Senin, 14 Februari 2011

Renungan Hari Minggu, 19 Desember 2010


Orang Percaya Diselamatkan
Zefanya 3 : 9 – 13
Siapakah yang tidak mau menjadi kenamaan dan kepujian di antara bangsa-bangsa? Bukan raja atau ratu yang membuat itu, tetapi Tuhan sendiri. Prakarsa ini muncul dari Tuhan pencipta alam semesta. Yehuda (Israel) harus berterima kasih atas ketetapan Tuhan itu. Dalam kasiNya, Tuhan Allah akan memberi kemenangan bagi Israel, bersukacita atas umatNya itu dan menginginkan Israel memperbaharui diri. Mereka harus mengembangkan diri seturut kehendak Tuhan. Bangsa-bangsa sekitar Yehuda (Israel) boleh saja memperngaruhi mereka seperti bangsa Filistin, Moab, Etiopia dan Asyera (pasal 2). Namun pengaruh bangsa-bangsa tidak dapat menandingi kasih Tuhan terhadap Yehuda (DS Rat) asalkan mereka mau bertobat (Pasal 2:1-3). Dengan mencari Tuhan mereka akan selamat dan terhindar dari pengaruh asing. Sekarang mereka dituntut hidup kudus, menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Memang dunia ini milik Tuhan, tetapi manusia yang percaya tidak bisa berlaku sewenang-wenang. Sebab setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Yahudi (Israel) harus ingat bahwa hidup mereka tidak berhenti di dunia (bumi) ini. Ada kekekalan dan itu yang Tuhan inginkan. Hidup sekarang sementara, tetapi hidup yang akan datang sarat dengan tuntutan-tuntutan kekekalan yaitu mencapai hidup kekal dengan melakukan perintah dan hukum Tuhan. Dunia, Termasukorang-orang yang percaya harus bersyukur atas kebaikan Tuhan. Tuhan begitu panjang sabar dan kemurahanNya tak terbatas, mau memelihara, memulihkan umatNya dan membuat umatNya kepujian dan ternama. Yang harus diberlakukan umat ialah bertekad dengan sangat besar mewujudkan hidup setia kepada perintah dan firmanNya
 Israel memang memerlukan suatu pembaharuan yang mendalam dari hati sanubari. Dan Tuhan sendiri melakukannya. Tuhan menyingkirkan hukuman dari atas Israel, sehingga suatu kehidupan baru terbuka: bebas dari ketakutan, bebas dari tipu daya, bebas untuk berkarya dan bersukaria. Suatu kehidupan yang bersih, yang benar dan adil. Itulah yang dikehendaki Tuhan!
Kepada siapakah kita dapat berlindung? Kepada siapa dapat berharap dan luput? Kenyataan memperlihatkan bahwa kita sering bergantung kepada diri sendiri. Menganggap diri sendiri mampu mengatasi segala persoalan. Nas hari ini mencatat beberapa ciri kehidupan orang-orang Israel yang masih tersisa, mereka yang pulang dari pembuangan. Mereka berusaha untuk tidak melakukan kelaliman, tidak berbicara bohong, tidak menipu, tidak congkak dan tidak meninggikan diri. Inilah sifat-sifat yang harus kita kejar. Ramah, baik hati, jujur dan adil berani mengatakan yang benar, rendah hati, tidak merendahkan orang lain. Nabi Zefanya seolah sedang mengajarkan pendidikan moral bagi bangsanya. Justru untuk mendukung apa yang disebut janji keselamatan yang Tuhan adakan terhadap umatNya. Mengingat hatu Tuhan atau “Yom YHWH” sudah dekat (1:14) yaitu suatu hari yang penuh dengan murka Tuhan, hari yang pahit, penuh kesusahan, kesulitan, kegelapan, bahkan kegemasan, itulah sebabnya umat Tuhan sudah harus cepat-cepat mengambil sikap. Keberhasilan umat Tuhan di saat menanti-nanti kedatangan hari Tuhan ialah apabila mereka mampu memperlengkapi diri dengan sejumlah sumber daya keidupan yang tepat dan berkualitas. Bagaimana mereka dengan jeli tetapi cerdas mengantisipasi kedatangan hari Tuhan ini. Memaknai segenap tubuh dan jiwa secara baik. Tuhan akan memberikan bibir lain yang bersih agar dengan bibir yang bersih mampu menyebut nama Tuhan secara bersih pula, terhindar dari kemunafikan dan kecongkakan. Dengan demikian menjadi alat Tuhan untuk menyalurkan berkat kepada sesama. Mari kita lawan segala sifat buruk karena pengaruh dunia. Carilah Tuhan sambil membebaskan diri dari kejahatan, bergantung kepada Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita. kekuatan dan perlindungan Tuhanlah yang terbaik bagi kita.
Untuk menyelamatkan dunia, Tuhan tidak bisa hanya mengharapkan manusia, tidak juga umatnya sendiri. Sebab manusia, bahkan umat Tuhan lebih cenderung hanya mau menyelamatkan atau mencari kepuasan dirinya sendiri. Mereka telah gagal, sehingga Tuhan sendiri harus turun tangan. Kita harus menyadari hal ini dan dengan rendah hati memohon pengampunan dari Tuhan. Tetapi kita juga boleh bersyukur dalam keyakinan bahwa sekali pun kita gagal, Tuhan tetap menjalankan rencananya dengan caranya sendiri. Dengan demikian Tuhan sendiri menjadi harapan yang pasti bagi kita.

Jamita Epistel Minggu PENTAKOSTA-I (Pesta na Parjolo Parningotan Ari Hasasaor ni Tondi Parbadia)– 19 Mei 2024

Huaso Ni Tondi Parbadia Na Pasadahon      (Kuasa Roh Kudus Yang Mempersekutukan) 1 Musa 41 : 37 – 42   a)       Ise ma sian hita na ...