Melakukan Panggilan Tuhan
1 Petrus 3 : 13 – 17
1 Petrus 3 : 13 – 17
Siapakah di antara kita yang belum pernah merasakan penderitaan jasmani? Siapakah di antara kita yang tidak lagi berbuat dosa? Sepintas ayat yang terdapat dalam Kitab 1Petrus 4:1 tampaknya tidak sulit. Penderitaan Kristus secara jasmani sudah dikenal dalam iman Kristen, karena bagaimana lagi manusia dapat menggambarkan salib? Demikian pul pernyataan bahwa orang Kristen harus siap mengikut Kristus, termasuk meneladani penderitaan-Nya, merupakan hal yang sangat umum dalam Perjanjian Bam. Kita hanya perlu membaca Filipi 2:5-11 atau 1 Petrus 2:21 untuk mendapatkan contoh. Tetapi dalam bacaan di atas ada hal lain yang ditambahkan, yaitu "barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa." Dalam hal apakah pernyataan tersebut benar? Apakah pernyataan tersebut memiliki arti yang sama dengan ayat yang terdapat dalam Roma 6:7, "Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa"? Ataukah pernyataan tersebut memiliki arti lain, karen a yang digunakan adalah kata "menderita", bukan "mati", serta "telah berhenti berbuat dosa" dan bukan "te lah bebas dari dosa"? Selanjutnya pada inti pembahasan ini timbul pertanyaan yang membutuhkan perhatian: Jika "berhenti berbuat dosa" berarti tidak melakukan dosa lagi, mengapa saya masih melakukan dosa? Apakah ini berarti saya belum cukup menderita?
Dalam perjalanan hidup Kristen kita, sejak bertobat sampai bertumbuh menjadi murid-murid Kristus, saya kira pertanyaan yang paling sering kita tanyakan adalah tentang bagaimana mengetahui "kehendak Allah" bagi hidup kita. Kebanyakan dari kita terjebak pada pemikiran bahwa Allah sejak semula sudah menetapkan rencana-Nya yang terbaik bagi hidup kita, tapi sekarang tugas kita adalah mencari tahu apa rencana terbaik itu supaya kita tidak salah melangkah. Tapi pertanyaannya, bagaimana kalau dalam perjalanan hidup kita, kita sudah mengambil langkah yang salah? Apakah berarti rencana Tuhan yang terbaik itu menjadi tidak mungkin terjadi dalam hidup kita? Apakah Tuhan memiliki rencana cadangan bagi kita?
Sebagai keluarga Kristen, kita dituntut jadi garam dan terang. Ini hanya bisa dilakukan jika kita terus menabur dalam kebaikkan. Seorang bapak yang saya kenal, mangajar anaknya untuk berdoa bagi orang yang kekurangan sebelum makan. Temansaya sejak kecil diajar ayahnya untuk memberi makan pengemis yang datang meminta-minta ke rumah mereka. Kebaikan kecil ini meski sangat sederhana, tapi membuat berkat dialirkan dalam keluarga kita. Menderita karena berbuat baik memang tidak mudah.
Dalam perjalanan hidup Kristen kita, sejak bertobat sampai bertumbuh menjadi murid-murid Kristus, saya kira pertanyaan yang paling sering kita tanyakan adalah tentang bagaimana mengetahui "kehendak Allah" bagi hidup kita. Kebanyakan dari kita terjebak pada pemikiran bahwa Allah sejak semula sudah menetapkan rencana-Nya yang terbaik bagi hidup kita, tapi sekarang tugas kita adalah mencari tahu apa rencana terbaik itu supaya kita tidak salah melangkah. Tapi pertanyaannya, bagaimana kalau dalam perjalanan hidup kita, kita sudah mengambil langkah yang salah? Apakah berarti rencana Tuhan yang terbaik itu menjadi tidak mungkin terjadi dalam hidup kita? Apakah Tuhan memiliki rencana cadangan bagi kita?
Sebagai keluarga Kristen, kita dituntut jadi garam dan terang. Ini hanya bisa dilakukan jika kita terus menabur dalam kebaikkan. Seorang bapak yang saya kenal, mangajar anaknya untuk berdoa bagi orang yang kekurangan sebelum makan. Temansaya sejak kecil diajar ayahnya untuk memberi makan pengemis yang datang meminta-minta ke rumah mereka. Kebaikan kecil ini meski sangat sederhana, tapi membuat berkat dialirkan dalam keluarga kita. Menderita karena berbuat baik memang tidak mudah.