Kamis, 17 September 2009

RENUNGAN EPISTEL MINGGU XV SETELAH TRINITATIS 20 SEPTEMBER 2009


DIAM SAJA
Yeremia 26: 7-14

Dalam miniseri HITLER: The Rise of Evil yang bercerita tentang Adolf Hitler, sang pemimpin NAZI yang membantai jutaan orang pada 1940-an, terdapat sebuah kalimat, "The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing." Kalimat ini dapat diterjemahkan, "Yang diperlukan oleh kejahatan untuk berjaya adalah orang-orang baik yang diam saja." Yeremia hidup pada masa ketika kejahatan merajalela di Israel. Dalam situasi itulah ia diutus Tuhan untuk memperingatkan dan mempertobatkan bangsa Israel. Dapat kita katakan bahwa ia dipanggil untuk melawan arus, sehingga pesannya acap kali tidak menyenangkan hati para pendengarnya. Firman Tuhan hari ini adalah salah satu contohnya. Di situ ia menyampaikan teguran dan ancaman Tuhan bagi bangsa Israel (ayat 1-6). Tujuannya adalah supaya para pendengarnya bertobat (ayat 3). Sangat disayangkan bahwa akhirnya mereka justru marah dan ingin membunuh Yeremia (ayat 8,11). Namun, ketaatan dan keberanian Yeremia ini adalah sesuatu yang perlu kita teladani. Jika kita melihat sesuatu yang tidak baik sedang berkembang di sekitar kita, adalah tanggung jawab kita sebagai umat Allah untuk menyikapinya. Kalau bisa, kita rancang rencana-rencana yang akan mengubah keadaan.


Kerap kali hal ini melibatkan kerja sama dengan orang lain yang juga sependapat dengan kita. Namun, jika itu tidak mungkin, setidaknya kita perlu berani berpendapat berbeda dan menyuarakan apa yang benar. Meskipun risikonya kita akan dikucilkan dan bahkan disingkirkan. Jangan biarkan apa yang tidak baik berjaya karena kita diam saja. Di negara kita pernah muncul istilah korupsi berjamaah. Artinya, korupsi yang dilakukan oleh seseorang dengan melibatkan banyak orang. Dengan cara ini, korupsinya aman dan tak mungkin dilacak. Bahkan, muncul istilah berbagi rezeki dengan sesama. Tentunya hal ini tidak sejalan dengan iman kita. Bacaan hari ini mengingatkan kita akan hal itu. Yohanes adalah nabi yang berani menyuarakan kebenaran. Ia seperti Nabi Yeremia yang diceritakan pada bacaan pertama hari ini. Risiko yang dihadapi kedua nabi itu sama. Mereka ditolak oleh bangsanya sendiri. Yohanes malahan mati sebagai orang terpenjara, tertindas, dan menjadi korban kesewenang-wenangan serta keisengan penguasa. Ia menjadi korban nafsu balas dendam. Apa yang dialami Yohanes terjadi pula pada Yesus yang mati melalui jalan yang tak adil dan secara hina di kayu salib. Namun, ternyata kematian orang benar tidaklah sia-sia. Kematian Yesus membawa keselamatan bagi manusia. Beranikah kita mengikuti teladan Yohanes dan Yesus dalam kehidupan kita? Beranikah kita melawan arus dengan menolak perbuatan jahat?
Orang yang berkuasa dan kaya memiliki kecenderungan untuk menjadi serakah atau sombong, apa-apa dibeli termasuk ‘membeli orang’ alias cari PIL atau WIL sebagai simpanan dan pemuas nafsu atau berfoya-foya dengan ‘laki-laki/wanita panggilan’. Begitulah kiranya yang terjadi dengan Herodes ketika ‘merebut Herodias’, isteri Filipus, saudaranya serta pada suatu saat bernjanji untuk memberi apapun kepada orang atau pribadi yang membuat dirinya senang. Keserakahan dan kekejaman ternyata tidak hanya dilakukan oleh Herodes saja, tetapi juga Herodias, perempuan yang merasa sakit hati ketika perkawinannya dengan Herodes dikritik atau diprotes oleh Yohanes Pembaptis: ia tega minta agar Yohanes Pembaptis dibunuh/dipenggal kepalanya. Kuasa, harta dan sakit hati menyatu menjadi balas dendam yang mematikan Namun kiranya sakit hati tanpa harta dan kuasa pun sering juga menjadi balas dendam yang kejam dan mematikan juga. Memang sebaliknya begitulah nasib menjadi nabi di tengah-tengah keserakahan, harta dan sakit hati harus menjadi korban, sebagaimana dialami oleh Yohanes Pembaptis. Kisah sebagaimana diceriterakan dalam Injil hari ini kiranya dapat menjadi bahan mawas diri kita: (1) Jika kita berkuasa dan berharta atau kaya marilah dengan bijak memanfaatkan atau memfungsikan kuasa dan kekayaan kita, tidak hanya demi pemuasan nafsu saja, melainkan dan lebih-lebih demi keselamatan jiwa diri kita sendiri maupun sesama/saudara. (2) Jika kita melihat ketidak-beresan terjadi di lingkungan atau kebersamaan kita, marilah dengan rendah hati kita luruskan atau ingatkan, dan sekiranya untuk itu kita harus menjadi ‘korban’, bersyukurlah: lebih baik mati demi kebenaran daripada umur panjang hidup dengan foya-foya dan keserakahan., lebih baik miskin/sederhana dalam kebenaran daripada kaya dalam ancaman atau ketidak-tenangan.
“Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, dan dengarkanlah suara TUHAN, Allahmu, sehingga TUHAN menyesal akan malapetaka yang diancamkan-Nya atas kamu “(Yer26:13). Seruan Tuhan melalui Yeremia ini kiranya baik kita renungkan dan hayati dalam hidup kita sehari-hari. Adakah tingkah laku atau perbuatan kita yang harus diperbaiki? Saya yakin bahwa banyak tingkah laku atau perbuatan kita yang harus diperbaiki, misalnya: ‘ndableg/ngambek’ (memutus hubungan/komunikasi), ngrumpi/ngrasani/menggerutu, marah-marah, malas hidup seenaknya, ogah-ogahan bekerja atau belajar, kurang setia dalam menghayati panggilan atau tugas perutusan dst.. Tidak ada kata terlambat bagi orang yang mau bertobat atau berbalik kembali kepada Tuhan. Jika tingkah laku atau perbuatan kita senantiasa baik dihadapan Tuhan maupun sesama kiranya hidup bersama sungguh menjadi indah, menarik serta mempesona: mereka yang hidup dalam kebersamaan maupun yang menyaksikannya akan bergembira ria, gembira ria
karena Tuhan berkarya dalam diri manusia yang lemah dan tiada berdaya. Maka marilah masing-masing dari kita mawas diri: tingkah laku atau perbuatan saya macam apa yang segera atau mendesak untuk saya perbaiki. Jika kita tidak mampu memperbaiki sendiri, marilah tanpa ragu dan malu mohon bantuan dari sesama atau mereka yang kita nilai dapat membantu perbaikan tingkah laku atau perbuatan kita. Kami percaya pasti banyak orang yang senantiasa siap sedia membantu perbaikan tingkah laku atau perbuatan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamita Minggu Kantate (Endehon hamu ma di Jahowa ende na imbaru) – 28 April 2024

Ingkon Mamujimuji Jahowa do Angka na Usouso Di Ibana  ( Orang Yang Mencari Tuhan Akan Memuji NamaNya) Psalmen 22: 26 – 32     a)  ...