Senin, 14 Februari 2011

Renungan Hari Senin, 20 Desember 2010


Mempersembahkan Tubuh
Roma 12 : 1
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Paulus mendorong umat Tuhan untuk beribadah secara benar bukan dengan menakuti mereka, tetapi mengingatkan mereka akan belas kasihan-Nya kepada mereka. Hal ini juga berlaku bagi kita saat ini. Ingatlah, Tuhan telah menyelamatkan kita dari jurang kegelapan dan maut dengan mengangkat kita untuk bertemu dengan terang-Nya yang ajaib di dalam Kristus, oleh karena itu, biarlah kasih setia dan belas kasihan-Nya ini mendorong dan memimpin langkah hidup kita untuk makin memuliakan Tuhan selama-lamanya.

Lalu, nasihat apakah yang Paulus berikan sehingga nasihat ini begitu penting? Dari ayat 1, kita belajar beberapa konsep penting tentang makna ibadah sejati:
Pertama, ibadah sejati adalah ibadah totalitas. Seperti yang telah saya kemukakan di atas, ibadah sejati bukanlah ibadah fenomenal, kelihatan aktif di berbagai kegiatan gereja. Ibadah sejati adalah ibadah totalitas, artinya menyeluruh di dalam seluruh aspek hidup kita. Hal ini diajarkan Paulus di dalam ayat ini dengan mengatakan bahwa kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan/kurban yang hidup.
Kedua, ibadah sejati adalah ibadah yang kudus. Bukan saja sebagai kurban/persembahan yang hidup, Paulus juga menasihatkan jemaat Roma agar mereka juga mempersembahkan tubuh mereka sebagai kurban yang kudus. Kudus berarti dipisahkan (separated). Dengan kata lain, dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai kurban yang kudus, berarti kita memiliki keunikan yang lain dari dunia ini. Paulus bukan hanya mempersembahkan tubuh/hidupnya sebagai kurban yang hidup, tetapi ia juga mempersembahkan hidupnya sebagai kurban yang kudus.
Ketiga, ibadah sejati adalah ibadah yang menyenangkan Allah. Bukan hanya hidup dan kudus, ibadah sejati adalah ibadah yang berkenan kepada Allah. Dengan kata lain, ibadah yang berkenan kepada Allah adalah ibadah yang menyenangkan atau memuaskan Allah. Bagaimana ibadah bisa dikatakan menyenangkan Allah? Ibadah bisa menyenangkan Allah ketika ibadah dilakukan (baik di gereja ataupun kehidupan sehari-hari) bukan memuliakan diri, tetapi memuliakan Tuhan (God-centered worship).
Pelayanan tidak bisa dilepaskan dari firman Tuhan. Pelayanan yang mengabaikan konsep kebenaran firman Tuhan adalah pelayanan yang sia-sia dan antroposentris (berpusat kepada manusia), dan tentu saja, Tuhan muak dengan pelayanan tersebut, karena kita sebenarnya sedang melayani diri kita sendiri, bukan Tuhan

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...