Rabu, 28 Juli 2010

Renungan Hari Rabu, 30 Juni 2010

Setia Terus-menerus
Wahyu 2 : 10
Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Pada waktunya, kita akan mendapatkan sesuatu yang indah sebagai bagian dari rencana Tuhan dalam hidup kita. Tapi kita sulit mengetahuinya sejak awal karena keterbatasan kemampuan kita, yang perbedaannya digambarkan bagai bumi dan langit dengan Tuhan. Karena ketidakmampuan kita itulah maka kita perlu mempercayakan seluruh perjalanan hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Biar rencanaNya yang terjadi, bukan rencana kita, karena itulah pasti yang terindah. Waktunya mungkin lama, kita mungkin harus menderita terlebih dahulu, namun percayalah pada waktunya nanti, pada akhirnya kita akan melihat bahwa semua itu akan bermuara kepada sesuatu yang indah.
Konteks dalam perikop ini adalah surat yang ditujukan kepada jemaat di Smirna. Kota yang paling makmur di Asia Kecil dan mendapat nama Metropolis. Tetapi di sini terdapat orang-orang Yahudi dalam jumlah dan kekuatan yang luar biasa,. Mereka memberikan permusuhan yang pahit terhadap jemaat Kristen. Dalam keadaan seperti itu, jemaat di Smirna menghadapi penderitaan dan dukacita. Karena itu pada ayat 10 menjadi penghiburan dan menguatkan. Ayat ini mengatakan, “Jangan engkau takut terhadap apa yang harus engkau derita ! sebab penderitaan ini hanya berlangsung sepuluh hari.” Ini artinya bahwa penderitaan ini hanya berlangsung singkat, semacam penganiayaan lokal.

Perkataan penghiburan yang menguatkan itu ditegaskan kembali dalam ayat 10c, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Perkataan ini sungguh hebat dan luar biasa. Kata setia dalam bahasa Yunani adalah ‘pistos‘ yang artinya bisa dipercaya, handal (bahasa Jawa: iso diandelake). Jemaat di Smirna pada saat itu menghadapi penderitaan, tantangan serta hambatan dari luar (orang-orang Yahudi). Maka mereka didorong semangatnya agar tidak menjadi lemah atau nglokro, tetapi tetap setia, bisa dipercaya, bisa diandalkan untuk menghadapi semuanya itu dengan gigih. Bukan hanya untuk sementara saja atau angin-anginan tetapi setia sampai mati.


Renungan Hari Selasa, 29 Juni 2010

Keadilan Allah
Habakuk 2 : 12
Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan
Nas ini menunjukkan bahwa orang-orang fasik, semua kekuatan, keputusan, dan tindakan mereka berdiri di atas ketidakadilan. Ditengah-tengah dunia berdosa kalau ada benteng yang ditegakkan di atas darah orang benar, itu tidak perlu kaget. Alkitab mengatakan, "Semua itu berasal dari Tuhan." Apa maksud kalimat ini? Apakah semua suku-suku bangsa akan menegakkan semua di atas api dan berdiri di atas kesia-siaan? Dalam hal ini, yang akan berhadapan dengan keadilan Tuhan adalah ketidakadilan manusia. Berbicara ketidakadilan disini merupakan hal yang mengerikan. Hingga hari ini saya sangat super pesimis untuk melihat keadilan terjadi di dunia. Sebab kalau keadilan tidak kembali kepada Tuhan yang merupakan sumbernya keadilan omong kosong ada keadilan.
Keadilan bukan hal yang sederhana, di dalamnya harus ada unsur kebenaran Allah yang menjadi dasar. Banyak orang tidak mengerti esensi keadilan dan menganggap keadilan adalah sesuatu yang bisa secara sederhana dimengerti dan dijalankan. Keadilan bukan sama rata. Lalu keadilan itu apa? Keadilan adalah kembalinya kita pada kebenaran Allah. Keadilan tidak tergantung manusia karena keadilan sejati tidak pernah bisa ditegakkan di atas dasar yang bersifat relatif, selama ditegakkan di atas dasar yang relatif maka dasar yang ditegakkan tidak pernah mutlak. Disini kita melihat keadilan sejati tidak mungkin ditegakkan, yang bisa hanyalah keadilan semu.

Pada jaman Habakuk, keadilan ditegakkan di atas dasar kekuatan. Semua yang ditegakkan bangsa-bangsa berdiri diatas api artinya apa yang mereka tegakkan, di bawahnya ada apinya yang tinggal menghancurkan mereka. Dan semua yang mereka kerjakan akan habis sia-sia total tidak ada hasilnya. Mereka akan hancur dalam ketidakdilan mereka dan keadilan Tuhan akan menghantam ketidakadilan mereka. Disini saya harap kita bisa mengerti mengapa orang benar harus hidup berdasarkan iman. Alkitab mengatakan sampai ay 14, "Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti air yang menutupi dasar laut." Ini gambaran bahwa keadilan Allah tidak bisa dipermainkan oleh manusia. Jangan pikir ketidakadilan bisa ditegakkan, kita bisa berbuat serakah semaunya dan bisa memproteksi kejahatan kita. Ingat, pada akhirnya keadilan Allah akan ditegakkan, pengetahuan tentang kemuliaan Allah akan nyata. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang hidup.


Renungan Hari Senin, 28 Juni 2010

Harta Yang Menetap
Ibrani 10 : 34
Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya
Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:19-21)
Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. (Mat 19:21-22, baca juga Markus 10:21-22, Luk 18:22)
Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Lukas 12:15,21,33-34)

I Timotius 6:19 dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.
II Timotius 1:14 Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.
Ibrani 10:34 Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya.
Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. (Yakobus 5:3).
Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah seorang dari mereka berkata kepada Yesus, "Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku." Tetapi Yesus menjawab, "Saudara, siapa yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?" Kata Yesus kepada orang banyak itu, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu." Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, 'Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku.' Lalu katanya, 'Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum serta barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah!' Tetapi Allah bersabda kepadanya, 'Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?' Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah." Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.


Renungan Hari Minggu, 27 Juni 2010

Melakukan Panggilan Tuhan
1 Petrus 3 : 13 – 17

Siapakah di antara kita yang belum pernah merasakan penderitaan jasmani? Siapakah di antara kita yang tidak lagi berbuat dosa? Sepintas ayat yang terdapat dalam Kitab 1Petrus 4:1 tampaknya tidak sulit. Penderitaan Kristus secara jasmani sudah dikenal dalam iman Kristen, karena bagaimana lagi manusia dapat menggambarkan salib? Demikian pul pernyataan bahwa orang Kristen harus siap mengikut Kristus, termasuk meneladani penderitaan-Nya, merupakan hal yang sangat umum dalam Perjanjian Bam. Kita hanya perlu membaca Filipi 2:5-11 atau 1 Petrus 2:21 untuk mendapatkan contoh. Tetapi dalam bacaan di atas ada hal lain yang ditambahkan, yaitu "barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa." Dalam hal apakah pernyataan tersebut benar? Apakah pernyataan tersebut memiliki arti yang sama dengan ayat yang terdapat dalam Roma 6:7, "Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa"? Ataukah pernyataan tersebut memiliki arti lain, karen a yang digunakan adalah kata "menderita", bukan "mati", serta "telah berhenti berbuat dosa" dan bukan "te lah bebas dari dosa"? Selanjutnya pada inti pembahasan ini timbul pertanyaan yang membutuhkan perhatian: Jika "berhenti berbuat dosa" berarti tidak melakukan dosa lagi, mengapa saya masih melakukan dosa? Apakah ini berarti saya belum cukup menderita?

Dalam perjalanan hidup Kristen kita, sejak bertobat sampai bertumbuh menjadi murid-murid Kristus, saya kira pertanyaan yang paling sering kita tanyakan adalah tentang bagaimana mengetahui "kehendak Allah" bagi hidup kita. Kebanyakan dari kita terjebak pada pemikiran bahwa Allah sejak semula sudah menetapkan rencana-Nya yang terbaik bagi hidup kita, tapi sekarang tugas kita adalah mencari tahu apa rencana terbaik itu supaya kita tidak salah melangkah. Tapi pertanyaannya, bagaimana kalau dalam perjalanan hidup kita, kita sudah mengambil langkah yang salah? Apakah berarti rencana Tuhan yang terbaik itu menjadi tidak mungkin terjadi dalam hidup kita? Apakah Tuhan memiliki rencana cadangan bagi kita?
Sebagai keluarga Kristen, kita dituntut jadi garam dan terang. Ini hanya bisa dilakukan jika kita terus menabur dalam kebaikkan. Seorang bapak yang saya kenal, mangajar anaknya untuk berdoa bagi orang yang kekurangan sebelum makan. Temansaya sejak kecil diajar ayahnya untuk memberi makan pengemis yang datang meminta-minta ke rumah mereka. Kebaikan kecil ini meski sangat sederhana, tapi membuat berkat dialirkan dalam keluarga kita. Menderita karena berbuat baik memang tidak mudah.

Renungan Hari Sabtu, 26 Juni 2010

Tuhan Perteduhanku
Mazmur 90 : 1 -3
Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
Doa ini, yang dianggap digubah Musa, mungkin ditulis sementara 40 tahun ketika Allah membuat Israel mengembara di padang gurun sebagai hukuman atas ketidaksetiaan mereka (Ul 8:15). Suatu angkatan orang Israel yang tidak taat mati selama ini (bd. ayat Mazm 90:7-11; lih. Bil 14:22-33). Setelah mengakui semua pelanggaran mereka dan hukuman Allah, Musa mendoakan pemulihan perkenan dan berkat Allah.
Tuhan ingin kita menyadari bahwa Dia sanggup melakukan segala sesuatu, mengetahui bahwa tidak ada satupun rencanaNya yang gagal. (Ayub 42:2). Dia mau kita Tuhan menghendaki kita untuk menjadikanNya sebagai Pribadi yang bisa dipercaya sepenuhnya dan diharapkan untuk mengamankan hidup kita. Dan ketika kita melakukan itu semua, kita akan mengalami sebuah pengertian mendasar bahwa Dia adalah Allah yang tidak pernah mengecewakan. Oleh sebab itulah kita bisa membaca dalam Mazmur, "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (Mazmur 62:6), "Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu." (26:3).

Tuhan mampu menangani semua bahaya yang mengelilingi kita. Betapa gawatnya bahaya itu sekalipun. Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Daniel sudah membuktikannya. Daud sudah membuktikannya. Bangsa Israel di jaman Musa mengalaminya. Begitu pula banyak tokoh alkitab lainnya. Jika dulu janji Tuhan berlaku dan terbukti, hari ini pun sama, sebab Tuhan kita tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. (Ibrani 13:8). Saya undang anda semua untuk membuktikan dalam hidup anda kebenaran firmanNya yang telah dibuktikanNya dalam hidup Sadrakh, Mesakh, Abednego, Daud dan lain-lain. Hiduplah bersama Tuhan, ijinkan Dia memerintah dalam hidup anda, hiduplah sesuai kebenaran firmanNya dan seturut kehendakNya, maka Tuhan akan hadir tepat di tempat anda untuk membebaskan anda dari masalah, kehancuran, atau malapetaka apapun.

Renungan Hari Jumat, 25 Juni 2010

Tuhan Tempat Pengungsian
Yesaya 25 : 4a
Sebab Engkau menjadi tempat pengungsian bagi orang lemah, tempat pengungsian bagi orang miskin dalam kesesakannya.
Benteng, tempat perlindungan, ataupun tempat pengungsian, merupakan tempat-tempat yang memberikan keamanan secara fisik bagi setiap orang dalam situasi perang. Benteng dan tempat perlindungan adalah tempat yang aman bagi tentara yang sedang berperang. Sedangkan tempat pengungsian adalah tempat yang aman bagi masyarakat sipil yang negaranya sedang berperang.
Dalam setiap peperangan, perkelahian, wabah penyakit dan bencana akan membuat manusia harus mengungsi. Tentu dlam pengungsian akan berbeda halnya dengan tempat mereka sebelumnya. Ditengah pengungsian tidak sebaik yang mereka nikmati sebelumnya. Dalam pengungsian semua harus berbagi dan tenggang rasa, toleransi yang tinggi. Sehingga pada akhirnya diperlukan peningkatan hidup dalam pengungsian itu. Tempat pengungsian akan diharapkan masa depan yang baik dan cerah. Dalam hal ini kita diingatkan dalam nas agar tetap merasakan sukacita bersama Tuhan sebagai tempat pengungsian kita. Ketika kita diperhadapkan dengan penderitaan dan persoalan dunia ini.

Selain terus berpanjang sabar memberi kesempatan bagi kita, Tuhan pun selalu memposisikan diriNya untuk selalu menjadi tempat perlindungan yang utama. "TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya" (Nahum 1:7). Kuasa Tuhan yang besar, yang mampu melebihi akal mengatasi segala kemustahilan akan selalu membuat kita aman ketika berlindung di dalamnya. Dalam hal ini pun Daud menyadarinya dan berkata "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8). Kenapa tidak? Kebaikan Tuhan yang luar biasa itu bukan hanya "pepesan kosong" belaka namun sudah sangat nyata terbukti baik lewat perjalanan hidup tokoh-tokoh Alkitab maupun banyak kesaksian dari masa ke masa. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:1).

Renungan Hari Kamis, 24 Juni 2010

Tuhan Perlindunganku
Mazmur 91 :4 -6
Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang
Bumi dengan segala isinya diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang “sungguh amat baik” (ayat 31). Dan, kepada manusia diberikan tanggung jawab pengelolaannya (ayat 28). Sayangnya, kata “taklukkanlah” dan ”berkuasalah” dalam ayat itu lalu disalah-artikan. Seolah-olah itu adalah “surat izin untuk melakukan apa saja, sesuka-suka dan semau-mau kita” terhadap bumi. Padahal itu adalah sebuah penugasan luhur kepada kita, manusia, agar memelihara dan menjaga bumi. Kita memang boleh mengeksplorasinya, tetapi jangan mengeksploitasinya.
Untuk turut serta menjaga dan memelihara bumi, kita bisa memulainya dari diri kita sendiri dan dari hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan. Recycle, sebisa-bisanya hindari penggunaan benda-benda plastik yang sulit terurai secara alami. Reduce, kita perlu mengurangi penggunaan bahan bakar dan benda-benda yang bisa merusak lapisan ozon. Reuse, menggunakan kembali barang-barang yang ada untuk mengurangi sampah yang tidak perlu. Dan yang paling penting, kita bisa memulainya sekarang! Tidakkah kita rindu melihat bumi kita menjadi tempat tinggal yang aman dan nyaman?

Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian melewati masa-masa yang sulit di
dalam kehidupan kita. Dia menyediakan perlindungan dan damai sejahtera-Nya. Tetapi perlindungan-Nya itu tidak berarti bahwa kesulitan kita akan dengan mudah kita atasi. Tuhan mengizinkan manusia untuk mengalami ketakutan dan kecemasan selama berada di dunia. Tuhan mengizinkan mereka menderita, karena Dia memiliki sesuatu yang jauh lebih penting di dalam pikiran-Nya. Dia ingin mengajar mereka untuk mengenali ketidakberdayaan mereka, penyediaan-Nya dan kebutuhan mereka akan Dia. Kedamaian yang disediakan Tuhan tidak berarti bahwa kita terbebas dari tekanan-tekanan luar atau terbebas dari konflik. Kedamaian yang dijanjikan-Nya
kita terima dengan berbagai cara. Ketika kita berada dalam hubungan yang benar dengan Tuhan, kita diberikan kemampuan untuk hidup dalam damai dengan sesama kita. Dan dengan damai-Nya itu,
kita memiliki kekuatan untuk mengampuni, untuk tidak menyimpan kesalahan, dan untuk menunjukkan kasih bahkan kepada orang yang menentang kita.

Renungan Hari Rabu, 23 Juni 2010

Tempat Yang Kekal
2 Korintus 5 : 1
Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
Ada sebagian orang yang berpandangan, manusia hidup dunia ini akan berbahagia manakala semua kebutuhan jasmani dan rohaninya terpenuhi. Mulailah orang mendaftar kebutuhan-kebutuhan lahir dan batin tersebut. Kebutuhan jasmani : makan dan minum dengan kenyang, pakaian yang cukup, hidup enak, tidur nyenyak, tempat tinggal yang layak, kebutuhan seksual dan kesehatan. Kebutuhan rohani : kasih sayang, rasa aman, harga diri, kebebasan, keberhasilan, rasa ingin tahu terpuaskan.
Jika pada saatnya Tuhan memanggil ‘pulang’ tak seorang pun dapat mengelak. Apa pun yang kita miliki saat itu (uang, deposito, perhiasan, mobil, rumah mewah dan lainnya) akan kita tinggalkan. Ayub berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil,...” (Ayub 1:21).

Akibatnya banyak orang tidak siap dan mengalami ketakutan luar biasa saat harus menghadapi kematian. Tetapi bagi kita orang percaya, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kehidupan yang baru. Paulus berkata, “...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.” (2 Korintus 5:1). Tuhan sendiri juga menegaskan, “Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yohanes 14:2).
Jadi, yang paling penting bukan bagaimana caranya menghindari kematian itu, melainkan bagaimana agar ketika kematian itu menjemput kita, kita dalam kondisi sudah siap. Apa yang harus kita lakukan agar kita siap menghadapi kematian? Pertama, kita harus percaya di dalam hati dan mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan (baca Roma 10:9-10). Kedua, kita harus hidup dalam pertobatan setiap hari, karena “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” (Galatia 5:24).

Renungan Hari Selasa 22 Juni 2010

Tempat Kekal
Ibrani 13 : 14
Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang.
For here we have no continuing city. Jadi bukan tempat tinggal, kota yang kekal. Disini (di dunia) kita tidak punya kota yang terus menerus, yang kekal. Ayat 14 ; Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang. Apakah saudara punya hati, punya pikiran ada di kota yang tidak kekal, seperti sekarang? Apa di kota yang akan datang, hanya Tuhan yang tahu. Bagaimana hati kita terikat dengan kota yang akan datang, atau kota yang di dunia ini, kita sibuk mencari uang memperkaya diri supaya kita punya rumah bagus dan tidak ada sama sekali untuk mencari kota yang kekal itu, hanya Tuhan yang tahu.
Petrus mengingatkan bahwa di dunia ini kita hanyalah pendatang atau perantau. Kita harus berjuang melawan keinginan-keinginan daging agar mampu hidup dalam kekudusan dalam tempat perantauan sementara ini (1 Petrus 2:11). Kalau begitu, dimana kewargaan kita yang sesungguhnya? Bagi orang percaya yang menerima Yesus sebagai juru selamat, kita adalah warga surga. “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat” (Filipi 3:20). Di surga tidak ada pembatasan. Bagi setiap kita yang memegang perintah Kristus dan melakukannya, maka mereka akan dikasihi Tuhan dan juga oleh Kristus sendiri. (Yohanes 14:21), dan untuk kita ada tempat yang disediakan di surga. “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.” (ay 2-4).

Lihatlah apa yang dikatakan Yesus, bahwa di rumah Bapa ada banyak tempat tinggal yang sudah disediakan bagi orang percaya. Sebuah tempat indah dimana tidak lagi ada air mata. Sebuah tempat penuh damai sukacita. Sebuah tempat nyata dimana Yesus kini berada. “Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga” (Ibrani 8:1). Disana Yesus telah menyediakan tempat bagi siapapun yang percaya padaNya, yang memegang teguh dan melakukan semua yang Dia firmankan. Tidak ada kuota maksimum, tidak ada pembatasan jumlah, siapapun diundang untuk masuk ke dalam rumah Bapa. Bahkan Yesus pun terus mengetuk pintu hati manusia untuk diselamatkan, agar manusia pun bisa diselamatkan dan masuk ke dalam tempat yang telah Dia sediakan. Bukankah hal ini sangat indah?

Renungan Hari Senin, 21 Juni 2010

Allah Pelindung Yang Setia
Mazmur 68 : 7
Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia, tetapi pemberontak-pemberontak tinggal di tanah yang gundul.
Di Mzm. 68:2,8 menyatakan Allah yang bangkit berperang untuk menghancurkan para musuhNya dengan membawa akibat banyak dari anak-anak kehilangan ayahnya, dan para isteri kehilangan suami serta para wanita kehilangan kehormatannya dan menjadi tawanan; maka mengapa di Mzm. 68:6-7 menyatakan bahwa Allah menyatakan diriNya sebagai Bapa bagi anak yatim dan pelindung bagi para janda serta peduli kepada mereka yang sebatang kara dan orang-orang yang menjadi tahanan? Dengan pemahaman tersebut timbul suatu kesan bahwa kesaksian Mzm. 68:6-7 merupakan pada prinsipnya akibat dari tindakan Allah yang berperang menghancurkan para musuhNya sebagaimana telah dinyatakan dalam Mzm. 68:2,8. Atau dengan perkataan lain para anak yatim, para janda dan mereka yang sebatang kara serta menjadi tawanan sebenarnya merupakan akibat dari tindakan Allah memerangi dan membinasakan para musuhNya.

Orang-orang yang telah menjadi anak yatim, para janda dan para tawanan yang sebatang kara di Mzm. 68:6-7 sesungguhnya merupakan para korban dari suatu peperangan; sebab “ayah, suami dan keluarga mereka telah terbunuh akibat perang yang dilancarkan oleh Allah”. Analisis ini sepertinya mau menyimpulkan bahwa Allah sebagai subyek yang menjadi penyebab penderitaan dari para korban perang. Sebab melalui perang yang dilancarkan oleh Allah tersebut telah menimbulkan para anak kehilangan para ayah sehingga mereka menjadi yatim, para isteri kehilangan suami-suami sehingga mereka menjadi para janda, dan orang-orang yang kehilangan anggota keluarganya karena mereka menjadi tawanan atau menjadi orang-orang yang sebatang kara. Jadi karena Allah dianggap sebagai penyebab penderitaan dari para korban perang, maka kini Dia harus bertanggungjawab untuk menjadi: “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia”. Apakah ini berarti “moralitas Allah” sebagai penanggungjawab bagi anak yatim, para janda dan para tawanan” dihayati sebagai suatu kompensasi karena tindakanNya yang telah menghancurkan dan membinasakan para musuhNya? Jika benar maka moralitas Allah tersebut bukan lahir dari hakikatNya yang kudus dan penuh kasih. Bukankah Allah yang kudus dan penuh kasih tidak akan pernah membangkitkan perang untuk membinasakan manusia yang dianggap sebagai musuhNya? Sebab para penguasa dunia sepanjang sejarah umumnya juga akan melakukan hal yang sama terhadap para keluarga musuh yang menjadi korban perang.
Tampaknya pemazmur ingat peristiwa pada zaman Nuh yang mana Allah menghukum umat manusia dengan air bah dan juga kehadiran Allah di gunung Sinai dengan guntur dan halilintar. Tetapi pada saat yang sama “hukuman alam” seperti gempa dan hujan yang deras tidak senantiasa berakibat destruktif. Gempa bumi dan hujan yang deras juga dipakai untuk memulihkan keadaan tanah padang gurun yang gersang sehingga mahluk hidup dan orang-orang yang tertindas dapat kembali memperoleh makanan.
Mzm. 68:6-7 jelas menyatakan bahwa Allah akan bangkit berperang untuk melawan setiap musuh-musuhNya yaitu orang-orang yang menindas setiap orang yang lemah dan tertindas. Sebab sebagai Allah yang kudus, Dia akan memposisikan diriNya sebagai pembela dan seorang Bapa yang melindungi setiap umat yang tidak berdaya, kaum marginal, dan minoritas (“sebatang kara”).

Renungan Hari Mingggu, 20 Juni 2010

Tempat di Sorga
Yohanes 14 : 1 – 3
Seorang pasien berkata kepada dokternya selagi sang dokter bersiap pergi dari kamarnya, "Dok, saya takut mati. Bisakah Anda menceritakan bagaimana keadaan di seberang sana?" "Saya tidak tahu, Pak," sahut dokter itu dengan lembut. "Lo, Anda tidak tahu? Bukankah Anda seorang kristiani?" tanya sang pasien lagi.
Dokter itu sedang memegang pegangan pintu kamar. Dari luar sekonyong-konyong terdengar suara lenguhan dan pintu digaruk-garuk. Begitu pintu dibuka, seekor anjing menerobos masuk dan melompat ke arah sang dokter dengan antusias dan sangat riang. Dokter itu menoleh kembali pada pasiennya, "Anda lihat anjing saya? Ia belum pernah masuk ke ruangan ini, jadi ia tidak tahu bagaimana keadaan di dalam. Tetapi ia tahu pasti, bahwa tuannya ada di dalam sini. Karena itu ketika pintu dibuka ia langsung masuk tanpa takut atau ragu sedikit pun. Saya juga tidak tahu banyak tentang keadaan di seberang sana, tetapi saya tahu pasti Tuhan Yesus ada di sana menanti kita. Itu sudah cukup buat saya."
Akan ada saatnya kita akan "pergi" dari dunia ini. Cepat atau lambat. Apa dan bagaimana keadaan di seberang sana, mungkin tidak ada seorang pun yang bisa menjelaskan secara jelas, terang benderang. Sebab betapa pun kehidupan sesudah kematian tetaplah merupakan sebuah misteri bagi kita. Akan tetapi di dalam iman kita bisa meyakini satu hal: Tuhan Yesus ada di sana. Seperti yang dijanjikan-Nya, "Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu

Di surga tidak ada pembatasan. Bagi setiap kita yang memegang perintah Kristus dan melakukannya, maka mereka akan dikasihi Tuhan dan juga oleh Kristus sendiri. (Yohanes 14:21), dan untuk kita ada tempat yang disediakan di surga. "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." (ay 2-4). Lihatlah apa yang dikatakan Yesus, bahwa di rumah Bapa ada banyak tempat tinggal yang sudah disediakan bagi orang percaya. Sebuah tempat indah dimana tidak lagi ada air mata. Sebuah tempat penuh damai sukacita. Sebuah tempat nyata dimana Yesus kini berada. "Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga" (Ibrani 8:1). Disana Yesus telah menyediakan tempat bagi siapapun yang percaya padaNya, yang memegang teguh dan melakukan semua yang Dia firmankan. Tidak ada kuota maksimum, tidak ada pembatasan jumlah, siapapun diundang untuk masuk ke dalam rumah Bapa. Bahkan Yesus pun terus mengetuk pintu hati manusia untuk diselamatkan, agar manusia pun bisa diselamatkan dan masuk ke dalam tempat yang telah Dia sediakan. Bukankah hal ini sangat indah?


Renungan Hari Sabtu, 19 Juni 2010

Semuanya Kuasa Tuhan
Mazmur 50 : 10-12
Sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku. Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya.
Allah yang selalu memenuhi keinginan hati kita dengan kebajikan, bukan hanya menyediakan pengampunan dan kesembuhan , tetapi lebih dari itu. Dunia dan segala isinya adalah milik-Nya, dan kita memiliki jaminan untuk memperoleh segala sesuatu yang kita butuhkan.
Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu. Dia menciptakan alam semesta dan segala isinya. Segala yang ada dalam dunia ini adalah kepunyaan-Nya. Tetapi mengapa banyak hal yang dikuasai oleh iblis?. Allah memberikan kuasa atas karya-Nya kepada Adam dan Hawa, tetapi mereka mengkhianati Allah dengan menjual semuanya kepada Iblis di Taman Eden, sehingga saat ini iblis telah menjadi ?illah zaman? (II Korintus 4:4? yaitu orang-orang yang tidak percaya , yang pikirannya telah dibutakan oleh illah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah?) , Allah tidak menciptakan dunia ini untuk iblis dan pengikutnya, tetapi dunia diciptakan untuk kita sebagai anak-anak-Nya, oleh sebab itu janganlah percaya akan dusta iblis.?
Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah iblis, maka ia akan lari daripadamu!? (Yakobus 4:7), Jadi turutilah Firman Allah dan percayalah apa yang Allah katakan dalam Firman-Nya. Apakah hari ini kita sudah berdiri diatas Firman Allah atau masih percaya kepada perkataan dusta dari iblis? Semuanya terserah kepada kita masing-masing. Allah sudah menyediakan segala berkat dan pertolongan-Nya untuk memenuhi segala kebutuhan kita .? Karena kuasa illahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-nya yang mulia dan ajaib?. (II Petrus 1:3).


Renungan Hari Jumat, 18 Juni 2010

Allah Mengasihi Kita
1 Korintus 8 : 2 – 3
Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu "pengetahuan", maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya. Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah
Allah mempunyai hikmat bijaksana yang sempurna, dan Allah tidak menciptakan alam semesta dan dunia kehidupan tanpa tujuan yang jelas. Alkitab menyatakan bahwa penciptaan bukanlah tindakan eksperimental dari Allah. Segala yang diciptakan Allah adalah baik menurut penilaian-Nya sendiri, kemudian Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, supaya manusia bisa berelasi dengan Dia; mensyukuri hidup yang dikaruniakan'oleh Pencipta, menjalani hidup ini dengan bimbingan-Nya, melayani Dia sesuai dengan ketetapan Allah, dan memuliakan Dia yang Mahabesar dan Mahamulia itu.
Namun kenyataannya, dosa telah merusak relasi yang indah tersebut. Pencemaran dosa kepada seluruh keturunan Adam, telah menyebabkan kerusakan atas natur manusia; semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Tapi Allah telah menetapkan suatu rencana lain, yaitu rencana penebusan.

Setelah menciptakan banyak pohon yang menarik dan bisa dimakan buahnya, Tuhan memberikan sebuah larangan kepada manusia agar tidak memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Mengapa sih Tuhan melarang manusia memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat ? Bukankah mengetahui baik dan jahat itu merupakan sebuah tanda kedewasaan seseorang ?
Perhatikan, Tuhan tidak pernah melarang manusia untuk mengetahui baik dan jahat ( sebaliknya Dia menginginkannya) tetapi Dia melarang kita untuk mengetahuinya melalui jalur pengetahuan. Dia menginginkan kita bertumbuh dewasa dan mengetahui baik dan jahat melalui jalur persekutuan. Tetapi manusia memilih jalan pintas yaitu melalui jalur pengetahuan sehingga mereka terpisah dari persekutuan dengan Allah. Yesus datang ke dunia ini untuk memulihkan persekutuan yang rusak tersebut sehingga manusia kembali bisa bersekutu dengan Allah.
Alkitab mengatakan bukan kita yang telah mengasihi Allah melainkan Allah yang telah lebih dahulu mengasihi kita. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan Allah yang mencari mereka bukan mereka yang mencari Tuhan. Dari sejak semula manusia memang tidak menginginkan Tuhan. Mari mengasihi Tuhan bukan dengan pengetahuan namun dengan iman.


Renungan Hari Kamis, 17 Juni 2010

Semuanya Berkat Tuhan
Habakuk 2 : 13-14

Sesungguhnya, bukankah dari TUHAN semesta alam asalnya, bahwa bangsa-bangsa bersusah-susah untuk api dan suku-suku bangsa berlelah untuk yang sia-sia? Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut.
Sebagai umat Kristiani Tuhan mengajarkan kita untuk tetap mengucap syukur dalam segala keadaaan, entah kita sedang bahagia atau susah, diberkati atau tidak diberkati kita tetap harus mengucap syukur atas segala sesuatu yang Tuhan ijinkan terjadi atas hidup kita. sesungguhnya tanpa sadar setiap hari kita diberkati Tuhan dengan penuh kelimpahan. Kalau hari ini kita bisa menghirup udara dengan bebas, darah kita tidak bermasalah dan kita bisa bekerja dan beraktifitas sesuka kita, itu merupakan berkat dari Tuhan. Hari ini banyak orang dirumah sakit hidupnya tergantung dari tabung oksigen untuk dia bernafas, ada juga orang yang hidupnya tergantung dari transfusi darah orang lain karena ginjalnya sudah rusak dan beberapa orang lain yang kurang beruntung harus melakukan segala sesuatu diatas kursi roda karena kakinya lumpuh. Ada banyak berkat yang luar biasa Tuhan berikan kepada kita setiap hari, namun karena kita sudah terlalu sering menerima itu kadang kita tidak bisa mengucap syukur untuk berkat tersebut.

Segala sesuatu yang berharga baru terasa berarti saat kita kehilangan sesuatu tersebut. Uang atau kekayaan bila hilang kita masih bisa mencarinya, namun waktu dan berkat yang Tuhan berikan kalau kita tidak bisa menggunakan dengan baik, maka berkat dan waktu itu akan hilang dan kita tidak bisa mendapatkannya kembali. Renungan hari ini mengajak kita semua untuk menghitung berkat kita masing-masing. Jangan fokus akan sesuatu yang buruk yang senantiasa terjadi atas hidup kita, namun fokuslah akan segala berkat yang boleh kita miliki hari ini. Kalaupun kita merasa Tuhan tidak memberkati hari ini tetaplah mengucap syukur karena Dia mengajarkan kita untuk senantiasa mengucap syukur dalam segala keadaan.
Memang di luar TUHAN, hidup tidak memiliki arti. Bagi setiap manusia yang berada di luar KRISTUS, kehidupan yang dijalani di dunia ini menuju satu titik, yaitu kematian. Tetapi tidak demikan dengan orang yang mengenal ALLAH. Hidup kita yang tadinya sia-sia sebelum mengenal DIA, diperbaharui dan diisi menjadi hidup yang penuh dengan kebahagiaan yang datang dari KRISTUS. Pengampunan dosa yang diberikan kepada kita membawa damai sejahtera di dalam kehidupan kita. Hidup kita tidak lagi sia-sia, namun kita memiliki tujuan hidup, yakni hidup kekal bersama dengan DIA di dalam Kerajaan Sorga.

Renungan Hari Rabu, 16 Juni 2010

Kuasa Tuhan
Yesaya 24 : 19 – 20a
Bumi remuk redam, bumi hancur luluh bumi goncang-gancing. Bumi terhuyung-huyung sama sekali seperti orang mabuk dan goyang seperti gubuk yang ditiup angin.
Gempa bumi, hanyalah bagian kecil dari gejolak alam karena alam itu memang memiliki nyawa berupa energi bumi. Demi waktu Tuhan telah melapis bumi jutaan tahun dengan tanah dan bebatuan yang kokoh, kemudian Dia mengirim Adam dan Hawa turun ke bumi. Bayangkan jika tidak ada lapisan batu, tamah air, dan lapisan oksigen, serta melindungi panasnya matahari dengan lapisan ozon, kemudian menjauhkan jarak matahari dan bumi pada posisi yang aman. Jika tidak, manusia tidak akan bisa hidupi dimuka bumi. Karena memang Tuhan Mahan Pengasih lagi Maha Penyayang serta Maha Melindungi umatNya. Beberapa pelajaran besar yang harus diambil:
1. Tuhan telah mengirim “isyarat” bahwa manusia harus “berbenah” dengan :

a. Teknologi tahan gempa untuk membangun gedung (perhatikan banyak gedung runtuh karena tidak tahan gempa). Sehingga perlu kontrol ketat dan sertifikasi rumah tahan gempa seperti yang dilakukan oleh Jepang.
b. Tidak menebang hutan secara sembarangan (perhatikan tanah longsor akibat gempa, karena tanah itu labil dan bisa saja gundul)
c. Membuat tata ruang yang baik sehingga tidak sembarang membangun rumah / hunian tidak pada tempatnya (seperti di bukit yang labil).
d. Ternyata kemewahan, kekayaan bisa musnah dalam sekejab mata, tidak lebih dari 5 menit hata kita lenyap, kemewahan hancur, bahkan nyawapun melayang.
e. Ternyata kita tidak bisa hidup sendiri, sekaya apapun, sehebat apapun kita tetap masih butuh orang miskin, butuh orang lain. Tolong menolong dan saling membantu adalah pelajaran penting yang terus kita jaga, tanpa membedakan ras, golongan, agama, dan negara. Kita butuh pengalaman negara lain dalam mengatasi bencana (seperti jepang).
f. Bencana tidak bisa dilawan, bencana tidak bisa dihindari akan tetapi bencana bisa dikurangi dampaknya, daya rusaknya, daya bunuhnya dengan belajar pada kejadian gempa gempa masa lalu. Sama seperti kenapa kita perlu Berobat ke Dokter / Rumah sakit, bukankan hidup dan mati adalah ketentuan Tuhan. Itulah ihtiar manusia, dengan berobat ke dokter / rumah sakit diharapkan Tuhan mengabulkan dengan menyembuhkan kita, dan memanjangkan umur kita.

Renungan Hari Selasa, 15 Juni 2010

Perzinahan
Yeremia 23 : 10
Negeri telah penuh dengan orang-orang berzinah; sungguh, oleh karena kutuk ini gersanglah negeri dan layulah padang-padang rumput di gurun; apa yang dikejar mereka adalah kejahatan, dan kekuatan mereka adalah ketidakadilan.
Apa yang kita saksikan adalah prinsip cara (metode) penyembahan kepada TUHAN Allah. Tuhan Yesus menegaskan bahwa menyembah Allah tidak dibatasi oleh tempat (Yoh 4:20-24). Namun bukan berarti kita sembarangan memberikan penyembahan dengan cara (metode) yang mengikuti budaya dunia ini. Kita sudah melihat contoh yang jelas sekali dari umat Israel. Ketika mereka menganggap remeh cara (metode) penyembahan, disitulah mereka mulai tergelincir dan jatuh dalam dosa perzinahan. Mereka anggap remeh ketaatan kepada TUHAN Allah.

Sebagai orang percaya (gereja), kita tidak bisa mengatakan: ”menyembah Tuhan yang penting hati. Cara (metode) penyembahan tidak penting”. Mentalitas seperti ini bisa menyebabkan kita tergelincir ke dalam dosa perzinahan. Mari kita kritis terhadap budaya jaman ini yang mudah menyeret kita ke dalam dosa perzinahan. Dosa penyembahan ilah lain yang bukan TUHAN Allah. TUHAN Allah memperhatikan hati kita & cara (metode) penyembahan kita sebagai gereja kepadaNya. Untuk itu kita tidak boleh sembrono dalam Ibadah kepada TUHAN Allah.
Pada akhir zaman banyak orang tidak malu-malu lagi melakukan zina. Zina tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang hina dan memalukan. Hal ini dikarenakan banyaknya tontonan zina dan banyaknya orang yang berzina. Sehingga ketika seorang laki-laki ketahuan berzina terasa tidak ada beban asal bertanggungjawab mau menikahi wanita zinanya.
Gambaran semacam ini sudah nampak di negeri kita, sebagaimana yang dilakukan para pelacur yang menjajakan dirinya di pinggir-pinggir jalan, di beberapa tempat keramaian atau taman kota, dan juga yang terjadi di pinggir-pinggir pantai, tempat wisata. Tapi, jika dibandingkan di Barat mungkin belum lah separah di sana. Namun, tidak menutup kemungkinan yang di Barat pun akan terjadi di sini, sebagaimana fenomena akhir-akhir ini terjadi, sebagian orang sudah berani merekam perbuatan bejatnya bersama wanita zinanya, sehingga tersebar di berbagai media. Maka mungkin saja, zina di jalan-jalan dapat terjadi.


Minggu, 11 Juli 2010

Renungan Hari Senin, 14 Juni 2010

Kuat Di Dalam Kasih Kristus
Roma 8 : 35
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
Kondisi di Roma adalah jemaat-jemaat di Roma mengalami penganiayaan karena mereka menyebut diri mereka Kristen. Orang-orang dunia jika dianiaya, mereka bakalan lari dan menyerahkan apapun juga yang ada pada mereka, yang penting bagi mereka adalah keselamatan dirinya dari amukan massa yang menganiaya. Tetapi jemaat-jemaat di Roma tidak demikian, mereka tetap beriman kepada Kristus dan tidak sedikitpun mereka menyangkal iman mereka, sehingga tidak heran Paulus menghibur mereka bahwa barangsiapa yang menyeru nama Tuhan akan diselamatkan (Roma 10:13).
Di dalam penderitaan dan penganiayaan berat sekalipun, kalau jemaat-jemaat di Roma tetap memfokuskan imannya kepada Kristus dan bukan pada penganiayaan, maka kita juga perlu belajar dari mereka yaitu belajar memfokuskan iman kita kepada Kristus dan bukan pada sesuatu yang menghimpit kita, sehingga kita mampu menerobos keluar dan menang menghadapi setiap penganiayaan.
Dari banyak pengalaman, sering berhubungan dengan Tuhan melalui doa sangat menolong, menyelamatkan, memberi kekuatan, mendatangkan damai, dan menjauhkan diri ini dari godaan. Mereka yang jarang berdoa akan mendapat bukti bahwa berdoa kepada Tuhan itu tidak sia-sia. “Banyak hal yang menjengkelkan, kekecewaan, dan nasib buruk yang sering terjadi. Sesudah rajin doa, itu semua seakan lenyap begitu saja. Hidup ini jadi lebih indah, tenang, dan terasa dekat dengan Tuhan,” tutur teman RHI. Inilah bukti bahwa ketika berdoa, Roh Kudus akan menyampaikan doa kita kepada Allah (lihat Roma 8:26). Di dalam Yesus Kristus, diri ini tidak sendirian karena Bapa beserta kita (lihat Yohanes 16:32), Yesus tidak akan menelantarkan diri ini (lihat Yohanes 14:18). Selain itu, di dalam kelemahan, kuasa Tuhan menjadi sempurna (lihat 2Korintus 12:9). Yesus memerintahkan kita agar: “Janganlah takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa membunuh jiwa” (lihat Matius 10:28).

Karena, Yesus adalah Kebangkitan dan Hidup (lihat Yohanes 11:25) sehingga diri ini tidak takut terhadap kematian (lihat Ibrani 2:15). “Maut telah ditelan oleh kemenangan” (lihat 1Korintus 15:54) melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. “Jika Allah berpihak dengan kita, siapa yang akan melawan kita?” (lihat Roma 8:31) “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?” (lihat Roma 8:35) “Tidak, dalam semuanya ini kita akan menang jaya, oleh kuasa Dia yang mengasihi kita” (lihat Roma 8:37). Itulah sebabnya, di dalam Kristus, diri ini akan bersukacita selalu (lihat Filipi 4:4).
Seorang petinju yang telah berkeluarga memenagkan pertandingan. Dia bukan saja gembira karena mendapatkan money, tetapi dia bangga karena dia bisa menyandang gelar sebagai the winner. Tetapi, siapakah sebenarnya yang lebih merasakan kegembiraan itu? Jawabannya, pasti sang isteri petinju. Bahkan si isteri disebut lebih dari pemenang, karena walaupun dia tidak ikut bertanding untuk merebut kemenangan, ia sudah ikut merasakan kemenangan suaminya dan tentu ikut kecipratan hadiah from her beloved husband. Begitu halnya dengan kita anak-anak Tuhan. Menjadi pengikut Kristus, so pasti kita bangga because we are the son of God, yang lebih dari pemenang. Yesuslah Sang Pemenang yang telah menang diatas kayu salib. Dan kita, walaupun tidak dapat menanggung dosa kita sendiri, tetapi kita mendapatkan keselamatan dari Yesus Kristus, dimenangkan dari dosa.

Renungan Hari Minggu II Setelah Trinitatis, 13 Juni 2010

Berseru Pada Tuhan
Yoel 1 : 8 – 20

Konteks Alkitab pada bagian ini adalah berisi tentang ajakan kepada seluruh rakyat untuk meratap. Bentuk ratapan ini sudah biasa dilakukan di Israel. Rataoan bisanya diadakan jika ada keadaan darurat atau ancaman dari pihak musuh atau penuaian yang tidak berhasil karena bencana yang luar biasa. Semua kejadian tersebut biasanya dihubungkan dengan keberdosaan umat (bd Yes 22:2; Yer 4:8). Khusus tulah belalang di teks kita dipandang sebagai suatu yang luar biasa.
Rupanya bukan hanya manusia yang menderita karena tulah tersebut, tapi juga hewan, binatang-binatang dan alam. Di ayat 18-20 disebutkan bahwa hewan mengeluh karena tidak ada lagi rumput yang bisa mereka makan. Api telah habis memakan habis tanah gembalaan dan menghanguskan pohon di padang. Ini pasti membuat kekacauan dan penderitaan bagi alam. Kambing pun terkejut karena biasanya kambing-kambing dengan sukacitanya bisa memakan rumput sesuka hatinya. Tapi kini semua lahan habis dilalap api, sehingga alangkah sulitnya untuk menemukan makanan. Segala makhluk mengeluh, bahkan hewan oun menjerit karena suhda kehilangan berkat Tuhan.
Karena itu semua rakyat diminta berkumpul untuk berpuasa yang kudus dan berdoa, mereka berteriak kepada Tuhan. Dengan puasa yang kudus dimaksudkan bahw asuatu hari yang dikhususkan untuk melakukan puasa sebagai pengakuan bahwa manusia takluk kepada keadaan darurt yang dialami itu dan kepada Tuhan.

Berseru kepada Tuhan, sama dengan berdoa dengan serius. bukan cuma berbisik saja. apakah saudara termasuk orang yang setia berdoa ? apakah saudara hanya berdoa sekali sekali kalau lagi kepepet. apakah saudara pernah mendoakan suatu pokok doa sampai bertahun tahun ? hanya saudara yg dapat menjawabnya dengan tulus. setiap kali saudara berseru dan berteriak kepada Tuhan. maka wajah saudara muncul pada layar monitor Tuhan di surga. Pernahkah saudara berdoa- saking seriusnya sampai menangis ?
Tuhan tidak mempersoalkan apakah saudara menagis atau tidak ketika berdoa, tetapi yang terpenting adalah apakah saudara benar benar serius dan setia berdoa atau tidak. Ketiak saudara berdoa dengan serius, maka mata saudara tertuju kepada Tuhan yang didalam tanganNya terletak apa saja yang sedang saudara minta dan harapkan. ketika saudara perlu uang, jangan mengarahkan mata saudara kepada lembaran uang, melainkan arahkan mata saudara kepada tangan Yesus yang penuh berisi uang.


Renungan Hari Sabtu, 12 Juni 2010

Melaksanakan Pertolongan
Matius 25 : 35
Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan.
TUHAN mengajar murid-murid-NYA, bahwa orang yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah yang memberi makan pada saat DIA lapar, memberi minum pada saat DIA haus, yang memberi tumpangan, yang memberi pakaian, yang melawat pada saat DIA sakit, dan seterusnya. Orang yang mendengar pelajaran YESUS pada saat itu menjadi bingung. Mereka merasa belum pernah memberikan pertolongan seperti yang disebutkan YESUS tadi. Kemudian YESUS menjelaskan bahwa pada saat mereka melakukan perbuatan baik kepada orang lain, sebenarnya mereka juga sedang melakukan hal yang sama kepada DIA.
Jelaslah bagi kita untuk mengerti bahwa pada saat kita berbuat sesuatu kepada orang lain, maka DIA memperhitungkan hal itu dilakukan untuk TUHAN YESUS. Penting bagi kita yang beriman untuk selalu mewujudkan ajaran kasih dari TUHAN kepada orang lain. Salah satunya adalah dengan saling menolong dan berani memberikan apa yang diperlukan orang lain. Dengan berlaku demikian sama halnya kita sedang memuliakan TUHAN ALLAH kita

Iman yang tidak diwujudkan dalam perbuatan yang nyata, sama dengan sebuah pohon yang tidak berbuah. Misalnya pohon durian disebutkan sebagai pohon durian yang baik pada saat menghasilkan buah durian yang dapat dinikmati. Kita yang sudah memiliki iman Kristen, seharusnya dapat menghasilkan buah sebagai orang yang beriman, yang salah satunya adalah berani untuk memberi dan berkorban bagi orang lain yang benar-benar membutuhkan pertolongan. Maka sekarang kita dapat menilai, orang Kristen yang macam apa jika kita mengaku beriman kepada TUHAN yang Maha Kasih tetapi tidak berani mengambil tindakan untuk mengasihi dan menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Jelas sekali apa yang difirmankan YESUS kepada kita. Bahwa tidak ada gunanya kita membanggakan diri sebagai orang yang beriman kepada TUHAN jika kita tidak melakukan apa yang dikehendaki DIA. Karena dari apa yang kita berbuat itulah, akan dapat dinilai apakah kita benar-benar orang yang beriman kepada TUHAN YESUS atau tidak.


Renungan Hari Jumat, 11 Juni 2010

Allah Mendatangkan Kebaikan
Roma 8 : 28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan tidaklah terlepas dari satu dengan yang lainnya. Resep yang diberikan oleh seorang Dokter yang ahli dan berpengalaman seringkali terdiri dari campuran beberapa macam obat yang tujuannya adalah semata-mata untuk mendatangkan kebaikan. Seorang Hamba Tuhan yang bernama Barclay mengemukakan isi ayat itu sebagai berikut, “Kita tahu bahwa Allah mencampurkan segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.“ Apabila pengalaman-pengalaman hidup diambil secara terpisah-pisah, mungkin kelihatannya tidak ada kebaikan sama sekali di dalamnya, tetapi apabila dicampur menjadi satu, hasilnya tidak lain adalah kebaikan. Dalam keadaan-keadaan yang tidak menguntungkan, seringkali kita bertanya, “Bagaimana mungkin hal ini mendatangkan kebaikan?“ Jawabannya ialah “Tunggulah sampai Tabib Agung itu selesai menulis resep-Nya.“
Siapakah yang tidak dapat mengenang kembali masa lalu untuk melihat bahwa hal-hal yang dianggap sebagai musibah akhirnya ternyata merupakan berkat terselubung? Seorang Pelukis mencampur berbagai warna yang bagi mata orang biasa atau orang awam nampaknya jauh sekali dari tujuan si Pelukis. Tetapi tunggulah sampai ia selesai memadukan warna-warna itu.

Ayat 28 yang menegaskan bahwa Allah sanggup mendatangkan kebaikan melalui segala sesuatu yang terjadi terhadap kita. Segala sesuatu di sini memang meliputi semua peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Namun, sesuai dengan pokok bahasan ayat-ayat sebelumnya, ”segala sesuatu” di sini secara khusus menunjuk kepada segala macam kesulitan dan penderitaan yang kita alami.
Kebaikan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut tentunya bukan kebaikan menurut ukuran kita sendiri. Ukuran kebaikan itu adalah rencana Allah. Rencana ini berlaku bagi orang-orang yang telah dipanggil-Nya. Paulus menguraikan bagaimana Allah secara teratur dan terencana memilih, menentukan, memanggil, membenarkan, dan memuliakan kita. Dan untuk melaksanakan rencana tersebut Allah mengaruniakan Anak-Nya sendiri bagi kita. Karunia Allah yang terbesar ini memberikan jaminan bahwa kasih Kristus akan senantiasa menjadi milik kita.

Renungan Hari Kamis, 10 Juni 2010

Yang Berbahagia
Lukas 6 : 21
Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.
Tuhan Yesus memang sering mengajar di tempat-tempat yang jauh dari
keramaian, entah di tepi danau entah di atas bukit. Posisi Yesus yang duduk memang lazimnya seorang rabi atau para guru yang mengajar di sinagoga. Sabda bahagia disampaikan di atas bukit, karena bukit atau gunung sering berperan sebagai tempat pewahyuan Allah. Kiranya penginjil juga mau menyejajarkan dengan Gunung Sinai, tempat Allah menyampaikan hukum-Nya melalui Musa. Dalam perbandingan itu tampaklah kelebihan Yesus. Musa menerima pengajaran dalam loh batu dari Allah, agar disampaikan kepada bangsa Israel yang berada di kaki bukit; Yesus menyampaikan ajaran-Nya dengan Wibawa-Nya sendiri kepada para murid-Nya. Murid-murid itulah yang kemudian diutus untuk meneruskan kepada bangsa Israel dan segala bangsa, yang sudah diwakili oleh orang banyak di kaki bukit.
Sabda ini kiranya mengajak dan memanggil kita untuk senantiasa berjuang dengan pengorbanan diri demi kebenaran dan hidup sejati. Dalam situasi atau iklim kehidupan yang masih marak dengan kebohongan, penipuan, manipulasi, korupsi dan keserakahan pada masa kini rasanya untuk hidup benar merupakan perjuangan berat, apalagi memperjuangkan kebenaran. Meskipun memperjuangkan kebenaran akan menghadapi tantangan dan hambatan serta ada kemungkinan kegagalan atau keterbatasan, marilah kita terus berjuang dan berkorban, percayalah kebenaran pasti akan menang.

Orang miskin menderita, itu sudah biasa. Menjadi luar biasa kalau orang miskin yang terhimpit aneka kesulitan itu tetap bersikap rendah hati dan berusaha hidup seturut kehendak Allah. Sikap seperti itu adalah sikap orang yang berhati murni. Kemurnian itupun menjadi jelas di saat orang itu memperjuangkan kasih dan membawa damai, meski ia sendiri mengalami penganiayaan, celaan dan fitnah.
Tuhan Yesus menegaskan bahwa sikap tetap percaya meski menderita sengsara sudah menjadikannya warga Kerajaan Allah dan menempatkannya di bawah berkat pemerintahan Allah. Karena itu masa depannya menjadi cerah dan itulah yang namanya "sengsara membawa nikmat". Tetapi apa sebenarnya yang menjamin bahwa masa depan yang penuh bahagia itu akan terwujud!

Renungan Hari Rabu, 9 Juni 2010

Menanti Tuhan
Mazmur 145 : 15 – 16
Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya; Engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup
Tuhan memiliki kedaulatan (kekuasaan tertinggi) untuk memberikan maupun untuk tidak memberikan apa yang kita minta.Walaupun kita terus-menerus berdoa kepada-Nya, Ia tidak akan mengabulkan permintaan kita bila permintaan tersebut tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Ia berhak untuk mencurahkan berkat-Nya dan Ia berhak pula untuk menahan berkat-Nya. Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita, sehingga Ia tidak selalu bertindak sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Tuhan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya sendiri. Kitalah yang harus menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan. Kita akan semakin mudah menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan bila kita semakin dekat mengenal pribadi-Nya. Tuhan berkenan kepada orang yang takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang meninggikan Tuhan, menghargai karya Tuhan, dan memashyurkan nama Tuhan karena segala kebaikan-Nya. Tuhan pasti mendengar dan menjawab doa orang yang takut akan Tuhan, karena orang yang takut akan Tuhan tidak akan berdoa semata-mata dengan berlandaskan keegoisan dirinya (145:19).

Tuhan akan melaksanakan kehendak orang yang takut akan Dia. Jangan memaksa Tuhan bila doa kita tidak atau belum dijawab oleh Tuhan. Sebaliknya, evaluasilah motivasi dan kehendak diri kita sendiri, apakah kita sudah berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan. Penyesuaian kehendak kita dengan kehendak Tuhan hanya dapat tercapai dengan menjalin hubungan yang semakin dekat dengan Tuhan!
Gambaran Tuhan tidak akan pernah selesai jika diungkapkan dengan kata-kata manusia. Ia jauh lebih besar/luas dari pada yg dapat kita pikirkan dan gambarkan tentang Dia. Wawasan kita telalu dangkal untuk melukiskan Tuhan di dalam pengungkapan kata-kata. Bagaikan seekor ikan (yang besar sekalipun) di tengah-tengah samudra yg luas, yg tidak mungkin menelan seluruh air laut. Demikian pula dengan kita yg tidak mungkin menguasai pemahaman tentang Tuhan dalam kebesaran-Nya. Kita adalah ciptaan-Nya. Pujian kita kepada-Nya berkumandang berdasarkan kebaikan dan kemurahan kekuasaan-Nya atas kita. Dengan segala keterbatasan, kita akui kedaulatan dan kekuasaan-Nya atas kita. Kita mengagungkan nama-Nya supaya orang lainpun yg mendengarkannya dapat mengakui hal yg sama. ‘Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan, dan biarlah segala mahluk memuji nama-Nya yg kudus untuk seterusnya dan selamanya

Renungan Hari Selasa, 8 Juni 2010

Rancangan Dan rencana Allah
Yeremia 29 : 11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan
Allah menghendaki kita menjadi kawan sekerja tim denganNya dalam melaksanakan rancangan yang Ia sudah tetapkan. Sebuah tim, jika bekerja sama, akan membawa hasil yang sempurna. Usaha kita sendiri, akan sia-sia karena kita hanyalah manusia fana yang memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan dan setiap saat mudah jatuh dalam jurang pencobaan dan kebinasaan. Kristus berkata, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yohanes 15:5b).
Meskipun kita tidak dapat berjalan sendiri, tetapi Allah sendirilah yang menawarkan suatu pekerjaan bagi kita, untuk meraih rancangan damai sejahtera yang Ia sudah buat. Bukankah ini menakjubkan? Kesehatan, kebahagiaan rumah tangga, kedamaian dan kesejahteraan hidup bukanlah hal yang mustahil kita kecapi jika kita sendiri melakukan hal-hal yang menunjang kita untuk mendapatkannya; dan Allah, sumber kekuatan, akan menyertai langkah kita dalam menghidupkan prinsip-prinsip hidup yang sehat, rajin dalam usaha dan penuh kasih pada keluarga dan sesama.
jika saudara mengarahkan iman kepada Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan takut dan gentar maka saudara akan memiliki masa depan yang cerah. Tuhan tidak pernah memberi rancangan kecelakaan kepada umatnya. Tuhan memberi rancangan yang indah dan masa depan yang penuh harapan.
Sungguh indah rencana Allah dan tidak mungkin Ia realisasikan sepihak tanpa bekerjasama dengan penerimanya. Meski rencanaNya terganggu oleh si Penggoda, Iblis, musuh Allah yang jahat, namun Ia tetap memberikan jalan bagi kita untuk mendapatkan kesempatan mengecapi rancanganNya. Tidak ada rejeki yang belebihi rancangan Allah yang sesungguhnya bagi kita, suatu tempat tinggal penuh damai dan sejahtera yang sesungguhnya di tanah yang akan diberikan bagi umat yang setia kepadaNya.

Renungan Hari Senin, 7 Juni 2010

Tuhan Andalanku
Yeremia 17 : 7
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Daud tahu bahwa mengandalkan manusia itu adalah sia-sia belaka. Ia berkata "Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia. Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita." (Mazmur 60:13-14). Itu bentuk gaya hidup Daud yang ternyata berkenan bagi Tuhan. Dan ketika ia berperang, ia selalu memperoleh kemenangan. Bukan karena kehebatannya, tapi karena "TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke manapun ia pergi berperang." (2 Samuel 8:6b,14b). Itu kunci kemenangan Daud. Kunci yang sama berlaku pada tokoh-tokoh alkitab lainnya. Daniel dikatakan memiliki kepintaran, kearifan dan segala kelebihan lainnya bukan karena kehebatannya sendiri, namun jelas dikatakan karena "ia mempunyai roh yang luar biasa" di dalam dirinya. (Daniel 6:3).
Ketaatannya bahkan menyelamatkannya dari maut di kandang singa. Yusuf? Setali tiga uang. Meski terus menghadapi pergumulan dan penderitaan, namun di balik itu semua ia mendapatkan berbagai keberhasilan. Bukan karena kebetulan beruntung, bukan karena kehebatannya, tapi dikatakan karena Tuhan menyertai Yusuf. Ini dikatakan berkali-kali seperti misalnya dalam Kejadian 39:2 yang berbunyi "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu." Itu baru sebagian kecil dari banyaknya tokoh yang telah membuktikan bagaimana dahsyatnya jika kita hidup bersama dengan Tuhan. Kita boleh masuk ke dalam pergumulan dan peperangan, namun Tuhan menjanjikan kita bukan untuk kalah melainkan untuk mencapai kemenangan demi kemenangan. Dan kuncinya adalah dengan mengandalkan Tuhan secara penuh.

Ada dua hal yang harus kita lakukan untuk memperoleh berkat Tuhan menurut ayat ini, yaitu mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan hanya kepada Tuhan. Ada banyak orang yang ingin diberkati tetapi tidak mengandalkan Tuhan. Mereka lebih mengandalkan kepintaran dan kehebatannya, akibatnya yang ada adalah kekecewaan demi kekecewaan. Orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri atau dengan kata lain mengandalkan manusia akan senantiasa hidup dalam kutuk.

Renungan Hari Minggu I Setelah Trinitatis, 6 Juni 2010

Selalu Ingat Pada Tuhan
Ulangan 6 : 10 – 15


Apa yang terjadi pada bangsa Israel merupakan peringatan bagi kita hari ini. Seringkali manusia mendekat kepada Tuhan ketika sedang mengalami penderitaan. Tapi setelah berada dalam keadaan baik dan berkecukupan, Tuhan pun begitu gampang dilupakan. Padahal tidakkah semua itu kita dapatkan sebagai berkat dari Tuhan? Bukankah tanpa Tuhan kita bukan apa-apa? Jika demikian mengapa kita tega melupakan Dia yang telah mengasihi kita dengan begitu besar? Mazmur Daud mengingatkan kita untuk selalu mengingat kebaikan Tuhan dalam hidup kita. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:1-2). Seperti kasih seorang bapa kepada anaknya, seperti itu pula kasih Tuhan yang tidak berkesudahan selalu menaungi kita. "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia....kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya." (ay 13, 17-18).

Tapi seringkali kita terlena dengan urusan yang ada di bumi dan mengundur-undur untuk mencari Tuhan. Bekerja, melakukan aktivitas sehari-hari memang penting, tapi jangan sampai kita melupakan Tuhan. Jangan sampai kegiatan kita malah menjadi berhala bagi kita sendiri, dan kita melupakan Tuhan yang telah begitu baik memberikan segalanya bagi kita.
Ketika hari ini anda diberkati secara baik dalam kehidupan, keluarga dan pekerjaan, jangan pernah lupakan Tuhan. Tetaplah ingat kepada Tuhan yang telah memberikan itu semua. Puji dan sembah Dia, penuhi diri anda dengan ucapan syukur. Ingatlah selalu bahwa apa yang kita raih bukanlah semata-mata karena kerja keras atau hasil jerih payah kita sendiri, tetapi melalui berkat Tuhan yang turun melalui usaha kita. Tanpa Tuhan semua akan sia-sia. Jangan pernah lupakan kebaikanNya, jangan menjadi kacang yang lupa kulit, mari kita terus memuji dan menyembah Dia dengan segenap diri kita.


Renungan Hari Sabtu, 5 Juni 2010

Besarnya Kasih Allah
Yohanes 3 : 16
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Allah hanya memiliki Anak yang Tunggal (only begotten Son), tapi Anak yang satu-satunya itu diutus sebagai misionari ke dalam dunia ini. Bulan ini adalah bulan misi, hati kita sering terharu mendengar banyak hamba-hamba Tuhan yang rela meninggalkan negeri asalnya menjadi misionari antar budaya maupun lintas budaya. Mereka telah mengorbankan segala-galanya untukmenjalankan misi yang mulia ini.Tetapi ingatkah kita bahwa jika Kristus tidak taat kehendak Allah dan menjadi misionari yang pertama, maka kita semua akan tetap tenggelam dalam dosa. Sebelum kita melakukan sesuatu bagi Tuhan, Dia terlebih dahulu menyatakan pengorbanan yang terbesar bagi kita dan yang tidak akan ada bandingannya dari kekal sampai kekal.
Anugerah yang diberikan ini bukan hanya untuk sekelompok orang tertentu saja, tapi berlaku untuk semua orang, seluruh bangsa tanpa terkecuali. Tuhan mengasihi semua manusia ciptaanNya tanpa memandang latar belakang atau keadaan kita. Dia mengasihi dan memberikan kasih karuniaNya bukan karena cantik, gagahnya kita, bukan karena status kita, kekayaan kita, kehebatan kita bahkan bukan pula karena perbuatan-perbuatan baik atau usaha kita. Sebuah kasih karunia bukanlah berbentuk imbalan atau balas jasa. Firman Tuhan berkata: "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Keselamatan itu kita peroleh semata-mata karena anugerah Tuhan, bukan karena jasa atau usaha manusia. Tuhan rela memberikan diriNya sendiri demi keselamatan kita.

Ketika mengharapkan manusia untuk menolong dan memberi tanpa mengharapkan imbalan sangat langka, Tuhan Sang Pencipta kita ternyata rela memberikan itu. Dan itu disebut sebagai anugerah, kasih karunia. Sebuah anugerah bukan lagi anugerah ketika diberikan dengan mengharapkan imbalan. Bukan kasih karunia namanya jika pemberian didasarkan atas jerih payah atau hasil usaha kita. Manusia yang terus berbuat dosa dari masa ke masa sesungguhnya tidak layak untuk memperoleh keselamatan. Tapi ternyata di mata Tuhan manusia begitu berharga. Seperti yang sering saya sebutkan, we are His masterpiece. Kita diciptakan menurut gambar dan rupaNya sendiri (Kejadian 1:26) dan tetap berada di ruang mataNya (Yesaya 49:16). Begitu besarnya kasih Allah kepada kita semua, hingga AnakNya yang tunggal pun Dia berikan sebagai kasih karunia, semata-mata agar tidak satupun diantara kita yang binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...