Senin, 31 Agustus 2009

RENUNGAN EPISTEL MINGGU XIII SETELAH TRINITATIS, 6 SEPTEMBER 2009


Kesatuan Jemaat
Roma 15: 5-9
By. Pdt.Eben Ezer Munthe, S.Th

a) Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungan Paulus kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan amanat suratnya ini: "Dengan Injil Tuhan menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Tuhan, dari mula sampai akhir" (1:17). Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang -- baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Tuhan, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa.
Hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Tuhan. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Tuhan, dan Roh Kudus membebaskannya dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Tuhan dan kuasa Roh Tuhan di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan non-Yahudi termasuk dalam rencana Tuhan untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Tuhan untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Tuhan, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani.
b) Dalam hal apa seorang Kristen dapat menjadi batu sandungan bagi sesama? Pertama, mengkritik. Pada dasarnya, kritik bisa bersifat konstruktif/membangun), tetapi bisa pula bersifat destruktif/merusak (14:13). Setelah menasihati masyarakat Kristen di kota Roma agar tidak saling menghakimi, Paulus mengatakan bahwa kritik seharusnya diarahkan kepada diri sendiri. Rupanya masyarakat Kristen Roma biasa saling mengkritik atau menghakimi dalam hal masalah makan dan minum. Orang yang suka mengkritik biasanya mengganggap diri paling benar. Paulus mengingatkan mereka bahwa kritik dapat menjadi batu sandungan dan berpotensi untuk menghancurkan kesatuan jemaat. Kedua, menyebar gosip. Gosip adalah cerita negatif tentang pribadi seseorang. Gosip sering terjadi juga di lingkungan orang percaya. Ketika kita menyebar gosip, kita lupa bahwa gosip bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain dan bisa mengakibatkan perpecahan. Setelah mengingatkan tentang potensi perpecahan, Paulus menganjurkan tentang kesatuan jemaat. Orang Kristen Roma yang terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi harus saling menjaga kebebasan, saling menghargai keunikan, serta saling menerima satu dengan yang lain. Untuk menjaga kesatuan, yang kuat wajib membantu yang lemah. Yang kuat tidak boleh memegahkan diri. Selain itu, orang yang kuat harus menerima orang yang lemah tanpa mengkritik (14:1).
c) Kita seringkali takut menyerah kepada kehendak Allah, karena seringkali tanpa sadar kita telah mengukur Allah dengan ukuran kita sendiri. Kita kurang menyadari, bahwa Ia Mahabaik dan tak mungkin menghendaki yang jelek untuk kita. Ia lebih baik daripada bapak mana pun juga. Suatu hari saya melihat seorang anak kecil umur kira-kira 3 tahun, yang mengikuti bapaknya berenang di kolam yang dalam. Ia hanya berpegang pada leher bapaknya dan dengan tenang menoleh ke kanan dan ke kiri sambil tertawa, walaupun ia tahu bahwa ia dibawa ke tempat yang dalam. Tak pernah timbul dalam hatinya sejenak pun bahwa di tempat yang dalam itu ia nanti ditenggelamkan oleh bapaknya. Juga saya pernah melihat seorang anak kecil yang bermain-main dengan ayahnya. Oleh ayahnya ia dilemparkan ke udara lalu ditangkap lagi oleh tangan ayahnya yang kuat. Anak itu tertawa ria di udara, tanpa menangis ketakutan, tetapi tertawa senang,karena dalam benaknya tidak pernah timbul pikiran bahwa jangan-jangan nanti ayahnya melepaskan dia setelah dia di udara. Betapa lebihnya Allah Bapa kita, Ia akan selalu melindungi kita. Kita pasrah dan menyerahkan diri kepada-Nya, karena kita yakin bahwa Ia mengasihi kita dan tahu apa yang paling baik bagi kita dan bahwa Ia selalu mempunyai rencana yang indah bagi kita.
d) Bayangkan kita melihat parade pembukaan final liga sepakbola dalam negeri. Ada permainan bendera, tari-tarian, lagu-lagu serta permainan lampu sorot yang indah sekali. Semuanya terlihat sempurna dan tanpa cacat. Kita berpikir kalo semua orang yang terlibat di dalamnya adalah orang-orang yang sempurna. Tetapi ketika kita diberi kesempatan bergabung dalam parade, kita akan melihat karakter dari masing-masing pesertanya. Mungkin ada yang suka ngomong jorok, ada yang bau badan, ada yang cuma lulusan SD, atau sebagian kecil pemain parade adalah kaum difabel. Mereka tidak sempurna! Saudaraku, sama seperti ilustrasi di atas, dalam hidup ini ketika kita bergaul dengan orang lain dan mengenal mereka lebih dekat, kita akan melihat keadaan yang lebih jelas siapa dan bagaimana mereka. Kenyataan bahwa di dunia ini gak ada yang sempurna dan semua punya kelemahan. Tetapi jangan pernah kita menjadikan kelemahan atau ketidak-sempurnaan seseorang sebagai alasan bagi kita untuk membenci, menjauhi atau tidak mempedulikannya. Dalam bersahabat pun mesti demikian. Terimalah kelemahan sahabat kamu dan jangan hanya berbaik hati dengannya ketika kamu melihat bahwa ia bersikap tanpa cela. Ada kalanya kelemahannya muncul dan bikin kita jengkel. Saudaraku, persahabatan sejati bukan dilihat saat semuanya baik. Persahabatan sejati diuji ketika kita melihat kelemahan dari sahabat kita. Apakah kita masih tetap menerima dan menjadikan dia sahabat atau gak? Semua orang bisa menerima kelebihan orang lain dengan senang hati, tapi gak banyak orang yang mau menerima kelemahan orang lain dengan sikap yang sama. Miliki kualitas sahabat sejati yang mau menerima kelemahan orang.

e) Kristus merupakan teladan dalam bersikap terhadap orang lain. Bila kondisi jemaat tempat kita beribadah sama dengan kondisi jemaat Kristen di kota Roma, apa yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesatuan jemaat? Makna iman kepada Kristus justru menjadi manifestasi dari spiritualitas dari umat percaya yang ditandai oleh sikap pertobatan, yaitu kesediaan untuk membuang segala bentuk superioritas diri, kesombongan rohani dan segala hawa nafsu duniawi.Dalam realita hidup memang kita sadari bahwa spiritualitas yang dimaksud memang tidak mudah dimanifestasikan. Dengan sikap prihatin kita menyaksikan beberapa anggota jemaat atau kalangan orang Kristen tertentu yang bersikap arogan dan merasa diri superior kepada sesamanya. Kita juga melihat bagaimana umat dari berbagai kepercayaan dan agama-agama gemar membuat “klaim-klaim kebenaran” dengan menistakan agama lain. Dalam konteks ini hakikat kebenaran Kristus yang dinyatakan dalam iman Kristen tidak boleh menjadi sekedar “klaim kebenaran”. Hakikat kebenaran Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan tidak boleh menjadi propaganda agama. Kebenaran Kristus dan karya keselamatanNya hanya boleh dibuktikan dalam tindakan kasih kepada sesama. Sebagaimana karakter utama dari Kristus adalah roh hikmat dan pengertian, maka selaku umat Kristen kita harus selalu mengedepankan sikap arif dan pemahaman yang mendalam terhadap berbagai persoalan kehidupan ini. Juga sebagaimana karakter utama dari Kristus adalah sikap yang takut akan Allah dengan memberlakukan keadilan, maka kita selaku umatNya juga dipanggil untuk melawan setiap jenis dosa dan menjadi pembela bagi setiap orang yang tertindas. Di tengah-tengah dunia yang cenderung mengobarkan api kebencian dan permusuhan, maka kita dipanggil oleh Kristus untuk mengobarkan api cinta-kasih, pengampunan dan kemurahan hati. Sehingga seluruh hidup dan pelayanan kita pada hakikatnya bertujuan untuk menciptakan keadaan syalom yaitu keselamatan dan damai-sejahtera Allah. Sikap yang sama juga dinyatakan oleh rasul Paulus, yaitu: “Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rom. 15:5-6). Makna kerukunan yang dimaksud oleh rasul Paulus tersebut tentu bukan dimaksudkan suatu keadaan harmonis yang sifatnya internal dalam komunitas jemaat dan keluarga anggota jemaat. Tetapi makna kerukunan yang terjadi dari syalom Kristus pada prinsipnya sebagai bentuk spiritualitas yang mampu menerima keberadaan dari tiap-tiap sesamanya. Kita dipanggil untuk mampu menerima keberadaan sesama yang berbeda seperti suku, ras/etnis, agama, kebudayaan, tingkat pendidikan dan ekonomi didasari oleh kasih Kristus. Di Rom. 15:7 rasul Paulus berkata: “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah”. Amin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...