Selasa, 14 Desember 2010

Renungan Hari Sabtu, 4 Desember 2010


Immanuel
Jesaya 7 : 14
Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel
Imanuel dapat dipahami dengan pengertian bahwa ‘kehadiran Allah akan kelihatan dalam kelahiran anak itu sendiri’. Tetapi penafsiran demikian dipersoalkan dan ditolak dengan tegas oleh kebanyakan penulis modern. Mereka berkata bahwa kehadiran Allah lebih terdapat pada pelepasan Yehuda dari kedua musuhnya di utara. Masa pertumbuhan anak kecil itu dianggap sebagai ukuran waktu yang harus berlalu sebelu kedua musuh itu dimusnahkan. Masa waktu demikian bisa singkat – seorang anak kecil dapat mengetahui beda antara yang baik dan yang buruk pada usia belianya. Karena itu, katakanlah, dalam 2 tahun, bahkan mungkin juga kurang.
Kisah Natal selalu dimulai dari Matius 1. Tetapi seringkali, bagian dari Matius 1:1-17, yaitu Silsilah YESUS KRISTUS, tidak dibahas. Jika kita perhatikan baik-baik bagian tersebut, kita akan mendapati bahwa ternyata nenek-moyang duniawi YESUS bukanlah orang-orang yang sempurna atau sukses, bahkan menurut standar dunia. Perhatikanlah Adam (pendosa pertama), lalu Abraham (pernah berbohong mengenai status istrinya), lalu ada Yehuda (yang meniduri menantunya sendiri), ada Rahab (wanita sundal dari Yerikho), ada Salomo (yang istrinya ratusan) dan seterusnya. Sesungguhnya setiap nenek-moyang YESUS terdapat kecacatan disana-sini. Tidak ada satupun keluarga dalam silsilah YESUS yang "normal". Tetapi silsiliah yang tidak beres itu akhirnya menjadi sempurna pada ayat 16, YESUS hadir dalam keluarga Yusuf dan Maria. Ketika YESUS hadir dalam kehidupan keluarga Yusuf dan Maria, maka keluarga itu menjadi keluarga yang sempurna dalam ALLAH.
                Secara teologis kata “Imanuel” merupakan suatu definisi yang paling padat dan lengkap untuk menyatakan peristiwa inkarnasi Kristus menjadi manusia. Karena melalui kata “Imanuel” mengungkapkan misteri Allah yang terdalam di mana Dia berkenan hadir dalam seluruh pengalaman eksistensial umat manusia melalui manusia Yesus Kristus. Allah yang transenden dan adi-kodrati berkenan menjadi imanen dengan mengenakan kodrat manusiawi. Ibr. 2:17 berkata: “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”. Kesaksian Ibr. 2:17 mengandung 2 realitas yang paradoksal. Yang pertama menunjuk ketidaksamaan Kristus dengan umat manusia termasuk para malaikat sebab Dia adalah Anak Allah yang ilahi, mulia dan setara dengan Allah. Dan yang kedua adalah Anak Allah yang dengan rela untuk disamakan dengan kedudukan manusia. Dua dimensi dalam diri Kristus inilah yang ditempuh Allah agar Dia dapat hadir secara riil dalam kehidupan manusia sebagai “Imanuel”, Allah-beserta-kita.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...