Senin, 28 September 2009

Renungan Epistel, Minggu XVII Setelah Trinitatis, 4 Oktober 2009

Tak Gendong
Yesaya 46 : 3 - 4
Kitab Yesaya ini disebut menurut nama seorang nabi besar yang hidup di Yerusalem dalam bagian kedua abad kedelapan s.M.. Nama Yesaya diambil dari bahasa Ibrani: ישׁעיהו Yeshayahu atau Yəša‘ăyāhû. Arti daripada nama ini adalah “Penyelamatan Yahwe”. Dalam mengarungi kehidupan ini, sepertinya Tuhan begitu kejam melepaskan, anak-anak-Nya kedalam dunia yang jahat ini. Terkadang kita tidak dapat melihat penyertaan-Nya. Namun satu hal yang pasti Tuhan setia, Tuhan mengasihi kita, dan Tuhan selalu berjaga-jaga bagi kita. Mbak Surip, dengan lagunya tak gendong menyedot perhatian seluruh tanah air. Betapa tidak mulai dari anak yang terkecil yang berusia 2 tahun, para artis hingga pejabat tinggi Negara suka dengan lagu ini. "Tak gendong kemana-mana Tak gendong kemana-mana Enak donk, mantep donk Daripada kamu naik pesawat kedinginan Mendingan tak gendong to Enak to, mantep to Ayo.. Kemana….." Syair lagu yang mengundang senyuman bahkan tertawaan. Akan tetapi publik tanah air segera berduka setelah Mbak Surip meninggal mendadak. Konon akibat kebanyakan show, doyan kopi dan rokok, sang penyanyi gaek itu pun tak bisa lagi menyanyi tak gendong. Dia tidak bisa lagi menggendong dan menghibur penggemarnya. Lantas kalau Mbak Surip sudah tidak bisa menggendong lagi siapakah yang menggendong anda? Yesaya 46:4 berkata: Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu. Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara yang unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka. Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk didewasakan, maka anak laki-laki tersebut akan dibawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup. Anak laki-laki tersebut dibawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah menjadi sangat gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendirian. Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu. Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri,begitu gelap sehingga ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tidak boleh berteriak atau menangis, ia harus berusaha agar ia lulus dalam ujian tersebut. Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras dari tubuhnya. Cahaya pagi mulai tampak sedikit, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, dengan posisi siap menembakan anak panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jikalau ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera akan melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis. Yesus telah memikul dosa, pelanggaran, kelemahan, sakit penyakit dan semua penderitaan kita di kayu salib. Dia telah menggendong anda dan saya sejak semula bahkan sampai kita tua nanti. Dia telah melakukannya dan akan terus melakukannya. Karena DIA adalah Allah yang setia yang mau menyelematkan kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...