Rabu, 02 Juni 2010

Renungan epistel Minggu Trinitatis, 30 Mei 2010

Meninggikan Nama Tuhan
Mazmur 57 : 1-4
Mazmur 57 ditulis saat Daud bersembunyi di gua untuk menghindari kejaran Saul yang ingin membunuhnya. Saul adalah Raja Israel yang pertama, tetapi iri hati dan kedengkiannya terhadap Daud telah menjerumuskannya ke dalam tindakan-tindakan amat tercela. Saul, dalam bagian ini keadaannya sedang menurun. Hubungannya dengan Allah merenggang. Hal inilah yang menyebabkan kemundurannya. Lambat atau cepat, ia pasti akan mengalami kejatuhan. Di dalam diri Daud, Saul melihat saingan anaknya (putra mahkota). Karena Saul melihat kemenangan-kemenangan yang dicapai Daud dan sambutan rakyat terhadap Daud: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa (berpuluh-puluh ribu)". Setiap kali Saul berusaha untuk menjatuhkan Daud, ia tidak berhasil. Akibatnya, Saul semakin membenci Daud. Saul iri hati karena Daud lebih dihargai orang-orang. Daud tidak mencari kemuliaan sendiri, tetapi kemuliaan Allah. Maka Allah memberinya kekuatan dalam hidupnya; tanpa kebencian dan iri hati. Daud memulai hidupnya sebagai anak gembala, kemudian ia menjadi penghibur istana, lalu menjadi pejuang, dan setelah itu ia menjdi raja, menggantikan Saul.
Saat itu Daud telah kehilangan banyak hal; istri, saudara, sahabat, juga kedudukan. Namun, Daud tidak kehilangan harta yang terindah, yaitu Tuhan. Sebetulnya, Raja Saul menyuruh Daud membunuh orang Filistin itu cuma alasan saja. Hati Raja Saul yang diliputi rasa iri kepada Daud, menghendaki Daud mati dibunuh oleh orang Filistin. Tapi Tuhan menyertai Daud; ia berhasil membunuh orang-orang Filistin. Bukan hanya 100 orang, melainkan 200 orang. Maka Raja Saul terpaksa memberikan Mikhal, puterinya, kepada Daud untuk dijadikan istri Daud. Karena menghormati Tuhan, Daud tidak melawan Saul, walaupun ia sanggup mengalahkannya. Daud adalah pribadi yang tepat untuk kita jadikan contoh. Walaupun ia tidak berbuat salah namun Saul sangat benci kepadanya dan ingin membunuhnya. Namun Daud tidak pernah membenci Saul. Bahkan ketika ada kesempatan baginya untuk membunuh Saul, Daud tidak melakukannya. Malah ia menasihati Saul dengan lembut. Itu dapat kita lihat pada I Samuel 24:10-12. Jika kita ingin orang yang berbuat salah berubah dari perbuatannya dan berbalik dari jalannya yang salah maka kita harus menegurnya dengan kasih, bukan dengan amarah atau dengan kebencian. Sebelum kita mengajak dia untuk hidup benar dalam Kristus maka kita harus menunjukkan terlebih dahulu kasih Kristus yang benar yaitu dengan cara menegurnya dalam kasih, Jika kita bisa melakukannya maka masalah yang baru yaitu pertengkaran tidak akan terjadi, dan orang yang kita tegur tersebut kemungkinan besar akan berubah.
Dan kerinduannya adalah bagaimana agar Tuhan ditinggikan dan dimuliakan. Ini yang membuat Daud tidak membunuh Saul walaupun kesempatan sudah di depan mata (1 Samuel 24:1-23). Sebaliknya, Daud dengan setia menunggu Tuhan menggenapi janji-Nya, pada waktu-Nya. Demikianlah Tuhan dipermuliakan di dalam hidup Daud.
Akankah tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan—studi, pekerjaan, dan sebagainya, membuat kita tak sabar dan ingin mundur? Apabila keadaan tengah tidak menyenangkan, biarlah kita coba merenungkan kembali janji-janji Tuhan. Minta Dia menguatkan dan menjaga kita, sehingga tiap keputusan yang kita buat tidak menyeret kita ke dalam hal-hal buruk. Dan biarlah kita tetap taat agar nama-Nya dimuliakan.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...