Minggu, 11 Juli 2010

Renungan Hari Kamis, 10 Juni 2010

Yang Berbahagia
Lukas 6 : 21
Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.
Tuhan Yesus memang sering mengajar di tempat-tempat yang jauh dari
keramaian, entah di tepi danau entah di atas bukit. Posisi Yesus yang duduk memang lazimnya seorang rabi atau para guru yang mengajar di sinagoga. Sabda bahagia disampaikan di atas bukit, karena bukit atau gunung sering berperan sebagai tempat pewahyuan Allah. Kiranya penginjil juga mau menyejajarkan dengan Gunung Sinai, tempat Allah menyampaikan hukum-Nya melalui Musa. Dalam perbandingan itu tampaklah kelebihan Yesus. Musa menerima pengajaran dalam loh batu dari Allah, agar disampaikan kepada bangsa Israel yang berada di kaki bukit; Yesus menyampaikan ajaran-Nya dengan Wibawa-Nya sendiri kepada para murid-Nya. Murid-murid itulah yang kemudian diutus untuk meneruskan kepada bangsa Israel dan segala bangsa, yang sudah diwakili oleh orang banyak di kaki bukit.
Sabda ini kiranya mengajak dan memanggil kita untuk senantiasa berjuang dengan pengorbanan diri demi kebenaran dan hidup sejati. Dalam situasi atau iklim kehidupan yang masih marak dengan kebohongan, penipuan, manipulasi, korupsi dan keserakahan pada masa kini rasanya untuk hidup benar merupakan perjuangan berat, apalagi memperjuangkan kebenaran. Meskipun memperjuangkan kebenaran akan menghadapi tantangan dan hambatan serta ada kemungkinan kegagalan atau keterbatasan, marilah kita terus berjuang dan berkorban, percayalah kebenaran pasti akan menang.

Orang miskin menderita, itu sudah biasa. Menjadi luar biasa kalau orang miskin yang terhimpit aneka kesulitan itu tetap bersikap rendah hati dan berusaha hidup seturut kehendak Allah. Sikap seperti itu adalah sikap orang yang berhati murni. Kemurnian itupun menjadi jelas di saat orang itu memperjuangkan kasih dan membawa damai, meski ia sendiri mengalami penganiayaan, celaan dan fitnah.
Tuhan Yesus menegaskan bahwa sikap tetap percaya meski menderita sengsara sudah menjadikannya warga Kerajaan Allah dan menempatkannya di bawah berkat pemerintahan Allah. Karena itu masa depannya menjadi cerah dan itulah yang namanya "sengsara membawa nikmat". Tetapi apa sebenarnya yang menjamin bahwa masa depan yang penuh bahagia itu akan terwujud!

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...