Jumat, 26 November 2010

Renungan Hari Sabtu, 27 Nopember 2010


Jangan Cepat Marah
Efesus 4 : 26 – 27
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis
Ada banyak alasan orang menjadi marah. Namun satu hal yang dapat dikatakan adalah orang menjadi marah, karena orang mudah dikuasai oleh emosinya. Emosi yang membara dapat membuat orang gelap mata. Orang tidak tahu lagi apa yang dihadapi. Orang hanya memuaskan emosinya yang biasanya bersifat sesaat itu. Untuk itu, orang mesti berani mengendalikan emosinya. Orang mesti berusaha sekuat tenaga untuk membiarkan emosinya mengalir perlahan hingga menjadi dingin. Tidak mudah terbakar oleh emosi yang bersifat sesaat itu. Kalau orang bersikap seperti ini, orang menemukan damai dan bahagia dalam hidupnya. Orang akan merasakan bahwa hidup ini semakin indah dan berguna bagi orang lain.
Mengapa kita tidak boleh marah? Karena marah membuat orang kehilangan kesadaran. Orang yang marah mudah terpancing. Yang dimarahi belum tentu terpancing, tetapi yang marah sudah pasti panas hatinya. Seperti orang yang melempar tahi. Yang dilempar belum tentu kena, tetapi yang melempar: tangannya sendiri belum-belum sudah berbau busuk.  
Jadi dari pihak kita, mengertilah bahwa segala peristiwa yang tidak beres di sekeliling kita yang membuat kita ingin marah, dipakai Tuhan untuk melatih kita dalam hal PENGUASAAN DIRI terhadap kemarahan. Seharusnya kita mengerti bahwa Tuhan terus menerus memproses kita menuju kematian daging, artinya kita harus gunakan itu semua sebagai LATIHAN PENGUASAAN DIRI, sampai daging kita benar-benar mati, dan kita mencapai Galatia 2:20; 'hidupku bukan aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Atau setidaknya, dengarkan nasehat Tuhan berikut : “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa, Berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.” (Mazmur 4:5). Kita masih ingin membantah, bukan? “Tidak bisa, Tuhan! Ini harus dilampiaskan, setidaknya biarkan aku bicara!” Atau lebih parah lagi : “Biarkan aku bertindak!”. 

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, bertekunlah dalam doa.” (Roma 12:12). Artinya, walaupun rasa sesak di dada, tetaplah bersukacita dan bertekun dalam doa. Bagaimana caranya? Mungkin anda bisa curhat ke teman-teman sampai amarah itu reda dan bisa bersukacita kembali, atau mungkin 'tabrak' saja perasaan marah itu, terus pasang kaset pujian, menyanyi memuji Tuhan, sampai amarah anda hilang dan berganti dengan sukacita.  
“Berkatilah orang yang menganiaya kamu, berkatilah, dan jangan mengutuk!” (Roma 12:14). Tahan, supaya jangan ada kutuk keluar dari mulut kita. Karena kalau sampai keluar, maka kutuk itu jadi, karena ada kuasa dalam perkataan kita. Tetapi Tuhan akan menuntut pertanggung-jawaban kita, karena 'setiap kata-kata yang sia-sia harus dipertanggung-jawabkan pada akhir jaman'.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...