Setia Terus-menerus
Wahyu 2 : 10
Wahyu 2 : 10
Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Pada waktunya, kita akan mendapatkan sesuatu yang indah sebagai bagian dari rencana Tuhan dalam hidup kita. Tapi kita sulit mengetahuinya sejak awal karena keterbatasan kemampuan kita, yang perbedaannya digambarkan bagai bumi dan langit dengan Tuhan. Karena ketidakmampuan kita itulah maka kita perlu mempercayakan seluruh perjalanan hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Biar rencanaNya yang terjadi, bukan rencana kita, karena itulah pasti yang terindah. Waktunya mungkin lama, kita mungkin harus menderita terlebih dahulu, namun percayalah pada waktunya nanti, pada akhirnya kita akan melihat bahwa semua itu akan bermuara kepada sesuatu yang indah.
Konteks dalam perikop ini adalah surat yang ditujukan kepada jemaat di Smirna. Kota yang paling makmur di Asia Kecil dan mendapat nama Metropolis. Tetapi di sini terdapat orang-orang Yahudi dalam jumlah dan kekuatan yang luar biasa,. Mereka memberikan permusuhan yang pahit terhadap jemaat Kristen. Dalam keadaan seperti itu, jemaat di Smirna menghadapi penderitaan dan dukacita. Karena itu pada ayat 10 menjadi penghiburan dan menguatkan. Ayat ini mengatakan, “Jangan engkau takut terhadap apa yang harus engkau derita ! sebab penderitaan ini hanya berlangsung sepuluh hari.” Ini artinya bahwa penderitaan ini hanya berlangsung singkat, semacam penganiayaan lokal.
Perkataan penghiburan yang menguatkan itu ditegaskan kembali dalam ayat 10c, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Perkataan ini sungguh hebat dan luar biasa. Kata setia dalam bahasa Yunani adalah ‘pistos‘ yang artinya bisa dipercaya, handal (bahasa Jawa: iso diandelake). Jemaat di Smirna pada saat itu menghadapi penderitaan, tantangan serta hambatan dari luar (orang-orang Yahudi). Maka mereka didorong semangatnya agar tidak menjadi lemah atau nglokro, tetapi tetap setia, bisa dipercaya, bisa diandalkan untuk menghadapi semuanya itu dengan gigih. Bukan hanya untuk sementara saja atau angin-anginan tetapi setia sampai mati.
Pada waktunya, kita akan mendapatkan sesuatu yang indah sebagai bagian dari rencana Tuhan dalam hidup kita. Tapi kita sulit mengetahuinya sejak awal karena keterbatasan kemampuan kita, yang perbedaannya digambarkan bagai bumi dan langit dengan Tuhan. Karena ketidakmampuan kita itulah maka kita perlu mempercayakan seluruh perjalanan hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Biar rencanaNya yang terjadi, bukan rencana kita, karena itulah pasti yang terindah. Waktunya mungkin lama, kita mungkin harus menderita terlebih dahulu, namun percayalah pada waktunya nanti, pada akhirnya kita akan melihat bahwa semua itu akan bermuara kepada sesuatu yang indah.
Konteks dalam perikop ini adalah surat yang ditujukan kepada jemaat di Smirna. Kota yang paling makmur di Asia Kecil dan mendapat nama Metropolis. Tetapi di sini terdapat orang-orang Yahudi dalam jumlah dan kekuatan yang luar biasa,. Mereka memberikan permusuhan yang pahit terhadap jemaat Kristen. Dalam keadaan seperti itu, jemaat di Smirna menghadapi penderitaan dan dukacita. Karena itu pada ayat 10 menjadi penghiburan dan menguatkan. Ayat ini mengatakan, “Jangan engkau takut terhadap apa yang harus engkau derita ! sebab penderitaan ini hanya berlangsung sepuluh hari.” Ini artinya bahwa penderitaan ini hanya berlangsung singkat, semacam penganiayaan lokal.
Perkataan penghiburan yang menguatkan itu ditegaskan kembali dalam ayat 10c, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Perkataan ini sungguh hebat dan luar biasa. Kata setia dalam bahasa Yunani adalah ‘pistos‘ yang artinya bisa dipercaya, handal (bahasa Jawa: iso diandelake). Jemaat di Smirna pada saat itu menghadapi penderitaan, tantangan serta hambatan dari luar (orang-orang Yahudi). Maka mereka didorong semangatnya agar tidak menjadi lemah atau nglokro, tetapi tetap setia, bisa dipercaya, bisa diandalkan untuk menghadapi semuanya itu dengan gigih. Bukan hanya untuk sementara saja atau angin-anginan tetapi setia sampai mati.