Tetap Rajin Bekerja
Pengkhotbah 10 : 18
Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah
Firman Allah dengan tegas berkata bahwa siapa yang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Tuhan benci kemalasan. Mengapa? Karena Ia adalah Allah yang juga bekerja. Jangan pernah bayangkan kalau Tuhan hanya duduk-duduk saja di singgasana surga dan bermalas-malasan di sofaNya. Saya lebih suka membayangkan Tuhan sedang sibuk bekerja. Mengatur tata surya, menumbuhkan pepohonan, menjaga kelangsungan alam, menjawab setiap dering doa yang terdengar di surga dan melakukan banyak pekerjaan lainnya.
Tuhan sangat tidak suka terhadap orang-orang Kristen yang bermalas-malasan dan tidak mau bekerja, karena “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yohanes 5:17). Malas adalah sahabat kemiskinan dan kekurangan; kemalasan juga akan menjauhkan kita dari berkat-berkat Tuhan. Bagaimana kita bisa menikmati dan meraih janji Tuhan bila kita sendiri malas untuk melayani Tuhan, malas berdoa, malas baca Alkitab? Seorang pemalas biasanya suka sekali menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan pada waktu itu; suka meremehkan dan sangat lamban dalam menyelesaikan apa saja yang dipercayakan kepadanya. Bila kita menangkap gejala-gejala demikian, kita harus segera berbenah diri supaya tidak berlarut-larut dan menjadi kebiasaan hidup.
Kesuksesan senantiasa hinggap dalam diri orang yang mau bekerja keras. Orang-orang hebat yang ada di dunia ini adalah tipe orang yang rajin dan pekerja keras. Kesuksesan yang diraihnya adalah akibat dari ketekunan dan hasil perjuangan yang tidak mengenal lelah, bukan datang 'seperti durian runtuh', tetapi melalui proses yang panjang. Tidak ada dalam kamus hidupnya berpangku tangan sepanjang hari. Contohnya adalah seorang atlit, ia tidak akan mampu meraih prestasi yang tinggi tanpa ada kedisiplinan atau latihan yang keras. Waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali, sebaiknya mulailah menghargai waktu sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia. Kita harus melatih diri kita untuk disiplin dan tidak berkompromi pada kemalasan. Jangan sampai banyak berkat Tuhan terlewatkan sia-sia hanya karena kita sulit berpisah dengan kasur yang empuk.