Jumat, 05 November 2010

Renungan Hari Sabtu, 6 Nopember 2010


Ketekunan Dalam Pemberitaan Injil
2 Timotius 4 : 17a
Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya
Paulus memakai frase ‘Itu (Pekabaran Injil) adalah keharusan bagiku.’ Istilah ‘keharusan’ menekankan suatu kewajiban yang mutlak dan ahrus dilakukan. Jika tidak, hanya ada dua kemungkinan, yaitu kita taat kepada Allah atau melawan Allah. Itu berarti memberitakan Injil bukan suatu pilihan yang keputusannya ditentukan diri sendiri. Artinya Anda suka atau tidak, mau atau tidak, senang atau tidak, itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Alkitab mengatakan jika tidak memberitakan Injil, maka celakalah kita. Ada ancaman hukuman Allah yang sangat serius ditujukan kepada setiap orang Kristen jika tidak memberitakan Injil.
Mengapa Paulus berkata,”Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil”? Karena ia menyadari bahwa tugas itu adalah Amanat Agung Yesus Kristus (Mat 28:19-20; Mrk 16:15-16; Luk 24:47-48; Yoh 20:21; Kis 1:8). Amanat tersebut diterimanya pada saat terjadinya perjumpaan pribadinya dengan Kristus (Kis 9:3-6, 15). Sejak saat itu ia selalu setia, taat, dan rela memberitakan Injil dan menderita demi Kristus. Selain itu, ia juga merasa berhutang (Injil) kepada orang Yunani dan non-Yunani, itu sebabnya ia memberitakan Injil di Roma (Rom 1:14). Jadi penginjilan adalah suatu kewajiban yang mesti dilakukan dan ibarat hutang yang harus dibayar. Jika tidak, maka ada ancaman konsekuensi hukuman Allah.
Orang yang sukses dalam pelayanan atau pekerjaan atau tugas pada umumnya mudah lupa diri, kurang memperhatikan tujuan semula atau visi-misi utama. Hal ini juga sering terjadi di antara para pengusaha atau pedagang ketika hasil usaha atau dagangannya laris lalu dengan mudah melupakan kwalitas atau mutu barang yang diproduksi atau dijual. Jika demikian yang terjadi maka pelayanan, usaha atau pekerjaan mereka akan pelan-pelan gulung tikar. Pengalaman yang demikian ini sudah banyak terjadi di negara kita.
Yesus dan para rasul sukses dalam pelayanan, banyak orang disembuhkan, bahkan ketika Ia bersama para rasul mencoba menyepi untuk berdoa mereka pun mencari-cari dan mengejar minta penyembuhan dari berbagai macam penyakit. Di tengah kesuksesan pelayanan Yesus berdoa untuk mawas Diri dan mencari pencerahan tentang langkah-langkah pelayanan berikutnya. Buah dari doaNya antara lain mendorongNya untuk ‘pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan’, karena ada bahaya dalam kesuksesan tersebut terjadi kesalah-pahaman dari para pendengar atau orang kebanyakan tentang siapa Dia sebenarnya. Ia mengajak pergi ke tempat lain agar tugas perutusan untuk mewartakan Kabar Gembira tidak dibelokkan atau dimanipulasi.
Belajar dari pengalaman Yesus bersama dengan para rasul ini marilah kita mawas diri: peka terhadap tugas perutusan kita yang asli atau sejati jangan sampai dimanipulasi oleh kepentingan-kepetingan atau kepuasan-kepuasan diri pribadi. Untuk itu memang dari kesibukan pekerjaan atau pelayanan perlu diusahakan waktu khusus setiap hari untuk berdoa
Renungan Hari Minggu, 7 Nopember 2010

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...