Jumat, 12 November 2010

Renungan Hari Kamis, 11 Nopember 2010


Anak Hidup Dalam Kebenaran
3 Yohanes 1 : 4
Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran
Setiap orang umumnya akan menikah dan memiliki anak. Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik sedemikian rupa agar setelah mereka besar dapat menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara serta dapar membahagiakan dan membanggakan orang tua yang telah susah payah membesarkannya dengan cina dan kasih sayang.
Sebagai orangtua, sukacita terbesar kita adalah ketika melihat anak yang kita lahirkan tumbuh dewasa dengan baik, mendapat pasangan hidup, memiliki penghasilan yang baik, dan memiliki anak-anak yang lucu dan manis. Siapakah orangtua yang tidak ingin anaknya mendapatkan kebaikan-kebaikan tersebut? Tapi, bagi Rasul Yohanes, sukacita terbesar adalah ketika melihat anak-anaknya (jemaat) hidup di dalam kebenaran. Tidak ada sukacita yang bisa menandingi hal ini.
Surat 3 Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes kepada seseorang bernama, Gayus-anak rohani Rasul Yohanes. Di dalam suratnya yang singkat ini, Rasul Yohanes menyampaikan terima kasihnya kepada Gayus atas pertolongan yang telah diberikannya kepada beberapa saudara yang datang berkunjung. Rasul Yohanes memuji Gayus yang hidup di dalam kebenaran-kehidupan yang membawa sukacita besar bagi Rasul Yohanes. Dari surat yang pendek ini ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dan terapkan untuk keluarga.  Yohanes menganggap Gayus sebagai anak dan sebagai orangtua ia memandang Gayus bukan saja sebagai anak biasa melainkan sebagai anak rohani. Tuhan mengharapkan agar kita bukan saja menjadi orangtua jasmaniah tetapi juga orangtua rohaniah bagi anak-anak kita. Kadang kita beranggapan bahwa tugas hamba Tuhanlah untuk menjadi orangtua rohani bagi anak-anak kita. Pandangan ini keliru. Orangtualah yang bertanggung jawab atas kerohanian anak-anaknya. Jika ada di antara anak kita yang meninggalkan iman atau tidak pernah memeluk iman kristiani, besar kemungkinan kita memiliki andil dalam keputusannya itu.
Kedisiplinan tetap harus diutamakan dalam membimbing anak sejak mulai kecil hingga dewasa agar anak dapat mandiri dan dihormati serta diharga masyarakat. Hal-hal kecil seperti bangun tidur tepat waktu, membantu pekerjaan rumah tangga orangtua, belajar dengan rajin, merupakan salah satu bentuk pengajaran kedisiplinan dan tanggungjawab pada anak. Kedepankan dan tanamkan sejak dini agama dan moral yang baik pada anak agar kedepannya dapat menjadi orang yang saleh dan memiliki sikap dan perilaku yang baik dan agamis. Kita perlu merenungkan hal itu, sebagai orangtua Kristen. Konsep Tuhan seperti apa yang dibentuk anak kita melalui hubungannya dengan kita? Apakah dia belajar bahwa Tuhan itu pengasih, baik, sabar, dan pengampun ? atau kita tidak sengaja membangun pengertian Tuhan yang salah dalam hidupnya, menunjukan melalui tindakan kita bahwa Tuhan itu kasar, cepat marah, dan tidak puas, bahwa dia akan berteriak, memarahi atau menendang kita saat kita salah? Seluruh kehidupan kerohanian anak kita dipertaruhkan disini. Disini sangat penting bagi kita mempelajari orangtua seperti apa Tuhan itu, kemudian mengikuti teladannya agar anak kita bisa melihat pelajaran hidup tentang Tuhan yang kita miliki.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...