengenalan itulah, maka kita senantiasa belajar untuk selalu mengenal Ia.
Kita dipanggil untuk melihat, mengakui dan mengimani bahwa setiap manusia menjadi 'utusan Allah' untuk mewartakan kabar gembira atau keselamatan kepada sesamanya. Kita dipanggil untuk berpikir positif terhadap diri kita maupun sesama kita alias lebih melihat, mengakui dan mengimani kelebihan daripada kekurangan, kebaikan daripada kejahatan, kekuatan daripada kelemahan baik dalam diri kita sendiri maupun sesama dan saudara-saudari kita. Dengan cara itu kiranya kebersamaan hidup kita dimanapun dan kapanpun sungguh dalam keadaan selamat, damai sejahtera.
 "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran" (1Yoh 3:18-19), demikian peringatan Yohanes kepada kita semua. Memang agar kita dapat dipercaya kiranya dalam hal mengasihi lebih dengan perbuatan daripada perkataan atau lidah. "Cinta harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata"  Perbuatan yang kita kenakan kepada sesama dan saudara-saudari sebagai perwujudan cintakasih memang harus memadai:efisien, efektif dan afektif alias perbuatan yang sungguh menyelamatkan dan membahagiakan, lebih-lebih atau terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa. Maka baiklah kita senantiasa terbuka hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau tubuh kita agar dalam mengasihi dengan
baik, benar dan memadai, mengingat dan memperhatikan kebutuhan masing-masing orang berbeda satu sama lain. Agar perbuatan kita sungguh mengena kiranya kita perlu membiasakan diri mengadakan pemeriksaan batin atau pembedaan roh (spiritual discernment) setiap hari, agar kita semakin peka akan kehendak Allah/bisikan Roh Kudus dan kemudian siap siaga dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk melaksanakan kehendak Allah.

Renungan Hari Sabtu, 15 Januari 2011

Mengikut Yesus
Matius 4 : 25
Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.
                Menjadi orang Kristen tidaklah mudah karena kita mengemban tugas yang tidak sembarangan.  Ketika kita memutuskan untuk percaya kepada Yesus Kristus dan menjadikan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat, status kita adalah murid Yesus.  Sebagai murid Yesus kita wajib melakukan semua perintah-perintah Yesus serta meneladani hidupNya sebagaimana tertulis:  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6), sebab untuk itulah  "...kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya"  (1 Petrus 2:21).
     Sungguh, untuk mengikut Yesus dibutuhkan komitmen yang tidak boleh dibuat main-main karena banyak tantangan yang akan kita hadapi dan kita pun harus melakukan kehendakNya dengan taat.  Ketaatan adalah suatu proses di mana kita bisa dikatakan layak untuk menjadi murid Yesus atau tidak, sebab firman-Nya berkata,  "...Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."  (Lukas 9:23).  Menyangkal diri dan memikul salib adalah syarat mutlak yang harus dijalankan oleh setiap murid Yesus.  Melalui penyangkalan diri dan pikul salib kita belajar untuk memiliki kerendahan hati dan punya hati yang teachable (bersedia diajar), supaya kita menjadi murid Yesus yang militan: tidak mudah lemah dan pantang menyerah.

Renungan Hari Jumat, 14 Januari 2011

Yesus Penyembuh
Matius 4 : 24
Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka
Kalau kita lihat acara  renungan kerohanian khususnya Kristen di media elektronik saat ini  banyak menonjolkan masalah  kesembuhan-kesembuhan bagi para pengikutnya. Hal ini tidaklah aneh sebab dalam kitab perjanjian baru khususnya ke-empat injil yang menceritakan kehidupan Yesus, kuasa penyembuhan menjadi salah-satu hal yang sering dicatat. Dari antara nabi-nabi yang pernah ada, Yesus terkenal dengan kuasa penyembuhannya. Dalam tindakan sederhana ini kita melihat bagaimana Yesus menghadapi setiap orang secara personal. Yesus menjawab setiap kebutuhan sesuai dengan harapan yang membutuhkan tersebut. Tidak ada masalah yang terlalu besar yang tidak bisa diselesaikan oleh Tuhan Yesus. Tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan tidak ada roh jahat yang tidak bisa diusir oleh Tuhan Yesus.
Marilah sebagai orang beriman kita hayati rahmat Allah tersebut, sehingga mau tak mau kita juga dipanggil untuk melenyapkan segala penyakit dan kelemahan saudara-saudari kita di dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Marilah kita lihat, perhatikan dan sembuhkan saudara-saudari kita yang sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit phisik/tubuh. Demikian juga mereka yang lemah entah secara spiritual, material, sosial, emosional maupun intelektual hendaknya kita kuatkan. Memang untuk itu kita harus berani berkorban dan berjuang, antara lain dengan ‘berjalan berkeliling di lingkungan hidup atau tempat kerja’ kita, sebagaimana dilakukan oleh Yesus, dan ketika menjumpai mereka yang sakit atau lemah segera kita sembuhkan atau kuatkan. Selain berkorban tenaga maupun waktu, kita hendaknya juga berani berkorban harta benda atau uang. Memang salah satu bentuk utama dari perwujudan cintakasih adalah boros waktu dan tenaga bagi yang terkasih, maka mengasihi yang sakit dan lemah berarti berani memboroskan waktu dan tenaga bagi mereka.

Renungan Hari Kamis, 13 Januari 2011

Dipilih Menjadi Terang
Yesaya 42 : 6
"Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa
Kitab Yesaya bab 40-55 diyakini oleh para ahli bukan ditulis oleh nabi Yesaya yang hidup di Yerusalem pada tahun 740 SM. Kitab ini ditulis oleh seorang nabi yang tidak diketahui jati dirinya pada saat orang Yahudi menjalani pembuangan di Babel sekitar tahun 550 SM, maka biasanya disebut Deutero Yesaya atau Yesaya yang kedua. Pada saat pembuangan Babel orang Israel semakin sedikit, maka Allah mengutus mereka untuk mewartakan karya keselamatan kepada bangsa-bangsa lain, sehingga karya keselamatan Allah dapat diterima oleh semua orang sampai ke ujung bumi.
Sepanjang kisah tokoh-tokoh Alkitab, kita melihat bahwa orang-orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa bukanlah orang-orang yang punya latar belakang hebat. Tuhan tidak memakai ahli perang untuk melawan Goliat, tapi dia memilih seorang anak yang masih kemerahan, yaitu Daud. (1 Samuel 17:42) Gideon hanya disuruh mengumpulkan tidak lebih dari 300 prajurit saja untuk menghadapi tentara Midian dan Amalek yang seperti pasir di tepi laut banyaknya. Yefta adalah seorang anak pelacur (Hakim Hakim 1:11). Yefta adalah produk broken home, diusir dari rumah, dan di masyarakat dia hanyalah orang terbuang. Tapi Tuhan sanggup mengangkatnya menjadi pahlawan gagah perkasa. Paulus seorang pembantai orang kristen, tapi dia diubahkan luar biasa untuk menjadi pewarta firman. Dan ada banyak lagi contoh dari para tokoh Alkitab yang justru berasal dari orang biasa saja, orang tertindas, terbuang, namun kemudian dipakai Tuhan secara luar biasa.
Yesus mengingatkan kembali tugas perutusan mereka bahwa karya keselamatan dari Allah harus diwartakan ke seluruh bumi. Sesama bukan berdasarkan keturunan tapi iman kepada Allah.
Dunia saat ini membutuhkan orang Kristen untuk menolong mereka mengenal Terang yang sesungguhnya,yaitu Kristus.Namun pertanyaannya,apakah kita bersedia membawa terang Kristus dalam dunia ini?Apakah kehidupan kita sungguh-sungguh mencerminkan pikiran,perasaan dan hati Kristus?Firman Tuhan berkata dalam Matius 6:23 "Jadi jika terang yang ada padamu gelap,betapa gelapnya kegelapan itu."Kita dipanggil untuk berada di dunia ini sebagai anak Tuhan tujuannya adalah agar kita mengambil tiap kesempatan yang ada untuk menerangi dunia ini dengan Terang Kristus.Kehidupan orang Kristen adalah"hidup seperti surat yang terbuka dan dibaca oleh semua orang.

Renungan Hari Rabu, 12 Januari 2011

Bertobatlah
Matius 4 : 17
Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
Karajaan Sorga’ ini sebenarnya sama dengan ‘Kerajaan Allah’. Markus dan Lukas memakai istilah ‘Kerajaan Allah’ sedangkan Matius memakai ‘Kerajaan Sorga’, meskipun sebenarnya artinya sama. Matius memakai istilah itu karena tahu bahwa orang Yahudi cenderung untuk menghindari penyebutan nama Allah secara langsung. Nah, apa perbedaan antara pemberitaan Yohanes dan Yesus? Pertama, meskipun maksud seruan itu agar kita bertobat tidak berkurang maknanya, tetapi unsur penyelamatan di dalam Kerajaan itu yang dipentingkan. Kedua, Yesus memberitakan bahwa Kerajaan itu bukan saja sudah dekat tetapi sudah ada dalam Pribadi dan pelayanan Yesus sendiri.
Apa yang dilakukan Yesus sesuai dengan kehendak Bapa-Nya. Dia datang ke dunia ini untuk memanggil orang berdosa supaya bertobat dan betapa besar sukacita surga, apabila ada orang berdosa bertobat. Dengan demikian Dia meyakinkan para pengritik terhadap Dia bahwa sukacita ini lebih besar, jika dibandingkan sukacita melihat sekian banyak orang saleh yang tidak memerlukan pertobatan.
Sikap hidup orang beriman yang sejati digambarkan oleh Yesus melalui perumpamaan hari ini. Orang beriman adalah orang yang percaya kepada Yesus secara total. Hidupnya berubah oleh imannya. Perubahan hidup itu terjadi saat ini. Tidak menunggu nanti. Karena kalau demikian, bisa terlambat! Hidup sesuai dengan ajaran Injil tidak bisa ditunda-tunda. Harus dimulai saat ini juga. Tidak ada kata: Kalau sudah tua barulah saat yang tepat untuk bertobat dan mengubah hidup kita. Bila kita berpendapat masih banyak waktu untuk bertobat, kita bisa keliru karena kita tidak tahu kapan hidup kita berakhir. Pertobatan dan perubahan hidup hendaknya sejalan dengan ajaran Yesus.
  Yesus menghadirkan Kerajaan Sorga di bumi dan memultiplikasikannya, sehingga orang-orang yang dilayani oleh Dia pada akhirnya turut menghadirkan Kerajaan-Nya di bumi. 

Renungan Hari Selasa, 11 Januari 2011

Bangsa Dalam Terang
Matius 4 : 16
Bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.
Mengapa kita harus menjadi terang? Sebab segala tentang Allah adalah terang. Kedatangan Kristus sendiri adalah sebagai Terang yang memberikan cahaya keselamatan dan pengharapan kepada kita, manusia yang sudah terlalu lama berselubung kegelapan. "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12) Kita sebagai orang-orang percaya tentunya harus pula menghidupi Terang ini. Bukan demi nama baik, pamor, popularitas kita, tetapi untuk memuliakan Bapa di surga
Yesus telah mengangkat kita keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang Tuhan. Di dalam Dia kita telah menjadi ciptaan baru. Oleh karena itu kita harus benar-benar menyikapi hidup sebagai anak-anak terang. Paulus berkata "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran." (Efesus 5:8-9). Dan lihatlah apa yang kita peroleh. "Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." (1 Yohanes 1:7). Hidup dalam terang bukan berarti menyimpannya untuk diri sendiri. Ingatlah bahwa terang tidak akan berarti apa-apa jika tidak ditempatkan pada posisi yang tepat.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...