Bertahan
Menghadapi Cobaan
Yakobus
1 : 12 -
18
Di sini, rasul Yakobus berbicara tentang hal
'bertahan dalam pencobaan' dan juga 'tahan uji'. Kata 'pencobaan (temptation)'
di ayat 12, di dalam bahasa Yunaninya memakai kata yang sama dengan kata
'pencobaan (trials)' di ayat 2. Dan kata 'ujian Cobaan dan godaan 1:12-18;
a) Ayat 12 memakai kata yang sama dengan
'ujian (testing)' di ayat 3. Sekalipun kata 'ujian (testing)' dan kata
'pencobaan (temptation)' adalah kata yang berbeda, mereka memiliki makna yang
sama di dalam pandangan rasul Yakobus - tidak ada perbedaan di antara keduanya
bagi Yakobus. Kita bisa mencocokkan poin ini ke ayat 2-3. Kedua kata itu digunakan
dalam pengertian yang sama. (Saya akan menjelaskan poin ini dengan lebih rinci
lagi di dalam pembahasan surat Yakobus yang selanjutnya.) Saya harap melalui
analisis ini, Anda bisa melihat bahwa di dalam ayat 12 rasul Yakobus masih
berbicara tentang hal yang sama, yaitu bertahan dalam pencobaan dan hal tahan
uji. Dia masih membahas topik tentang ujian iman; alur pemikirannya masih belum
beralih dari ayat 2. Di dalam ayat 2, Yakobus ingin agar kita bersukacita di
dalam berbagai pencobaan. Mengapa kita harus bersukacita di dalam berbagai
pencobaan itu? Jawabannya ada di ayat 12. Ujian iman bukan saja membantu kita
bertumbuh, ia bahkan membantu mempersiapkan agar kita layak menerima mahkota
kehidupan di hari nanti. Di sinilah letak makna penting dari ujian iman. Mari
kita beralih ke Wah 2:10. Harap diperhatikan apa yang diucapkan oleh Yesus
kepada jemaat: tujuan utama dari ujian iman adalah untuk mempersiapkan kita
agar menjadi layak menerima mahkota kehidupan.
b) Di dalam ayat 13-15 ini, rasul Yakobus
masih membahas topik 'ujian iman'. Mengapa saya berkata demikian? Karena kata
'dicobai (tempted)' di dalam ayat 13, di dalam bahasa Yunaninya adalah kata
yang sama dengan kata 'pencobaan (trials)' di ayat 2. Makna kata Yunani yang
dipakai itu adalah 'test (ujian), trial (pencobaan, aniaya), temptation
(pencobaan, godaan)'. Makna asli ketiga kata itu sama sekalipun ketiga kata itu
tidak selalu diterjemahkan dengan kata yang sama di dalam Yakobus pasal satu.
Harap diperhatikan bahwa makna dasarnya adalah 'menguji'. Ini menunjukkan
kepada kita bahwa rasul Yakobus masih membahas topik yang sama bahkan sampai ke
ayat 13 - yaitu tentang ujian iman. Mari kita pusatkan perhatian pada ayat 13.
Apa yang sedang disampaikan oleh rasul Yakobus di sini? Mengapa dia menyuruh
kita untuk bersukacita dalam berbagai pencobaan di dalam ayat 2, akan tetapi
dia juga berkata bahwa Allah tidak mencobai siapapun? Apakah hubungan antara
ayat 13-15 dengan ayat-ayat sebelumnya? Di alur pemikiran yang manakah ayat
13-15 ini berada? Kita memiliki petunjuk dari kata 'pencobaan (tempt)' ini.
Yakobus memandang ujian iman dari sudut positif di dalam ayat 2-12. Di
sepanjang alur itu, rasul Yakobus menganggap kita semua bisa bergantung kepada
kasih karunia Allah, untuk bertahan dan mengatasi ujian. Namun di dalam
kenyataannya, berapa banyak orang Kristen yang menang di dalam ujian iman ini?
Banyak orang Kristen yang bukannya mengatasi ujian, tapi malah jatuh ke dalam
dosa dan menjadi tidak setia kepada Allah karena pencobaan atau ujian ini.
Bagaimana seharusnya kita memandang akibat dari kegagalan bertahan menghadapi
ujian iman ini? Banyak orang Kristen yang meremehkan ujian iman ini. Tentu
saja, mereka memandang bahwa mampu mengatasi adalah yang terbaik, namun jika
gagal, tidak menjadi masalah - kerugiannya hanya sebatas tidak memperoleh
hadiah, yaitu mahkota kehidupan. Bagi mereka, mahkota itu sama sekali tidak
penting karena, dalam keadaan apapun, mereka sudah pasti akan masuk ke dalam
kerajaan surga. Jadi, ujian iman bagi mereka tidak ada konsekuensinya sama
sekali. Jika Anda juga memiliki mentalitas semacam ini, maka ayat-ayat di dalam
Yak 1:13-15 ditujukan bagi Anda.
c) Ayat 16-18, Rasul Yakobus berkata,
"Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat!" Mengapa secara
tiba-tiba dia berkata, "Jangan sesat"? Kalimat ini, di dalam bahasa
aslinya seharusnya diterjemahkan dengan, "Janganlah tertipu (janganlah
menipu dirimu sendiri), saudara-saudara yang kukasihi." Ini bukan menunjuk
kepada orang yang kadang kala salah menilai atau keliru menghakimi sesuatu
persoalan karena kecerobohan. Tetapi di sini, yang dimaksudkan adalah
permasalahan yang muncul di dalam kehidupan Kristen yang menyebabkan hatinya
menjauh dari Allah dan hidup dalam keadaan menipu diri sendiri. Mengapa saya
berkata seperti itu? Karena ayat-ayat sebelumnya, yaitu ayat 14-15, berbicara
tentang pencobaan dari keinginan. Keinginan kita akan menipu diri kita sampai
kita menjauh dari jalan Allah dan membuat kita jatuh dalam dosa. Jika kita
gagal bertobat di dalam keadaan itu, maka kita akan berakhir di dalam maut!
Inilah nasehat dan keprihatinan rasul Yakobus pada jemaat. Karena keprihatinan
itu, dia berkata, "Janganlah tertipu, saudara-saudara yang kukasihi."
Ujian iman sangatlah penting. Sukses atau keberhasilan kita akan menunjukkan
tingkat kehidupan rohani kita. Saat kita tidak mampu bertahan menghadapi ujian
dan kita berbuat dosa, hal ini menunjukkan bahwa kita telah tertipu oleh
keinginan kita. Jika kita tidak bertobat pada saat itu, maka kita akan berakhir
di dalam maut! Jadi kita harus berhati-hati dan harus menguji sikap hati dan
tingkat kerohanian kita jika kita sering kali tidak memiliki kuasa untuk
mengatasi pencobaan itu. Akan tetapi Yakobus tidak berkata, "Jangan
khawatir, saudara-saudaraku yang kukasihi." Yang dia katakan adalah, "Janganlah
tertipu/menipu diri sendiri." Paulus mengatakan hal yang sama kepada
jemaat di Korintus. Mari kita berpaling kepada 1 Korintus 6:9-10. Paulus
mengatakan hal ini kepada orang-orang yang percaya kepada Tuhan,
"...orang-orang yang tidak adil (termasuk mereka yang percaya juga) tidak
akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah..." Banyak orang Kristen yang
berpikir bahwa mereka diselamatkan karena mereka telah percaya sehingga cara
hidup mereka menjadi tidak penting lagi. Mereka percaya bahwa mereka masih bisa
menjalani hidup ini di dalam keserakahan, percabulan, memfitnah dan mencuri.
Inilah persoalan yang sedang dibahas oleh Paulus dan Yakobus: jemaat bisa masuk
di dalam tipu daya tanpa pernah mengetahuinya. Apakah Anda menyimpan pemikiran
yang sama di dalam hati Anda? Percaya kepada Tuhan, berbuat kejahatan semaunya,
dan Anda tetap masuk ke dalam surga? Allah menguji iman kita melalui berbagai
cara dan sarana agar iman kita terasah, dan semakin kokoh. Amin !