Bebalik Dan Bertobat
2 Petrus 3 : 9
Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
Kamus Bahasa Inggris – Indonesia memberikan arti kata LALAI dengan mengalpakan, menyia-nyiakan dan mengabaikan. Jika kita masukkan arti kata LALAI itu ke dalam buku 1 Timotius 4:14, maka ayat ini akan berbunyi: "Jangan kita ALPAKAN, SIA-SIAKAN ataupun jangan kita ABAIKAN Karunia TUHAN yang sudah Ia berikan kepada kita. Dengan kemajuan iptek menyebabkan kesabaran sebagai sebuah kebajikan telah diabaikan bahkan direndahkan. Iptek mempercepat dan mempersingkat proses. Maka kita menjadi orang-orang yang tidak sabar, tidak tekun, tidak tahan menanti. Padahal tanpa kesabaran, ketekunan, dan ketahanan, tidak mungkin orang menempuh pengalaman sebagai cara untuk mematangkan kepribadian!
Kita tak sanggup menanti karena ingin beralih dari pemeran sejarah menjadi pengendali segala sesuatu. Namun Yusuf tidak demikian. Ia harus menunggu dua tahun sebelum kesempatan melangkah ke panggung kepemimpinan dunia terbuka. Ia tahu bahwa tugas dan kewajibannya hanya menjalankan kehendak Allah, yang mengendalikan sejarah.
Sikap Allah yang begitu sabar menantikan pertobatan manusia, dengan menggunakan berbagai cara agar manusia akhirnya mau bertobat. Cara itu dapat berupa hukuman, tetapi juga dapat berupa nasib yang tampaknya baik. Sebab hati setiap orang itu berbeda karena dibentuk oleh pengalaman hidup yang berbeda. Orang dapat ingat kepada Tuhan karena mengalami sesuatu yang pahit, tetapi juga ada yang ingat Tuhan karena menerima rezeki. “Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah, jika tidak, tebanglah dia”. Mungkin meskipun tidak dikatakan disitu, cara agar pohon itu berbuah justru dengan membacoki pokoknya, sebagaimana dilakukan oleh banyak orang dari antara kita. Kata orang, pohon yang dibacoki pokoknya itu sepertinya berpikir : ‘Aku akan dibunuh. Kalau begitu aku harus berbuah, supaya hidupku dapat diteruskan!’ Demikian pula Tuhan mengingatkan manusia agar berbuah, dapat dengan memberi pupuk, tetapi juga dapat dengan membacoki pokoknya!
Janji Yesus untuk kembali ke umatNya. “Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” (Yohanes 14:3). Berabad-abad telah berlalu dan janji ini masih belum terpenuhi. Akhibatnya, beberapa orang mengejek janji ini. Ayat ini diberikan kepada kita juga sebagai persiapan untuk menerima janji yang lainnya juga.“Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan. "” (2 Petrus 3:3-4). Tapi bagi kita yang percaya kepada janji Allah dengan yakin menantikan kedatanganNya dan penggenapan janji ini. Ketika Ia datang, Ia akan memenuhi janji lainnya juga, yakni janji Langit yang baru dan bumi yang baru. “Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”
Berkaitan dengan mundurnya/delay kedatanganNya, ada 2 insight/ 2 hal yang dapat kita petik disini. Pertama adalah Belas Kasihan Tuhan dan kesabaran Tuhan dengan memberikan kesempatan bagi umatnya untuk bertobat supaya tidak binasa. “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, … tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”. Kedua adalah pandangan Tuhan mengenai waktu. Bagi Tuhan kita yang kekal, janji kedatanganNya hanyalah beberapa hari yang lalu. “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.” (2Petrus 3:8).