Rencana Allah Tak Terhalangi
Roma 4: 21b
Roma 4: 21b
Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
Makna berpegang teguh kepada janji Allah pada masa kini makin tidak mudah. Selaku bangsa dan umat manusia saat ini kita telah menghadapi permasalahan hidup yang serba global dan makin kompleks seperti: fakta pemanasan global, rusaknya lingkungan hidup, makin terbatasnya sumber enersi bumi, meledaknya jumlah penduduk, makin tingginya tingkat kemiskinan, rusaknya komunikasi yang makin mempertebal dinding pembatas suku, agama dan ras.
Pada masa kini kita semua makin berada dalam ketidakpastian hidup, umat yang makin mengerang kesakitan, putus-asa, mengalami depresi, sekarat dan bunuh-diri. Seandainya kita membiarkan diri dipengaruhi dan diseret oleh berbagai peristiwa yang sedang terjadi, maka siapapun juga akan runtuh imannya. Karena itu kita membutuhkan iman yang semakin matang, “otonom” (mandiri) dan berkualitas sehingga kita mampu berdiri tegak di tengah-tengah pergolakan hidup. Kuncinya adalah kita tetap memiliki relasi dan komunikasi yang semakin intim dengan Tuhan di tengah-tengah permasalahan yang sedang terjadi.
Sehingga dengan persekutuan yang intim bersama Tuhan tersebut akan memampukan kita untuk tetap berpegang teguh kepada janji-janjiNya. Karena kita percaya bahwa Tuhan Yesus akan menyertai dan memampukan kita untuk melewati berbagai kesulitan, pergumulan dan krisis dalam kehidupan ini. Dan pada saatNya yaitu pada kedatangan Kristus yang terakhir, Tuhan Yesus akan membaharui seluruh kehidupan yaitu “langit dan bumi yang baru”. Jika demikian, apakah kehidupan kita senantiasa berfokus kepada Kristus selaku pengendali jalannya sejarah? Kalau hidup kita telah terarah dan berfokus kepada Kristus, maka kita tidak boleh membiarkan diri dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang menyedihkan dan mengecewakan khususnya ketika harapan-harapan atau keinginan kita tidak terpenuhi. Kita perlu terus berpegang teguh kepada janji-janji Tuhan yang memiliki masa dan waktu yang tepat bagi kita
Jika kita mempelajari Alkitab dengan sungguh-sungguh, kita pasti mengerti bahwa antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru terdapat hubungan yang saling berkaitan, yaitu berupa nubuatan yang pasti akan digenapi (benar-benar terjadi). Hal ini terjadi karena pengarang dari Alkitab adalah satu pribadi, yaitu ROH KUDUS. Tetapi untuk menuliskan Firman yang dikehendaki ALLAH, ROH KUDUS menggunakan manusia dengan cara memberikan pewahyuan.
ALLAH memang merencanakan hal ini supaya semua manusia, baik yang hidup di masa lalu, maupun pada jaman ini yang tidak mengalami masa Perjanjian Lama, dapat mengerti seluruh rencana ALLAH. Karena itu jika seseorang tidak mengerti Firman ALLAH yang dituliskan dalam Alkitab, dia tidak akan mengetahui rencana ALLAH tentang keselamatan bagi dirinya. Hal ini tidak boleh diremehkan, sebab tanpa kita mengerti rencana keselamatan ALLAH maka kita tidak akan pernah dapat masuk ke dalam keselamatan yang sudah disediakan ALLAH bagi manusia, sehingga sia-sialah ibadah kita. Ibadah yang tidak didasari pada pengertian jalur kebenaran ALLAH hanya menghasilkan ibadah yang bersandar pada tradisi yang dibuat oleh manusia saja. Dan hal demikian tentu tidak berkenan bagi ALLAH, sebab DIA ingin segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana, kehendak dan aturan-NYA, bukan kehendak dan aturan manusia.
Makna berpegang teguh kepada janji Allah pada masa kini makin tidak mudah. Selaku bangsa dan umat manusia saat ini kita telah menghadapi permasalahan hidup yang serba global dan makin kompleks seperti: fakta pemanasan global, rusaknya lingkungan hidup, makin terbatasnya sumber enersi bumi, meledaknya jumlah penduduk, makin tingginya tingkat kemiskinan, rusaknya komunikasi yang makin mempertebal dinding pembatas suku, agama dan ras.
Pada masa kini kita semua makin berada dalam ketidakpastian hidup, umat yang makin mengerang kesakitan, putus-asa, mengalami depresi, sekarat dan bunuh-diri. Seandainya kita membiarkan diri dipengaruhi dan diseret oleh berbagai peristiwa yang sedang terjadi, maka siapapun juga akan runtuh imannya. Karena itu kita membutuhkan iman yang semakin matang, “otonom” (mandiri) dan berkualitas sehingga kita mampu berdiri tegak di tengah-tengah pergolakan hidup. Kuncinya adalah kita tetap memiliki relasi dan komunikasi yang semakin intim dengan Tuhan di tengah-tengah permasalahan yang sedang terjadi.
Sehingga dengan persekutuan yang intim bersama Tuhan tersebut akan memampukan kita untuk tetap berpegang teguh kepada janji-janjiNya. Karena kita percaya bahwa Tuhan Yesus akan menyertai dan memampukan kita untuk melewati berbagai kesulitan, pergumulan dan krisis dalam kehidupan ini. Dan pada saatNya yaitu pada kedatangan Kristus yang terakhir, Tuhan Yesus akan membaharui seluruh kehidupan yaitu “langit dan bumi yang baru”. Jika demikian, apakah kehidupan kita senantiasa berfokus kepada Kristus selaku pengendali jalannya sejarah? Kalau hidup kita telah terarah dan berfokus kepada Kristus, maka kita tidak boleh membiarkan diri dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang menyedihkan dan mengecewakan khususnya ketika harapan-harapan atau keinginan kita tidak terpenuhi. Kita perlu terus berpegang teguh kepada janji-janji Tuhan yang memiliki masa dan waktu yang tepat bagi kita
Jika kita mempelajari Alkitab dengan sungguh-sungguh, kita pasti mengerti bahwa antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru terdapat hubungan yang saling berkaitan, yaitu berupa nubuatan yang pasti akan digenapi (benar-benar terjadi). Hal ini terjadi karena pengarang dari Alkitab adalah satu pribadi, yaitu ROH KUDUS. Tetapi untuk menuliskan Firman yang dikehendaki ALLAH, ROH KUDUS menggunakan manusia dengan cara memberikan pewahyuan.
ALLAH memang merencanakan hal ini supaya semua manusia, baik yang hidup di masa lalu, maupun pada jaman ini yang tidak mengalami masa Perjanjian Lama, dapat mengerti seluruh rencana ALLAH. Karena itu jika seseorang tidak mengerti Firman ALLAH yang dituliskan dalam Alkitab, dia tidak akan mengetahui rencana ALLAH tentang keselamatan bagi dirinya. Hal ini tidak boleh diremehkan, sebab tanpa kita mengerti rencana keselamatan ALLAH maka kita tidak akan pernah dapat masuk ke dalam keselamatan yang sudah disediakan ALLAH bagi manusia, sehingga sia-sialah ibadah kita. Ibadah yang tidak didasari pada pengertian jalur kebenaran ALLAH hanya menghasilkan ibadah yang bersandar pada tradisi yang dibuat oleh manusia saja. Dan hal demikian tentu tidak berkenan bagi ALLAH, sebab DIA ingin segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana, kehendak dan aturan-NYA, bukan kehendak dan aturan manusia.