Mendidik Anak
Amsal 29 : 17
Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu
Kegagalan Yakub untuk memberi teladan yang baik membuat ia gagal dalam mendidik anak-anaknya. Dengan mengistimewakan Yusuf (dan kemudian juga Benyamin), Yakub telah membuat anak-anaknya saling berkompetisi, bahkan menjual saudara mereka sendiri sebagai budak.
Sejarah selalu bisa dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi manusia dan dari sisi Allah. Dari sisi manusia, perbuatan anak-anak Yakub yang menjual salah seorang saudaranya sendiri sebagai budak itu merupakan suatu perbuatan biadab. Dari sisi Allah, Allah bisa memakai sisi buruk manusia itu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan-Nya.
Sisi buruk yang terjadi dalam kehidupan keluarga Yakub ini terjadi karena Yakub tidak mendidik anak-anaknya secara semestinya. Yakub tidak mengarahkan anak-anaknya untuk bersatu dan saling membantu, tetapi dia sendiri justru menjadi penyebab yang membuat anak-anaknya yang lain semuanya membenci Yusuf. Yakub hanya memperhatikan perasaannya sendiri, tetapi mengabaikan perasaan anak-anaknya. Dia hanya memperhatikan dirinya sendiri ketika mengistimewakan Yusuf, anak yang dilahirkan oleh Rahel, istri kesayangannya yang telah mati lebih dulu (35:19).
Kisah Yusuf ini merupakan peringatan bagi para orang tua supaya tidak hanya mementingkan perasaannya sendiri saat mendidik anak. Bila suami dan istri tidak siap untuk memikirkan apa yang terbaik bagi kepentingan anak-anak mereka, lebih baik mereka tidak memiliki anak! Bila mereka menginginkan anak, mereka harus sadar bahwa mereka wajib mendidik anak mereka. Kita patut bersyukur bahwa walaupun kadang-kadang orang tua salah dalam mendidik anak, ada anugerah Allah yang membuat anak seperti Yusuf tetap menjadi anak yang baik dan beriman kepada Allah. Bagi Anda yang sudah menjadi orangtua, camkan firman Tuhan hari ini: “Jangan sesat! … apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Galatia 6:7). Hukum ini tak terelakkan, kecuali kita bertobat dan percaya kepada Kristus, sebab di dalam Dia kita menjadi ciptaan baru. Kalau sudah ditangan Tuhan ini mau hebat, atau tidak hebat, selamat tidak selamatnya, Dia yang menentukan.
Anak kita mau kita didik menjadi anak yang baik, atau menjadi orang kuat, atau yang penting mudah-mudahan dalam keadaan kuat maupun tidak kuat, baik atau tidak baik, Yang penting anak kita selamat. Bagi semua orang tua; bangun dan didiklah anak-anak Anda dalam suasana pertobatan setiap hari; agar kejujuran, ketulusan, dan penerimaan seorang akan yang lain menjadi pola asuh dalam kehidupan keluarga Anda