Himat Allah Dalam Ciptaan
Mazmur 104 : 24
Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu
Pernahkah anda berpikir sudah berapa banyak manusia yang pernah hidup di muka bumi ini semenjak dahulu? Adakah yang pernah persis sama dari ujung rambut sampai ujung kaki? Yang kembar siam sekalipun masih juga bisa kita bedakan. Tidak pernah ada satupun dari kita yang persis sama. Semua dengan keistimewaannya sendiri, semua dengan keunikannya sendiri, sifat, hobi serta kemampuan atau talentanya sendiri. Keragaman yang luar biasa menunjukkan Tuhan sebagai Maestro di atas segala maestro yang pernah ada di dunia ini. Semua Dia ciptakan dengan variasi yang sulit ditangkap nalar atau logika kita yang terbatas.
KebesaranNya tampil secara nyata dari segala sesuatu yang kita lihat dalam hidup sehari-hari. KebesaranNya tampak dari ciptaanNya. Kita tidak perlu berpikir terlalu jauh mengenai eksistensi Tuhan dan kebaikan serta kasihNya, karena hanya dengan memandang sekeliling kita saja, atau bahkan dengan menutup mata dan menghirup udara saja kita sudah bisa menemukan kebesaran Tuhan secara nyata dalam hidup ini. Daud berkali-kali menuliskan perenungannya atas segala keindahan alam semesta yang telah disediakan Tuhan di muka bumi sejak semula. "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya." (Mazmur 19:2). Itu sebuah kesimpulan yang mungkin timbul di dalam hati dan benaknya ketika sedang tertegun memandang keindahan langit di malam hari. Dalam Mazmur 104 kita bisa kembali menyaksikan bagaimana puitisnya Daud dalam melukiskan alam semesta dan kehidupan yang berjalan di dalamnya. Tuhan berkata bahwa segala yang Dia ciptakan itu bukan sekedar baik, tetapi "Sungguh amat baik". Indeed it is. Ditengah kerusakan-kerusakan yang diciptakan manusia hari ini, kita tetap bisa menyaksikan belahan-belahan dunia yang masih menyimpan keagungan karya Tuhan yang begitu indahnya.
Hikmat Allah dapat dilihat jelas pada ciptaan-Nya. Hasil perbuatan tangan-Nya di alam semesta ini menyatakan dengan jelas akan keberadaan dan kuasa-Nya, sehingga Paulus menggunakannya sebagai argumen untuk menyatakan kesalahan manusia dan penghukuman. Ia menulis bahwa manusia tidak dapat berdalih untuk tidak beriman kepada Allah yang telah menciptakan semuanya itu (Roma 1:20).